Faktor Bioaktif ASI: Kunci Kematangan Usus dan Kekebalan Bayi yang Jarang Diketahui
Konsultan Gizi Anak UI mengungkap pentingnya faktor bioaktif ASI dalam membentuk kekebalan dan mematangkan usus bayi, sebuah keunggulan yang tak dimiliki susu formula.

Jakarta, Konsultan Gizi Anak dari Universitas Indonesia (UI), dr. Klara Yuliarti, Sp.A(K), baru-baru ini mengungkapkan fakta penting. Ia menjelaskan bahwa Air Susu Ibu (ASI) mengandung faktor bioaktif. Kandungan ini krusial untuk kematangan usus dan kekebalan bayi.
Menurutnya, faktor bioaktif tersebut tidak ditemukan dalam susu sapi, susu kambing, maupun susu formula. Hal ini menjadikan ASI memiliki keunggulan signifikan dibandingkan alternatif lainnya. Penjelasan ini disampaikan dalam sebuah diskusi media di Jakarta Pusat pada Sabtu lalu.
Dr. Klara menegaskan bahwa faktor bioaktif bukan sekadar nutrisi biasa. Ini adalah elemen yang secara langsung membantu pengembangan sel-sel kekebalan. Selain itu, juga mendukung kematangan fungsi pencernaan bayi.
Peran Faktor Bioaktif dalam Pencernaan dan Imunitas Bayi
Dr. Klara Yuliarti menjelaskan bahwa faktor bioaktif dalam ASI, seperti prebiotik dan probiotik, memiliki peran vital. Kandungan ini sangat penting dalam membantu sistem pencernaan bayi yang belum matang. Banyak bayi mengalami gumoh atau kembung karena usus mereka belum siap menerima makanan.
Dalam kondisi tersebut, ASI menunjukkan peran krusialnya. ASI membantu mematangkan sistem pencernaan bayi secara alami dan efektif. Dengan demikian, bayi dapat mencerna makanan dengan lebih baik dan mengurangi ketidaknyamanan.
Ia juga menekankan bahwa orang tua tidak perlu membeli suplemen probiotik mahal. Ini karena suplemen probiotik dan prebiotik yang dibutuhkan bayi sudah tersedia secara alami dalam ASI. Asupan nutrisi lengkap dari ASI memastikan pertumbuhan bayi berjalan optimal dan tidak mudah terserang penyakit.
Manfaat Holistik ASI: Ikatan Emosional hingga Efisiensi Biaya
Keberhasilan menyusui dalam dunia medis umumnya diukur dari pertumbuhan bayi, terutama kenaikan berat badan. Namun, manfaat menyusui jauh lebih luas dari sekadar aspek fisik. ASI tidak hanya membentuk kekebalan dan mendukung kematangan usus, tetapi juga memperkuat ikatan emosional antara ibu dan anak.
Bayi sudah dapat mendengar suara sejak dalam kandungan. Oleh karena itu, suara ibu, lagu, dan semua bentuk bahasa kasih sayang menjadi stimulus penting. Stimulus ini membantu otak bayi berkembang, yang merupakan investasi tak ternilai untuk kecerdasan mereka.
Selain itu, dr. Klara juga menyoroti aspek ekonomis dari menyusui dengan ASI. Jika dihitung secara menyeluruh, menyusui dengan ASI jauh lebih hemat dibandingkan penggunaan susu formula. Susu formula memerlukan biaya pembelian yang tidak murah, serta perlengkapan tambahan seperti botol dan dot.
Ia menegaskan bahwa menyusui dengan ASI tidak akan mungkin lebih mahal dari susu formula. Sebagai contoh, alat pompa ASI hanya perlu dibeli satu kali. Alat ini bahkan dapat digunakan untuk adik atau kakak bayi, menunjukkan efisiensi biaya jangka panjang.