Alasan Orang-orang Zaman Dulu Tidak Pernah Senyum ketika Berpose
Penulis : Yuli Astutik
21 September 2021 15:13
Planet Merdeka - Di awal abad ke-19 hingga awal abad ke-20, hampir semua orang tak pernah senyum ketika berfoto, tidak seperti saat ini.
Fenomena tersebut ternyata telah menjadi hal yang biasa pada zaman dulu. Ada beberapa alasan yang melatarbelakangi orang dulu tidak penah senyum saat foto.
1. Teknologi kamera yang lambat
Teknologi kamera yang berkembang saat itu masih lambat, sehingga sepertinya mustahil untuk orang menahan senyum bermenit-menit.
Seperti diketahui, bahwa untuk menahan senyum selama beberapa detik saja terkadang itu sukar. Jadi, orang-orang memilih untuk menjaga wajah mereka dalam pose yang bisa mereka tahan untuk beberapa waktu, dan wajah-wajah itu biasanya datar tanpa ekspresi.
2. Terbiasa dilukis
Orang zaman dahulu lazimnya dilukis untuk mendapatkan potret diri mereka, Sehingga, pada masa perkembangan fotografi awal orang-orang ketika berfoto masih melakukan kebiasaan mereka untuk dilukis, yaitu tak tersenyum, kecuali Mona Lisa yang masih menjadi pertanyaan besar.
3. Pemahaman tak boleh pamer emosi
Pada zaman dahulu, secara luas orang-orang tertanam pemahaman bahwa apa yang ditunjukkan di ruang publik lebih baik sisi diri yang tenang, serta menunjukkan sesuatu yang bermartabat untuk orang-orang di sekitar Anda.
Pada waktu itu, para orangtua menanamkan pada anak muda,bahwa orang-orang tak berperilaku terlalu pamer emosi mereka di depan umum.
4. Gigi jelek
Ada perkiraan pula bahwa kebersihan gigi telah menjadi norma bagi semua orang pada abad ke-19.
Dan karena foto dimaksudkan untuk menggambarkan orang-orang yang terbaik, mereka cuma akan tutup mulut untuk menyembunyikan gigi jelek mereka.
Pada kenyataannya, jika seseorang tersenyum berlebihan, orang sering mengira bahwa mereka sedikit ada gangguan jiwa.
5. Senyum seperti orang gila
Selama era Victoria, senyum lebar kerap dihubungkan dengan kegilaan.
Penilaian ini berangkat dari norma sosial saat itu, yang mengintruksikan bahwa orang harus mempnyai kontrol atas emosinya di depan umum.
Jika tersenyum lebar saat itu, seseorang akan dianggap sedang mabuk atau gila, keduanya kualitas yang sangat tidak diinginkan pada zaman itu.
6. Budaya fotografi postmortem
Pada budaya fotografi postmortem, seorang, anak, atau hewan peliharaan yang baru saja meninggal akan di foto seolah-olah mereka masih hidup.
Dimulai pada hari-hari awal fotografi pada 1900, tradisi postmortem itu sebagian besar hilang. Dilansir dari KOMPAS.com.
Tapi potret tetap digunakan sebagai cara melestarikan kehidupan untuk generasi mendatang. Itu sebabnya, berfoto cenderung serius.
7. Mahal
Pada hari-hari awal kemunculan kamera, cuma sedikit orang yang mengambil foto mereka, dan bahkan lebih sedikit lagi yang mengambil foto mereka sendiri, karena mahal.
Kebanyakan orang cuma difoto sekali seumur hidup, yang berarti mereka tak menganggap enteng acara foto tersebut.
- Merdeka.com tidak bertanggung jawab atas hak cipta dan isi artikel ini, dan tidak memiliki afiliasi dengan penulis
- Untuk menghubungi penulis, kunjungi situs berikut : yuli-astutik
KOMENTAR ANDA
Artikel Lainnya
-
Kisah Khalifah Ali bin Abi Thalib Dalam Kepemimpinan Islam
13 Januari 2022 08:45 -
Peristiwa G30S PKI Menjadi Trending Topic, Netter: Sejarah Kelam Jangan Sampai Terulang
30 September 2021 15:27 -
Trimurti Mengungkap Kekejaman Penjara Wanita Zaman Belanda, Tahanan Disiksa Sampai Gangguan Jiwa
16 September 2021 18:03 -
Ini Dia Barisan Pahlawan di Pinggiran Arus Besar Sejarah
20 Agustus 2021 20:34 -
Siapakah Gumiho, Siluman Rubah yang Terkenal di KDrama?
10 Juni 2021 22:25 -
Hari ini tepat 100 Tahun Kelahiran Soeharto, Presiden Ke-2 RI
8 Juni 2021 19:44
Merdeka.com sangat menghargai pendapat Anda. Bijaksana dan etislah dalam menyampaikan opini. Pendapat sepenuhnya tanggung jawab Anda sesuai UU ITE.