Terungkap! Tantangan Tim Medis dalam Cek Kesehatan Anak Pulau Batam: Hujan Badai Tak Surutkan Semangat Pelayanan
Tim medis Puskesmas Batam hadapi tantangan cuaca ekstrem demi Cek Kesehatan Anak Pulau Batam. Apa saja rintangan dan bagaimana mereka mengatasinya?

Pagi yang sejuk dan berangin menyelimuti dermaga di Pulau Belakangpadang, Kota Batam, Kepulauan Riau. Tim medis dari Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Belakangpadang bersiap memulai misi penting mereka. Mereka akan melakukan Cek Kesehatan Anak Pulau Batam, menjangkau pelajar di wilayah terpencil.
Perjalanan ke pulau tersebut telah memakan waktu 30 menit menggunakan perahu kayu tradisional dari daratan Batam. Saat masyarakat memulai aktivitas harinya, sekelompok petugas dari puskesmas sudah sibuk mengepak perlengkapan medis ke dalam kendaraan ambulans keliling.
Hari itu, mereka akan mengunjungi SMPN 2 Batam, sekolah dengan 75 siswa. Tujuannya adalah mendeteksi kebutuhan dan melihat permasalahan kesehatan yang dihadapi siswa. Ini merupakan bagian dari program Cek Kesehatan Gratis (CKG) Kementerian Kesehatan yang menyasar anak sekolah.
Deteksi Dini Kesehatan Pelajar di Pulau Terpencil
Sebelum kegiatan pemeriksaan, tim kesehatan telah melakukan skrining melalui formulir digital. Sosialisasi juga dilakukan kepada pihak sekolah untuk memastikan kelancaran program. Data yang terkumpul sangat membantu mereka menyusun jadwal pemeriksaan dan menyasar siswa yang membutuhkan layanan kesehatan dasar.
Setibanya di sekolah, para petugas langsung membagi pekerjaan dan memulai pemeriksaan pukul 09.00 WIB. Pemeriksaan ini meliputi tes mata, pengukuran tinggi dan berat badan, serta pemeriksaan tekanan darah. Selain itu, dilakukan juga pemeriksaan gula darah, hemoglobin (HB), serta pemeriksaan telinga, gigi, dan kebersihan tubuh siswa.
Kepala Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Batam, Didi Kusmarjadi, menyatakan bahwa lebih dari 200 ribu siswa di kota itu akan disasar melalui program CKG. Pelaksanaan program ini disesuaikan dengan kapasitas masing-masing puskesmas di wilayah kerjanya. Fokus pemeriksaan juga mencakup tekanan darah pada anak, yang krusial untuk deteksi dini risiko kerusakan organ vital.
Meskipun pemeriksaan berjalan lancar, hujan lebat sempat mengguyur di tengah kegiatan. Namun, hal ini tidak menyurutkan semangat tim medis maupun para siswa yang menunggu giliran dengan sabar untuk diperiksa.
Peran Teknologi dan Respons Cepat dalam Penanganan Kasus
Dokter Vannesya dari Puskesmas Belakangpadang menyoroti pentingnya deteksi dini tekanan darah tinggi pada anak. Beberapa kasus menunjukkan adanya risiko tinggi akibat pola makan tinggi garam serta riwayat keluarga dengan hipertensi. Hal ini menjadi perhatian serius dalam program Cek Kesehatan Anak Pulau Batam.
Setiap hasil pemeriksaan langsung diinput ke sistem elektronik rekam medis milik Dinas Kesehatan Batam, yaitu Elektronik Puskesmas (EPUS). Sistem ini memungkinkan deteksi dini dan pemantauan berkala kondisi kesehatan siswa. Jika ditemukan hasil yang memerlukan perhatian lebih lanjut, data akan ditandai secara otomatis.
Siswa yang membutuhkan perhatian lebih lanjut akan diarahkan ke fasilitas pelayanan kesehatan. Contoh respons cepat adalah pemberian tablet penambah darah kepada siswi yang membutuhkan, terutama bagi yang telah memasuki masa menstruasi. Siswa laki-laki dengan HB rendah juga dibekali tablet serupa.
Selain pemeriksaan fisik, kegiatan ini juga menjadi kesempatan untuk menggali informasi tambahan, seperti kebiasaan merokok siswa. Data tersebut digunakan sebagai acuan puskesmas untuk merekam riwayat kesehatan setiap anak. Tim kesehatan juga menemukan dua anak dengan indikasi buta warna, yang kemudian dirujuk untuk pemeriksaan komprehensif.
Menembus Batas Geografis dan Keterbatasan Sumber Daya
Pelaksanaan program Cek Kesehatan Anak Pulau Batam ini tidak lepas dari tantangan signifikan. Kondisi geografis dan cuaca buruk menjadi kendala utama. Bila hujan lebat atau angin kencang datang, rencana perjalanan bisa tertunda, bahkan dibatalkan. Jalur laut dari Batam ke Belakangpadang, lalu ke pulau-pulau kecil lainnya, sangat bergantung pada kondisi cuaca.
Selain itu, dokter Vannesya juga menyoroti keterbatasan tenaga kesehatan. Satu pulau bisa memiliki lebih dari satu jenjang pendidikan, sementara jumlah petugas terbatas. Untuk mengatasi keterbatasan ini, tim medis menggandeng bantuan dari anggota Bintara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Babinkamtibmas) dari kepolisian untuk mengawal di sekolah-sekolah.
Pihak sekolah turut mendukung program ini dengan mempersiapkan anak-anak dan kelas kosong untuk pemeriksaan. Harapannya, koordinasi yang baik antara puskesmas dan pihak sekolah dapat membuat seluruh siswa mendapatkan hak yang sama atas pelayanan kesehatan dasar. Ini mencerminkan komitmen layanan publik meskipun pemerintah daerah dihadapkan pada keterbatasan.
Tim medis dari Puskesmas Belakangpadang menunjukkan bahwa pelayanan kesehatan tidak hanya hadir di pusat kota, tetapi juga sanggup menerjang laut lepas demi menjangkau setiap anak dan masyarakat lain yang memerlukan perhatian. Di tengah keterbatasan cuaca, logistik, dan jumlah petugas, mereka tetap menjalankan tugas dengan komitmen tinggi, demi menjaga kesehatan rakyat secara menyeluruh dan merata.