Hubungan Masalah Tidur dan Gangguan Pernapasan: Penjelasan Dokter RSCM
Dokter spesialis dari RSCM menjelaskan hubungan erat antara kurang tidur dan gangguan pernapasan seperti apnea tidur obstruktif (OSA), serta faktor risiko dan deteksinya.

Jakarta, 14 Maret (ANTARA) - Dalam sebuah webinar daring, dokter spesialis THT-KL dari Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, mengungkap hubungan signifikan antara masalah tidur dan gangguan pernapasan. Penjelasan tersebut disampaikan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kualitas tidur dan kesehatan pernapasan.
Dr. dr. Trimartani, Sp.THT-KL(K), menjelaskan bahwa kurang tidur dapat memicu gangguan pernapasan. "Ketika seseorang kurang tidur, gangguan pernapasan bisa terjadi, termasuk terjadinya respons arousal yang memicu hipoksia dan hiperkapnia, kondisi di mana tubuh kekurangan oksigen dan kelebihan karbon dioksida," jelasnya. Beliau menekankan pentingnya saluran napas yang sehat untuk mendapatkan tidur berkualitas dan menjaga kesehatan tubuh secara menyeluruh.
Lebih lanjut, Dr. dr. Retno S Wardani, Sp.THT-KL(K), memaparkan berbagai masalah tidur yang diakibatkan oleh gangguan pernapasan, khususnya apnea tidur obstruktif (OSA). OSA merupakan kondisi di mana saluran napas atas kolaps saat tidur, menyebabkan pernapasan terhenti sesaat. Kondisi ini ditandai dengan gejala-gejala seperti mengorok, kelelahan, dan peningkatan tekanan darah.
Apnea Tidur Obstruktif (OSA): Gejala, Faktor Risiko, dan Deteksi
Menurut Dr. Retno, beberapa faktor meningkatkan risiko OSA, di antaranya obesitas, usia di atas 50 tahun, dan lingkar pinggang lebih dari 37 cm. Namun, beliau juga menambahkan temuan menarik dari penelitian terbaru. "Penelitian terbaru menunjukkan bahwa pasien dengan OSA yang mengalami penyumbatan hidung dan kantuk di siang hari, seringkali lebih muda dan lebih ramping, meski tampak sehat secara fisik," ungkap Dr. Retno.
Gejala OSA lainnya meliputi sakit kepala di pagi hari dan insomnia. Untuk mendeteksi kemungkinan OSA, Dr. Retno menyarankan evaluasi penyumbatan hidung dan tingkat kantuk di siang hari. Deteksi dini sangat penting untuk mencegah komplikasi kesehatan yang lebih serius.
OSA bukan hanya masalah tidur semata, tetapi juga berdampak signifikan pada kesehatan jantung dan pembuluh darah. Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan kualitas tidur dan berkonsultasi dengan dokter jika mengalami gejala-gejala yang disebutkan di atas.
Pentingnya Kualitas Tidur dan Kesehatan Pernapasan
Baik Dr. Trimartani maupun Dr. Retno menekankan pentingnya menjaga kesehatan pernapasan untuk mendukung kualitas tidur. Tidur yang cukup dan berkualitas sangat penting untuk menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan, termasuk sistem pernapasan. Kurang tidur dapat melemahkan sistem imun dan meningkatkan kerentanan terhadap berbagai penyakit.
Selain itu, penting untuk memperhatikan gaya hidup sehat, seperti menjaga berat badan ideal, berolahraga secara teratur, dan menghindari kebiasaan merokok. Kebiasaan-kebiasaan ini dapat membantu mencegah gangguan pernapasan dan meningkatkan kualitas tidur.
Kesimpulannya, hubungan antara masalah tidur dan gangguan pernapasan, khususnya OSA, sangat erat. Deteksi dini dan penanganan yang tepat sangat penting untuk mencegah komplikasi kesehatan yang lebih serius. Dengan memahami hubungan ini, kita dapat lebih proaktif dalam menjaga kesehatan tidur dan pernapasan untuk kehidupan yang lebih sehat dan berkualitas.