Tahukah Anda? Kebaya Kini Ditetapkan UNESCO, Kemenbud Ajak Hidupkan Kebaya Identitas Bangsa
Kementerian Kebudayaan mengajak masyarakat menghidupkan Kebaya Identitas Bangsa setelah ditetapkan UNESCO. Simak bagaimana perayaan perdana Hari Kebaya Nasional berlangsung meriah!

Kementerian Kebudayaan (Kemenbud) secara gencar mengajak seluruh lapisan masyarakat Indonesia untuk kembali menghidupkan kebaya. Ajakan ini bukan sekadar seruan, melainkan upaya menjadikan kebaya sebagai identitas bangsa yang kuat. Hal ini disampaikan dalam momen Hari Kebaya Nasional.
Direktur Jenderal Pelindungan Kebudayaan dan Tradisi Kemenbud, Restu Gunawan, menekankan pentingnya peran kebaya. Ia menyatakan bahwa kebaya tidak hanya busana tradisional, tetapi juga representasi budaya. Upaya pelestarian ini sangat krusial.
Penetapan kebaya sebagai warisan budaya oleh UNESCO semakin memperkuat urgensi pelestariannya. Oleh karena itu, Kemenbud menggelar acara "Pesona Kebaya Nusantara, Satu Benang Berjuta Cerita" di Surakarta. Acara ini menjadi perayaan perdana yang diharapkan menggema luas.
Mengukuhkan Kebaya sebagai Warisan Budaya Bangsa
Restu Gunawan menegaskan bahwa tugas bersama seluruh elemen bangsa adalah menghidupi dan menghidupkan kebaya. Ini dapat terwujud melalui berbagai aktivitas dan acara yang melibatkan dukungan pemerintah, komunitas, serta masyarakat. Sinergi ini menjadi kunci utama dalam pelestarian.
Peran kebaya sebagai identitas bangsa, khususnya bagi perempuan Indonesia, menjadi sangat vital. Penetapan UNESCO menuntut komitmen serius untuk menjaga kelestariannya. Produk fesyen ini memiliki nilai historis dan kultural yang mendalam.
Perayaan perdana Hari Kebaya Nasional di Surakarta menjadi momentum penting. Pemilihan kota budaya ini diharapkan mampu menyebarkan gaung pelestarian kebaya ke seluruh Indonesia. Restu Gunawan optimis bahwa acara ini akan membanggakan dan berdampak luas.
Kemeriahan "Pesona Kebaya Nusantara" di Surakarta
Acara "Pesona Kebaya Nusantara, Satu Benang Berjuta Cerita" diawali dengan Parade Berkebaya. Parade ini bergerak dari Gedung Wuryaningratan (House of Danar Hadi) dan berakhir di Pasar Triwindu Surakarta. Kegiatan ini menarik perhatian banyak pihak.
Parade tersebut diikuti oleh prajurit Keraton Surakarta Hadiningrat dan perempuan berkebaya dari Dharma Wanita Persatuan. Antusiasme tinggi juga ditunjukkan berbagai lapisan masyarakat, termasuk anak-anak dan komunitas kebaya dari berbagai daerah. Kehadiran mereka menambah semarak acara.
Perhelatan ini dimeriahkan penampilan seniman ternama seperti Sruti Respati dan Yuyun George. Pengunjung juga menikmati pertunjukan musik, tarian tradisional, dan fashion show berkebaya dari komunitas, sanggar budaya, serta sekolah di Surakarta. Ini menunjukkan kekayaan budaya lokal.
Berbagai kegiatan edukatif dan interaktif turut diselenggarakan. Peserta dapat mengikuti workshop berkain, pemanfaatan kain perca, dan pembuatan serabi. Bazar UMKM serta kuliner lokal juga hadir, memberdayakan masyarakat sekitar dan melestarikan gastronomi Indonesia.
Komitmen Bersama untuk Kebaya
Puncak acara "Pesona Kebaya Nusantara" ditandai dengan pemukulan kenong bersama. Alat musik tradisional gamelan Jawa ini dipukul oleh Restu Gunawan, Penasehat Dharma Wanita Persatuan Kementerian Kebudayaan Katharine Grace Fadli Zon, Staf Khusus Menteri Kebudayaan Bidang Hukum dan Kekayaan Intelektual B.R.A Putri Woelan Sari Dewi, dan Walikota Solo Respati Ardi. Momen ini simbol komitmen.
Dukungan dari berbagai pihak, mulai dari pemerintah hingga komunitas dan individu, sangat esensial. Inisiatif seperti Hari Kebaya Nasional dan acara "Pesona Kebaya Nusantara" menjadi langkah konkret. Ini menunjukkan keseriusan dalam menjaga warisan budaya.
Melalui upaya kolektif ini, diharapkan kebaya tidak hanya menjadi pakaian, tetapi juga simbol kebanggaan. Kebaya akan terus hidup dan berkembang sebagai identitas bangsa yang tak lekang oleh waktu. Ini adalah investasi budaya untuk generasi mendatang.