1. MERDEKA.COM
  2. >
  3. PLANET MERDEKA
  4. >
  5. SEJARAH

Dampak Pandemi Covid-19 Bagi Para Pelaku UMKM Serta Strategi Komunikasi Pemasaran di Era New Normal

Penulis : Damayanti Goestiani

26 Oktober 2021 13:11

Sejak ditetapkan sebagai pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) oleh World Health Organization (WHO) atau Badan Kesehatan Dunia pada tanggal 11 Maret 2020, virus Corona telah menyebar luas ke seluruh dunia. Kejadian Covid-19 yang dilaporkan kepada publik pertama kali tanggal 31 Januari 2020 di Wuhan. Provinsi Hubei, RRC. Menurut data dari Worldometers, hingga 17 Agustus 2021, lebih dari 200 negara di dunia telah terjangkit Covid-19 dengan total kasus mencapai 200,09 juta dan korban meninggal dunia sebanyak 4,39 juta jiwa. Virus Covid-19 sangat mempengaruhi ekonomi secara perorangan, rumah tetangga, perusahaan mikro, kecil, menengah maupun besar, bahkan mempengaruhi ekonomi negara dengan skala cakupan dari local, nasional, dan bahkan global.

Pada tanggal 2 Maret 2020,Presiden Indonesia, Bapak Joko Widodo mengumumkan bahwa Virus Covid-19 sebagai bencana. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) secara khusus menyebut Covid-19 sebagai bencana non alam dengan skala cakupan nasional.

Dampak pandemi Covid-19 tidak hanya pada sektor manufaktur, tetapi juga terhadap sector UMKM sejak April 2020.  Pada saat pandemi Covid-19 para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di berbagai sektor usaha jasa maupun produksi mengalami tantangan berat. Tantangan yang umum dirasakan oleh para pelaku usaha adalah adanya penurunan omzet, sepinya pelanggan, sulitnya mendapatkan bahan baku, dan hambatan dalam memasarkan produk dikarenakan adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang dilaksanakan hampir di seluruh Indonesia. Dalam situasi krisis ekonomi seperti ini, sektor UMKM sangat perlu perhatian khusus dari pemerintah karena di sector UMKM merupakan yang paling banyak menyerap tenaga kerja yaitu sekitar 97% dan kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional sekitar 60%. Berdasarkan hasil survei Katadata Insight Center(KIC) yang dilakukan terhadap 206 pelaku UMKM di Jabodetabek, 82,9% UMKM merasakan dampak negatif dari pandemic dan hanya 5,9% yang mengalami pertumbuhan positif. Kondisi Pandemi ini menyebabkan 63,9% dari UMKM mengalami penurunan omzet lebih dari 30%. Hanya 3,8% UMKM yang mengalami peningkatan omzet. Survey KIC tersebut juga menunjukkan sejumlah para UMKM berupaya untuk mempertahankan kondisi usahanya. Mereka melakukan upaya-upaya seperti: menurunkan produksi barang/jasa, mengurangi jam kerja dan jumlah karyawan dan saluran penjualan/pemasaran. Meski begitu, ada juga UMKM yang mengambil langah sebaliknya, yaitu menambah saluran pemasaran sebagai bagian strategi bertahan (Katadata.co.id 2020).

Berdasarkan data dari Kementerian Koperasi dan UKM (KUKM), sejak Maret 2020 sektor-sektor UMKM yang paling terdampak adalah UMKM  sector pariwisata, kuliner, dan pengolahan. Sebaliknya sector UMKM yang tetap tumbuh di tengah pandemic Covid-19 adalah di sector kesehatan, jasa pengiriman (kurir), jasa telekomunikasi, dan sector perdagangan online (e-commerce).

Tidak semua sector ekonomi terhenti akibat Covid-19, seperti pada sector kesehatan, serta sector perdagangan online, namun secara umum pandemi ini telah berimplikasi buruk bagi perekonomian Indonesia. Kementerian Keuangan mencatat setidaknya ada delapan dampak utama pandemi bagi perekonomian Indonesia. Pertama, meluasnya PHK, kurang lebih ada 1,5 juta pekerja yang dirumahkan dan terkana PHK. Meraka terdiri dari 1,24 juta orang pekerja formal dan 265 ribu pekerja informal. Kedua, kontraksi PMI Manufacturing, yakni mengalami kontraksi yang cukup dalam hingga 45,3 atau lebih rendah dibandingkan angka per Agustus 2019 yang masih berada di angka 49. Ketiga, menurunnya kinerja impor pada triwulan I 2020 sebanyak 3,7 % dari tahun yang lalu. Keempat, meningkatnya laju inflasi pada bulan Maret 2020 mecapai 2,96%. Kelima, pembatalan penerbangan domestic dan internasional. Setidaknya ada lebih dari 12.703 penerbangan di 15 bandara Indonesia dibatalkan sepanjang Januari-Maret 2020. Keenam, menurunnya jumlah wisatawan, terutama wisatawan manca Negara yang turun lebih dari 7 ribu per hari. Ketujuh, kehilangan pendapatan sektor layanan udara yang mencapai lebih dari Rp 300 miliar per hari. Kedelapan, penurunan okupansi hotel. Dibanding tahun lalu ada sekitar 50% kucuran devisa dari sektor pariwisata terpangkas.

