Terungkap! Mengapa Harga LCGC Naik 7 Persen Tiap Tahun? Pakar dan Industri Otomotif Beri Penjelasan
Pakar otomotif dan pelaku industri menyoroti kenaikan harga LCGC yang mencapai 7 persen setiap tahun. Apa penyebab di balik fenomena ini dan bagaimana dampaknya bagi konsumen?

Fenomena kenaikan harga kendaraan Low Cost Green Car (LCGC) yang mencapai tujuh persen setiap tahunnya menjadi sorotan utama. Hal ini menimbulkan pertanyaan besar di kalangan konsumen otomotif Indonesia yang semula berharap memiliki mobil terjangkau. Pakar otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Yannes Martinus Pasaribu, secara tegas mempertanyakan konsistensi kenaikan ini.
Pertanyaan tersebut dilontarkan Yannes dalam Dialog Industri Otomotif Nasional. Acara bertajuk "Perang Harga vs Pembangunan Industri: Siapa Untung, Siapa Tertinggal?" ini digelar di ajang Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2024 di ICE BSD, Tangerang. Diskusi ini bertujuan mencari akar masalah di balik tren kenaikan harga LCGC.
Sejak diluncurkan pada tahun 2013, LCGC dikenal sebagai mobil ramah dompet dengan harga awal sekitar Rp70 juta hingga Rp85 juta. Namun, saat ini, harga LCGC telah melambung tinggi, mencapai rentang Rp138 juta hingga Rp200 jutaan. Kondisi ini membuat label "mobil murah" pada LCGC semakin dipertanyakan oleh masyarakat.
Mengapa Harga LCGC Terus Merangkak Naik?
Yannes Martinus Pasaribu menyoroti kenaikan harga LCGC yang konsisten sebesar tujuh persen setiap tahun. Ia mempertanyakan apakah kenaikan gaji masyarakat juga sebanding dengan laju kenaikan harga mobil ini. Menurutnya, konsumen tidak seharusnya terjebak dengan paradigma bahwa LCGC adalah mobil murah, mengingat kenaikan harga yang signifikan dari waktu ke waktu.
Pada awal kemunculannya di tahun 2013, LCGC menjadi angin segar bagi pasar otomotif Indonesia. Kendaraan ini menawarkan opsi mobilitas yang lebih terjangkau, bahkan sempat mendorong penjualan kendaraan roda empat di Indonesia menembus angka satu juta unit secara akumulasi dengan jenis kendaraan lain. Namun, tren kenaikan harga LCGC yang berkelanjutan kini menimbulkan keraguan.
Yannes juga mengindikasikan adanya kemungkinan perbedaan informasi terkait alasan di balik kenaikan harga yang terus-menerus ini. Ia menekankan pentingnya transparansi agar konsumen memahami faktor-faktor yang mempengaruhi harga LCGC, yang pada akhirnya berdampak pada daya beli masyarakat.
Faktor di Balik Kenaikan Harga LCGC Menurut Industri
Menanggapi pertanyaan mengenai kenaikan harga LCGC, Managing Director PT Suzuki Indomobil Motor, Shodiq Wicaksono, memberikan penjelasan. Menurutnya, kenaikan sebesar tujuh persen setiap tahunnya disebabkan oleh berbagai faktor kompleks yang tidak sepenuhnya diinginkan oleh produsen. Salah satu faktor utama adalah fluktuasi nilai tukar mata uang asing.
Shodiq menjelaskan bahwa ketika industri mengimpor komponen, mereka sangat terpengaruh oleh kondisi nilai tukar mata uang. Pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing seperti dolar, yen, atau yuan, secara otomatis membuat biaya pembelian komponen menjadi lebih mahal. Meskipun produksi kendaraan dilakukan di dalam negeri, tidak semua komponen tersedia secara lokal.
Sebagian besar material dan komponen yang digunakan dalam produksi LCGC masih harus didatangkan dari luar negeri. Ketergantungan pada komponen impor ini berarti produsen harus membeli dengan mata uang asing, sehingga berdampak langsung pada harga pokok produksi. Efek ini seringkali lebih tinggi dibandingkan tingkat inflasi yang dialami di dalam negeri, memaksa produsen untuk membeli komponen dengan harga yang lebih tinggi.