Pasien Pascastroke dengan Gangguan Oromotor Disarankan Lakukan Asesmen Terapi Wicara
Ahli gizi RSPON menyarankan pasien pascastroke dengan gangguan oromotor untuk menjalani asesmen terapi wicara guna menentukan penanganan tepat terkait tekstur makanan dan kebutuhan kalori harian.
![Pasien Pascastroke dengan Gangguan Oromotor Disarankan Lakukan Asesmen Terapi Wicara](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/0x0/ori/image_bank/2025/02/05/220123.531-pasien-pascastroke-dengan-gangguan-oromotor-disarankan-lakukan-asesmen-terapi-wicara-1.jpg)
Jakarta, 5 Februari 2024 (ANTARA) - Pasien stroke yang mengalami gangguan oromotor sangat disarankan untuk melakukan asesmen oleh terapis wicara. Hal ini disampaikan oleh ahli gizi dari Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (RSPON) Prof. Dr. dr. Mahar Mardjono, Anggita Marlida Septiani, S.Gz, dalam sebuah webinar daring. Menurutnya, asesmen sangat penting untuk menentukan rencana perawatan yang tepat.
Pentingnya Asesmen Terapi Wicara
Anggita menekankan pentingnya asesmen awal oleh terapis wicara. "Idealnya diasesmen dulu oleh terapis wicara. Jadi nanti diasesmen terapi wicara harus bagaimana latihan oromotornya," jelasnya. Setiap pasien memiliki kondisi yang berbeda, sehingga penanganan juga harus disesuaikan dengan kondisi masing-masing individu. Tidak ada pendekatan 'satu ukuran untuk semua' dalam kasus ini.
Gangguan oromotor pascastroke memiliki berbagai gejala dan tingkat keparahan. Oleh karena itu, asesmen yang komprehensif akan membantu menentukan jenis latihan oromotor yang tepat, serta tekstur makanan yang sesuai dengan kemampuan pasien untuk mengunyah dan menelan. Dengan demikian, risiko komplikasi seperti aspirasi makanan dapat diminimalisir.
Penanganan yang Terpersonalisasi
Salah satu poin penting yang dibahas adalah penentuan tekstur makanan. Anggita menjelaskan bahwa tekstur makanan yang tepat akan sangat membantu proses pemulihan. "Jauh lebih bagus kalau dibantu dengan terapis dari terapi wicara," tambahnya. Terapis wicara akan dapat merekomendasikan tekstur makanan yang sesuai dengan kemampuan pasien, memastikan asupan nutrisi yang cukup tanpa menimbulkan risiko.
Selain tekstur makanan, kebutuhan kalori harian juga harus disesuaikan dengan kondisi individu. Faktor-faktor seperti tinggi badan, berat badan, dan tingkat aktivitas harian akan mempengaruhi kebutuhan kalori. Anggita menegaskan, "Jadi saya nggak bisa pukul rata. Pasti 1.500 kalori, 1.700 kalori. Tidak bisa." Perhitungan kalori yang akurat akan memastikan pasien mendapatkan nutrisi yang cukup untuk pemulihan tanpa kelebihan atau kekurangan kalori.
Nutrisi Seimbang untuk Pemulihan
Terakhir, Anggita menekankan pentingnya asupan nutrisi seimbang yang terdiri dari karbohidrat, serat, vitamin (dari sayur dan buah), protein, dan lemak. Kombinasi nutrisi ini penting untuk mendukung proses penyembuhan dan pemulihan fungsi tubuh secara keseluruhan. Asupan nutrisi yang tepat akan membantu pasien mendapatkan kembali kekuatan dan energi yang dibutuhkan untuk menjalani terapi dan aktivitas sehari-hari.
Kesimpulannya, asesmen terapi wicara sangat krusial bagi pasien pascastroke dengan gangguan oromotor. Asesmen ini akan membantu menentukan rencana perawatan yang tepat, termasuk jenis latihan oromotor, tekstur makanan yang sesuai, dan kebutuhan kalori harian. Dengan pendekatan yang terpersonalisasi dan asupan nutrisi seimbang, pasien dapat memaksimalkan proses pemulihan dan meningkatkan kualitas hidupnya.