Dampak Perang Harga Mobil Baru: Mengapa Penjualan Mobil Bekas Terpukul dan Apa Kata Hyundai?
Fenomena perang harga mobil baru berdampak negatif pada penjualan mobil bekas. Chief COO Hyundai Motors Indonesia menjelaskan mengapa stok mobil bekas menjadi undervalue.

Fenomena perang harga tengah melanda industri otomotif Tanah Air, sebuah kondisi yang diawali oleh produsen asal China dengan menawarkan penurunan harga signifikan pada beragam kendaraan mereka. Situasi ini menciptakan dinamika baru di pasar yang berpotensi mengubah lanskap bisnis otomotif secara fundamental.
Dampak dari persaingan harga yang ketat ini tidak hanya dirasakan oleh produsen dan penjual kendaraan baru, tetapi juga merembet ke sektor penjualan mobil bekas. Menurut Fransiscus Soerjopranoto, Chief Operating Officer (COO) PT Hyundai Motors Indonesia (HMID), stok mobil bekas kini menghadapi risiko penurunan nilai yang signifikan.
Pernyataan ini disampaikan Soerjo di ICE BSD, Tangerang, pada Jumat lalu, menyoroti bagaimana pedagang mobil bekas merasa stok mereka menjadi "undervalue" dibandingkan harga saat pembelian. Kondisi ini berpotensi memperburuk profitabilitas seluruh rantai pasok industri otomotif, dari manufaktur hingga diler.
Dampak Perang Harga terhadap Industri Otomotif
Perang harga yang marak di industri otomotif, khususnya pada segmen mobil baru, menimbulkan efek domino yang merugikan. Fransiscus Soerjopranoto menjelaskan bahwa kondisi ini secara langsung memengaruhi nilai jual kembali mobil bekas, menyebabkan stok yang dimiliki pedagang menjadi tidak sebanding dengan modal awal mereka. Penurunan nilai ini menciptakan kerugian finansial yang signifikan bagi para pelaku usaha di pasar mobil bekas.
Lebih lanjut, fenomena ini berpotensi menurunkan profitabilitas secara keseluruhan, mulai dari harga kendaraan bekas hingga keuntungan diler yang terlibat dalam persaingan. Situasi ini sangat tidak diinginkan karena dapat mengganggu stabilitas operasional dan keberlanjutan bisnis. Industri otomotif memerlukan profitabilitas yang sehat di setiap lini untuk dapat terus beroperasi dan berinvestasi.
Soerjopranoto juga menekankan bahwa jika kondisi ini terus berlanjut tanpa penanganan yang tepat, ada risiko serius terjadinya pemutusan hubungan kerja atau PHK. Stabilitas ekonomi dan sosial pekerja di sektor otomotif menjadi terancam, menunjukkan betapa krusialnya menjaga keseimbangan harga dan profitabilitas dalam ekosistem industri ini.
Strategi Hyundai Menghadapi Persaingan Tidak Sehat
Menyikapi kondisi pasar yang diwarnai perang harga, Hyundai Indonesia mengambil sikap tegas untuk tidak terlibat dalam persaingan yang dianggap tidak sehat ini. Pihak Hyundai berpandangan bahwa strategi hanya mengandalkan harga rendah dapat merusak nilai jangka panjang dan keberlanjutan bisnis. Oleh karena itu, mereka memilih untuk fokus pada aspek lain yang lebih fundamental.
Alih-alih bersaing harga, Hyundai justru memperkuat komitmennya pada pelayanan dan nilai tambah bagi konsumen. Melalui inisiatif seperti MyHyundai Care, perusahaan berupaya memberikan pengalaman kepemilikan kendaraan yang superior. Pendekatan ini bertujuan untuk membangun loyalitas pelanggan dan membedakan Hyundai dari kompetitor berdasarkan kualitas layanan.
MyHyundai Care, sebagaimana dijelaskan di laman resmi Hyundai, merupakan program layanan purnajual komprehensif yang dirancang untuk memberikan kenyamanan dan kemudahan optimal bagi pemilik kendaraan Hyundai. Program ini mencakup berbagai fasilitas penting yang mendukung pengalaman berkendara yang bebas khawatir.
- Pusat panggilan 24 jam yang siap membantu kapan saja.
- Layanan mobil keliling untuk kemudahan servis di lokasi pelanggan.
- Bantuan pinggir jalan darurat untuk situasi tak terduga.
- Layanan servis berkala yang dapat dilakukan di bengkel resmi Hyundai atau melalui layanan mobile.
Fokus pada layanan dan nilai ini diharapkan dapat menjaga profitabilitas Hyundai serta mencegah dampak negatif seperti PHK, sekaligus memberikan kepuasan maksimal kepada seluruh konsumen di Tanah Air.