Unik! Kibarkan Bendera 160 Meter di TPA, Mapala Banten Soroti Darurat Sampah Banten pada HUT RI ke-80
Mapala Banten kibarkan bendera 160 meter di TPA Bangkonol saat HUT RI ke-80, kritik keras darurat sampah Banten yang kian mengkhawatirkan. Simak pesan penting mereka!

Pusat Koordinasi Daerah Mahasiswa Pecinta Alam (PKD Mapala) se-Banten menggelar aksi simbolis yang menarik perhatian publik. Mereka mengibarkan bendera Merah Putih di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bangkonol, Kabupaten Pandeglang. Aksi ini dilakukan sebagai kritik keras terhadap kondisi darurat sampah yang semakin mengkhawatirkan.
Pengibaran bendera sepanjang 160 meter di atas tumpukan sampah ini berlangsung pada momen peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia. Kegiatan ini menjadi cara Mapala Banten untuk menyampaikan keprihatinan mendalam. Penumpukan sampah di TPA tersebut telah mencapai tingkat yang tidak terkendali.
Koordinator Mapala Banten, Yusuf Fazri Pane, menjelaskan bahwa inisiatif ini merupakan bentuk kepedulian. Aksi tersebut sekaligus ajakan kepada seluruh lapisan masyarakat agar lebih menyadari persoalan lingkungan. Mereka ingin mendorong kesadaran kolektif terhadap isu lingkungan.
Kritik Keras di TPA Bangkonol
Aksi pengibaran bendera Merah Putih sepanjang 160 meter di TPA Bangkonol bukan sekadar perayaan. Ini adalah upaya nyata Mapala Banten untuk menyoroti darurat sampah Banten. Bendera tersebut dikibarkan langsung di atas tumpukan sampah yang menggunung. Hal ini secara visual menunjukkan parahnya kondisi lingkungan.
Yusuf Fazri Pane, Koordinator Mapala Banten, menegaskan bahwa kegiatan ini adalah panggilan bagi semua pihak. "Ini sebagai bentuk kepedulian sekaligus ajakan kepada masyarakat agar lebih sadar terhadap persoalan lingkungan," katanya. Pesan ini disampaikan dengan harapan dapat memicu perubahan perilaku.
Kondisi TPA Bangkonol saat ini telah melampaui kapasitas optimalnya. Berdasarkan survei lapangan yang dilakukan Mapala, volume sampah yang masuk sudah melebihi daya tampung. Situasi ini berpotensi memicu dampak lingkungan dan kesehatan yang serius bagi masyarakat sekitar. Pencemaran lingkungan menjadi ancaman nyata.
Dampak dan Solusi Sistemik Persoalan Sampah
Permasalahan sampah di Banten, khususnya di TPA Bangkonol, bersifat sistemik. Ini berarti penanganannya membutuhkan keterlibatan dan kolaborasi dari semua pihak terkait. Tanpa pendekatan komprehensif, masalah ini akan terus berlarut-larut. Solusi jangka panjang sangat mendesak untuk diimplementasikan.
Yusuf Fazri Pane menekankan pentingnya peran pemerintah daerah. "Pemerintah daerah harus segera mencari solusi jangka panjang," ujarnya. Selain itu, masyarakat juga memiliki tanggung jawab besar. Perubahan pola konsumsi dan kebiasaan pengelolaan sampah dari rumah tangga menjadi kunci utama.
Penumpukan sampah yang tidak terkendali di TPA Bangkonol tidak hanya mengancam lingkungan. Ini juga berisiko terhadap kesehatan warga sekitar. Bau menyengat, pencemaran air tanah, dan potensi penyebaran penyakit adalah beberapa dampak negatif yang harus dihindari. Tindakan preventif dan kuratif sangat dibutuhkan.
Makna Kemerdekaan dari Persoalan Lingkungan
Pesan utama yang ingin disampaikan Mapala Banten melalui aksi ini adalah memaknai kemerdekaan secara lebih luas. Kemerdekaan bukan hanya soal perayaan seremonial tahunan. Ini juga mencakup kemerdekaan dari berbagai persoalan, termasuk masalah sampah yang mencemari lingkungan.
"Kami ingin menyampaikan pesan bahwa kemerdekaan bukan hanya soal perayaan seremonial, tetapi juga bagaimana kita merdeka dari persoalan sampah yang semakin menumpuk," jelas Yusuf Fazri Pane. Perspektif ini mengajak masyarakat untuk melihat kemerdekaan sebagai tanggung jawab kolektif.
Ketua Maharaja Unpam Serang, Afriza, menambahkan bahwa kegiatan ini menjadi simbol kepedulian generasi muda terhadap lingkungan. Ia menilai sampah telah menjadi tantangan serius yang harus diselesaikan bersama. Terutama di TPA Bangkonol dan wilayah Banten pada umumnya. Afriza mengingatkan publik bahwa kemerdekaan sejati melampaui seremoni.