Waspadalah! Sindrom Yo-Yo Ancam Kesehatan Jantung Akibat Diet Tidak Sehat
Dokter spesialis gizi klinik mengingatkan bahaya sindrom Yo-yo akibat diet ekstrem dan tidak sehat yang meningkatkan risiko penyakit jantung hingga 1,5 kali lipat.

Jakarta, 27 Februari 2024 (ANTARA) - dr. Mulianah Daya, M.Gizi, Sp.GK, dokter spesialis gizi klinik lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, memberikan peringatan serius tentang bahaya diet tidak sehat yang dapat menyebabkan sindrom Yo-yo. Sindrom ini ditandai dengan fluktuasi berat badan yang drastis dalam waktu singkat, naik dan turun secara signifikan. Peringatan ini disampaikan dalam diskusi bertajuk 'Diet Itu Mesti Nyaman' di Jakarta.
Menurut dr. Mulianah, sindrom Yo-yo didefinisikan sebagai perubahan berat badan yang ekstrem, misalnya naik 5 kilogram lalu turun 5 kilogram dalam waktu kurang dari 3 bulan, dan siklus ini terulang 2-3 kali dalam setahun. Ia memberikan contoh kasus seseorang yang berat badannya naik dari 60 kg menjadi 80 kg, lalu turun kembali ke 60 kg. Namun, yang mengkhawatirkan adalah, meskipun berat badan kembali ke angka semula, jumlah lemak tubuh justru meningkat.
Kondisi ini, jelas dr. Mulianah, sangat berbahaya. Penambahan berat badan dan penurunan berat badan yang cepat dan berulang dapat menyebabkan hipertrofi (peningkatan ukuran sel lemak) dan hiperplasia (penambahan jumlah sel lemak). Akumulasi lemak ini tidak hanya berada di bawah kulit, tetapi juga dapat menumpuk di organ vital seperti hati dan pankreas, yang berisiko menimbulkan berbagai masalah kesehatan.
Bahaya Sindrom Yo-Yo bagi Kesehatan Jantung
dr. Mulianah menjelaskan lebih lanjut bahwa sindrom Yo-yo tidak hanya menyebabkan penumpukan lemak, tetapi juga meningkatkan risiko penyakit jantung. "Pasien yang mengalami Yo-yo atau penimbunan masa lemak yang cenderung berlebih, hipertrofi dan hiperplasia lemak, risiko kardiovaskular-nya bisa 1,5 kali lipat lebih tinggi dibandingkan yang tidak Yo-yo," tegasnya. Hal ini disebabkan karena lemak visceral, atau lemak yang menumpuk di organ dalam, sangat sulit untuk dikurangi meskipun berat badan sudah turun.
Ia menekankan pentingnya menjaga pola makan sehat dan seimbang untuk mencegah sindrom Yo-yo. Diet ekstrem yang membatasi asupan nutrisi penting justru dapat berdampak buruk pada kesehatan jangka panjang. Lebih lanjut, dr. Mulianah menyarankan agar masyarakat berkonsultasi dengan ahli gizi untuk mendapatkan program diet yang aman dan efektif.
Selain itu, penting untuk memahami bahwa penurunan berat badan yang sehat dan berkelanjutan membutuhkan waktu dan kesabaran. Tidak ada jalan pintas untuk mencapai berat badan ideal tanpa mengorbankan kesehatan. Oleh karena itu, penting untuk menghindari diet ekstrem dan memilih pola hidup sehat yang berkelanjutan.
Tips Mencegah Sindrom Yo-Yo
- Konsultasikan dengan ahli gizi atau dokter sebelum memulai program diet.
- Pilih program diet yang seimbang dan bernutrisi.
- Hindari diet ekstrem yang membatasi asupan kalori secara drastis.
- Olahraga secara teratur.
- Istirahat yang cukup.
- Kelola stres dengan baik.
Dengan menerapkan tips di atas, diharapkan masyarakat dapat mencegah sindrom Yo-yo dan menjaga kesehatan jantung.
Penting untuk diingat bahwa menjaga berat badan ideal bukan hanya tentang angka di timbangan, tetapi juga tentang kesehatan dan kesejahteraan secara keseluruhan. Oleh karena itu, pendekatan yang holistik dan berkelanjutan sangat penting dalam mencapai dan mempertahankan berat badan yang sehat.