Waspada! Klaim Vape Lebih Aman Dinilai Menyesatkan, Bahaya Bagi Kesehatan Terungkap
Sejumlah ahli kesehatan memperingatkan klaim menyesatkan bahwa vape lebih aman, mengungkapkan risiko serius bagi kesehatan, terutama pada anak muda, dan mendesak masyarakat untuk waspada.

Jakarta, 6 Mei 2024 (ANTARA) - Maraknya klaim yang menyatakan rokok elektronik atau vape lebih aman daripada rokok konvensional telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan ahli kesehatan. Klaim-klaim menyesatkan ini, yang tidak didukung bukti ilmiah, justru berisiko meningkatkan penggunaan vape di kalangan anak dan remaja. Para ahli menekankan pentingnya waspada terhadap narasi-narasi yang bertujuan menormalisasi penggunaan vape.
Pernyataan ini disampaikan oleh berbagai organisasi kesehatan dan pakar komunikasi. Mereka menyoroti kampanye yang dilakukan oleh beberapa lembaga, seperti Center of Excellence for the Acceleration of Harm Reduction (CoEHAR), Yayasan Pemerhati Kesehatan Publik (YPKP), dan Koalisi Indonesia Bebas Tar (KABAR). Lembaga-lembaga tersebut kerap mengklaim adanya manfaat kesehatan dari vape tanpa didukung bukti ilmiah yang kuat dan kredibel.
Guru Besar Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran, Prof. Dr. Eni Maryani, mengungkapkan keprihatinannya. "Klaim-klaim semacam ini sangat berbahaya karena dapat mengaburkan persepsi publik tentang rokok elektronik. Bukti-bukti ilmiah independen justru menunjukkan bahwa rokok elektronik tetap membawa risiko serius terhadap kesehatan," tegas Prof. Eni. Ia menambahkan bahwa mengabaikan bukti ilmiah yang menunjukkan bahaya vape demi kesimpulan yang terburu-buru sangat berbahaya, terutama menyangkut kesehatan publik.
Bahaya Vape bagi Kesehatan: Fakta Ilmiah
Ketua Kelompok Kerja Masalah Rokok Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), dr. Feni Fitriani Taufik, memberikan penjelasan dari sudut pandang medis. Ia menyatakan bahwa penggunaan rokok elektronik tidak bebas dari bahaya. Paparan bahan kimia berbahaya dalam aerosol vape dapat menyebabkan berbagai penyakit paru, seperti bronchiolitis obliterans, penurunan fungsi paru, dan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular.
Klaim bahwa vape dapat membantu perokok berhenti merokok juga dibantah oleh dr. Feni. "Bahaya yang ditimbulkan dari penggunaan rokok elektronik jauh lebih besar dibandingkan manfaatnya bagi generasi masa depan Indonesia," tegasnya. Penelitian terbaru dari Johns Hopkins University pada April 2025 menunjukkan hanya 0,08 persen pengguna yang berhasil berhenti menggunakan semua produk tembakau dengan bantuan rokok elektronik. Angka ini sangat kecil dan tidak mendukung klaim tersebut.
Lebih lanjut, dr. Feni menyoroti fakta bahwa sebagian besar pengguna baru vape adalah anak muda, dan 77,8 persen di antaranya sebelumnya belum pernah menggunakan produk tembakau apa pun. Hal ini menunjukkan risiko yang besar bagi generasi muda Indonesia.
Kementerian Kesehatan dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Menentang Normalisasi Vape
Ketua Tim Kerja Pengendalian Penyakit Akibat Tembakau (PPAT) Kementerian Kesehatan, Benget Saragih, menegaskan bahwa Kementerian Kesehatan tidak menganggap rokok elektronik, termasuk produk tembakau yang dipanaskan (heated tobacco product), sebagai solusi untuk berhenti merokok atau strategi efektif dalam menurunkan prevalensi perokok. "Fokus utama kami tetap pada pencegahan dan penghentian penggunaan semua produk tembakau, bukan pada substitusi antar produk yang tetap mengandung risiko seperti pendekatan pengurangan risiko (harm reduction)," ujar Benget.
Senada dengan Kementerian Kesehatan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga telah memperingatkan bahaya vape. Menurut WHO, rokok elektronik tetap mengandung berbagai zat berbahaya, termasuk nikotin, logam berat, dan senyawa karsinogenik. WHO juga memperingatkan bahwa produk ini dapat menjadi pintu masuk bagi generasi muda untuk kemudian beralih ke penggunaan rokok konvensional.
Waspada Terhadap Pengaruh Industri Rokok
Sekretaris Ruang Kebijakan Kesehatan Indonesia (RUKKI), Mohammad Ainul Maruf, mengingatkan tentang potensi campur tangan industri rokok dalam membentuk narasi publik. "Industri tembakau terus berupaya membentuk opini bahwa produk mereka lebih aman, padahal risiko kesehatannya tetap nyata. Kita harus waspada terhadap upaya manipulasi ini dan melindungi proses pembuatan kebijakan dari pengaruh korporasi yang hanya mengejar keuntungan," tutur Maruf.
Kesimpulannya, klaim bahwa vape lebih aman merupakan informasi yang menyesatkan dan berbahaya. Bukti ilmiah menunjukkan risiko kesehatan yang signifikan terkait penggunaan vape, terutama pada anak muda. Penting bagi masyarakat untuk waspada terhadap narasi-narasi yang bertujuan menormalisasi penggunaan vape dan selalu mengutamakan informasi yang valid dan didukung oleh bukti ilmiah.