Terapi Okupasi: Kunci Pemulihan Pasien Moyamoya Pasca Operasi
Pasien moyamoya disarankan menjalani terapi okupasi pasca operasi untuk memulihkan fungsi tubuh dan meningkatkan kemandirian, baik anak maupun dewasa.

Jakarta, 15 Mei 2024 - Penyakit moyamoya, gangguan kronis pembuluh darah otak, membutuhkan penanganan komprehensif. Setelah menjalani operasi, pasien moyamoya sangat disarankan untuk menjalani terapi okupasi guna memulihkan fungsi tubuh dan meningkatkan kualitas hidup. Hal ini disampaikan oleh Handayani Andri, AMd.OT, terapis okupasi dari Rumah Sakit Pusat Otak Nasional dr. Mahar Mardjono Jakarta, dalam diskusi daring baru-baru ini.
Menurut Lia, sapaan akrab Handayani, terapi okupasi berperan penting dalam proses pemulihan. Ia menekankan pentingnya terapi ini dilakukan seiringan dengan perawatan medis. "Pasien yang baru didiagnosa moyamoya, sudah melakukan tindakan langsung mendapatkan terapi, pasiennya pasti akan lebih baik (pemulihannya) dibandingkan pasien yang memang diam diri di rumah," ujarnya. Integrasi perawatan medis dan rehabilitasi, menurutnya, akan memberikan hasil yang optimal.
Terapi okupasi tidak hanya fokus pada pemulihan fisik, tetapi juga aspek psikososial. Lia menjelaskan bahwa sebelum memulai terapi, akan dilakukan asesmen menyeluruh untuk menilai kondisi pasien dan keterbatasan yang dialaminya. Berdasarkan asesmen tersebut, program rehabilitasi yang terpersonalisasi akan dirancang untuk membantu pasien kembali beraktivitas seperti sedia kala.
Terapi Okupasi untuk Semua Usia
Terapi okupasi untuk pasien moyamoya bermanfaat bagi semua kelompok usia. Pada anak-anak, terapi difokuskan pada pelatihan fungsi memori, perbaikan tumbuh kembang, penanganan gangguan psikososial, dan persiapan kembali ke sekolah. Sementara pada pasien dewasa, terapi membantu mengatasi keterbatasan fisik dan mental akibat gangguan syaraf. "Membantunya bukan membantu full, tapi lebih ke arah membantu memotivasi pasien supaya dia lebih mandiri," tambah Lia mengenai pendekatan terapi pada pasien dewasa.
Program terapi okupasi tidak hanya melibatkan pasien, tetapi juga melibatkan keluarga atau pengasuh. Terapis memberikan pembekalan mengenai modifikasi lingkungan rumah dan penggunaan alat bantu yang tepat untuk mendukung kemandirian pasien. Peran keluarga dalam memotivasi dan mendukung pasien sangatlah krusial dalam proses pemulihan.
Terapi okupasi dapat dilakukan di rumah sakit atau klinik, namun tetap harus berada di bawah pengawasan dokter dan tenaga medis. Pemilihan tempat terapi disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi pasien.
Mengenal Penyakit Moyamoya
Penyakit moyamoya merupakan gangguan kronis pada pembuluh darah arteri otak. Penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah utama menyebabkan berkurangnya aliran darah ke otak. Sebagai mekanisme pertahanan, tubuh akan membentuk pembuluh darah kecil baru untuk mengkompensasi penyumbatan tersebut. Namun, kondisi ini tetap berisiko memicu stroke dan kerusakan otak permanen.
Moyamoya dapat mempengaruhi fungsi otak, terutama pada anak-anak, yang dapat menyebabkan keterlambatan perkembangan kognitif. Oleh karena itu, terapi okupasi berperan penting dalam meminimalisir dampak negatif penyakit ini dan membantu pasien menjalani kehidupan yang lebih baik.
Kesimpulannya, terapi okupasi merupakan bagian integral dari perawatan pasien moyamoya pasca operasi. Terapi ini tidak hanya berfokus pada pemulihan fisik, tetapi juga aspek kognitif dan psikososial, serta melibatkan keluarga dalam proses pemulihan untuk mencapai kemandirian pasien.