Menkominfo Dukung Pemain Satelit LEO di Indonesia: Dorong Kompetisi Sehat dan Akses Konektivitas yang Lebih Baik
Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Meutya Hafid mendukung kehadiran pemain satelit LEO baru di Indonesia untuk menciptakan kompetisi yang sehat dan meningkatkan akses konektivitas bagi masyarakat.

Jakarta, 22 Maret 2024 (ANTARA) - Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Meutya Hafid menyatakan dukungannya terhadap peningkatan jumlah pemain industri satelit Low Earth Orbit (LEO) di Indonesia. Hal ini bertujuan untuk menciptakan iklim kompetisi yang sehat dan memberikan lebih banyak pilihan bagi masyarakat dalam mengakses layanan konektivitas internet.
Pernyataan tersebut disampaikan Menkominfo Meutya Hafid di Jakarta pada Jumat malam. Beliau menjelaskan bahwa Kementerian Komunikasi dan Informatika telah menerima pernyataan minat dari Amazon Kuiper, perusahaan satelit LEO asal Amerika Serikat, untuk turut serta dalam industri telekomunikasi berbasis satelit di Indonesia. Kehadiran Amazon Kuiper diharapkan dapat mendorong persaingan yang lebih dinamis di pasar satelit Indonesia.
Menkominfo Meutya Hafid menekankan pentingnya kompetisi dalam industri ini. "Kita perlu kompetisi terhadap Starlink yang saat ini mendominasi pasar," ujarnya. Ia menambahkan bahwa pemerintah juga mendorong perusahaan satelit LEO asing untuk bermitra dengan perusahaan lokal dan operator seluler dalam negeri. Hal ini dinilai penting untuk pengembangan ekosistem industri satelit di Indonesia dan pemberdayaan ekonomi lokal.
Amazon Kuiper dan Investasi di Indonesia
Dalam pertemuan dengan Menkominfo, Amazon Kuiper memaparkan rencana investasi dan layanan yang akan ditawarkan kepada masyarakat Indonesia. Transparansi dan keterbukaan informasi yang ditunjukkan Amazon Kuiper dinilai positif oleh pemerintah dan layak untuk didukung. Hal ini menunjukkan komitmen perusahaan untuk berinvestasi dan berkontribusi pada kemajuan sektor telekomunikasi di Indonesia.
Rencana investasi Amazon Kuiper diharapkan dapat meningkatkan akses internet di daerah-daerah terpencil yang sulit dijangkau oleh infrastruktur telekomunikasi konvensional. Dengan demikian, kesenjangan digital dapat dipersempit dan pemerataan akses internet dapat terwujud di seluruh wilayah Indonesia.
Pemerintah juga memastikan bahwa kehadiran satelit LEO tidak akan mengganggu layanan satelit yang telah ada, khususnya satelit pemerintah seperti Satelit Republik Indonesia-1 (SATRIA-1).
Tidak Ada Tumpang Tindih dengan SATRIA-1
Menkominfo Meutya Hafid menjelaskan bahwa satelit LEO dan SATRIA-1 memiliki perbedaan teknologi dan orbit. SATRIA-1 beroperasi di orbit geostasioner (GEO), sedangkan satelit LEO berada di orbit rendah. Oleh karena itu, tidak akan terjadi tumpang tindih layanan antara keduanya.
Data terbaru dari Kementerian Komunikasi dan Informatika per 29 Oktober 2024 menunjukkan bahwa SATRIA-1 telah melayani 18.501 titik fasilitas publik sejak diresmikan pada akhir Desember 2023. Keberadaan SATRIA-1 sebagai satelit pemerintah tetap berperan penting dalam menyediakan konektivitas bagi fasilitas-fasilitas publik di seluruh Indonesia.
"Ini kan LEO (yang didukung pertumbuhannya), jadi gak tumpang tindih. Kan teknologinya beda (dengan SATRIA-1)," tegas Menkominfo Meutya Hafid menanggapi kekhawatiran akan potensi gangguan layanan SATRIA-1 oleh satelit LEO.
Dengan demikian, pemerintah optimis bahwa kehadiran pemain satelit LEO baru akan memberikan dampak positif bagi kemajuan sektor telekomunikasi di Indonesia, tanpa mengganggu layanan satelit yang telah ada. Kompetisi yang sehat diharapkan dapat mendorong inovasi dan memberikan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat Indonesia.