Para pelaku usaha termasuk UMKM perlu berinovasi dalam memproduksi barang dan jasa sesuai dengan kebutuhan pasar. Para pelaku usaha ini juga dapat menumbuh-kembangkan berbagai gagasan dan ide usaha baru yang juga dapat berkontribusi sebagai pemecah persoalan social-ekonomi masyarakat akibat dampak pandemi. Seiring berjalannya waktu, aktivitas bisnis dan prospek pertumbuhan pada sector UMKM cenderung semakin membaik pada kuartal I/2021. Pemulihan UMKM ini memberikan sinyal positif.

Setelah berakhirnya PSBB, kita dihadapkan pada era tatanan baru atau lebih dikenal dengan sebutan New Normal. Pemerintah memberlakukan New Normal dengan tujuan agar masyarakat mulai melakukan aktivitas eknomi, namun tetap mematuhi protocol kesehatan secara ketat. New Normal ditandai dengan dibukanya kembali aktivitas keseharian masyarakat dengan tetap menjaga diri dari penyebaran Virus Covid-19. New Normal sendiri terdiri atas tatanan, kebiasaan maupun perilaku baru, memulai perilaku hidup bersih dan sehat. Beberapa kebiasaan baru dalam era New Normal diantaranya dengan mencuci tangan menggunakan sabun, selalu memakai masker pada saat keluar rumah atau berada di kerumunan, melakukan jaga jarak secara fisik dengan orang lain. Di era New Normal ini dapat memberikan peluang dan tantangan bagi pelaku UMKM untuk membangun kembali usahanya. Pelaku UMKM harus menemukan strategi pemasaran yang tepat dalam menghadapi era New Normal. Selama PSBB terbukti bahwa ada beberapa pelaku UMKM yang dapat bertahan bahkan meningkatkan volume usahanya.

Pada era New Normal, para pelaku UMKM dapat meanfaatkan peluang dengan melakukan aktivitas usaha seperti biasa dengan tetap mematuhi protocol kesehatan. Di New Normal ini, pemerintah juga memberikan pelatihan dan pendampingan kepada UMKM untuk melakukan adaptasi bisinis dari sebelumnya berbasis offline menjadi online. Kemudian dari tadinya berjualan produk tertentu beralih menjual produk dengan tingkat permintaan yang tinggi. Pemerintah terus berupaya mendorong para pelaku UMKM untuk on board ke platform digital melalui Program Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI), hingga akhir 2020 susah terdapat 11,7 juta UMKM on boarding. Pemerintah menargetkan jumlah UMKM yang go digital mencapai 30 juta pada tahun 2030. Dorongan UMKM untuk memanfaatkan platform digital sangat dibutuhkan apalagi pada kondisi pandemi saat ini. Pemanfaatan platform digital dapat meningkatkan efisiensi serta menambah saluran penjualan/pemasaran sektor UMKM yang saat ini terbatas akses fisiknya dengan pelanggan/pengguna jasa.

Salah satu kunci UMKM untuk tetap bisa bertahan, adalah dengan melakukan adaptasi dengan perubahan-perubahan pasar, baik perubahan permintaan (demand) dengan melakukan inovasi produk sesuai dengan kebutuhan masyarakat di era New Normal saat ini. Para pelaku UMKM harus mampu menyusun strategi komunikasi pemasaran sebagai bagian dari adaptasi untuk dapat bertahan dan juga tetap berkembang dalam kondisi saat ini. Strategi komunikasi pemasaran yang paling tepat pada era New Normal saat ini adalah:

1. Strategi non-digital

Strategi non-digital atau penjualan konvensional tetap dipertahankan dengan mempertimbangkan para pelanggan setia produk UMKM yang terbiasa berbelanja secara offline, karena kedekatan lokasi dengan pelaku UMKM.

 

2. Strategi Digital

Strategi digital teridiri atas tiga unsur pokok yaitu konten, database, dan iklan. Dalam hal konten misalnya, UMKM harus mampu membuat konten yang menarik dan sesuai dengan target pasar yang baru. Target pasar yang abru ini disusun dalam suatu database yang lengkap sehingga mudah untuk dianalisa dalam memilih calon pelanggan. Setelah itu, UMKM dapat menggunakan iklan untuk promosi yang bertujuan memperluas cakupan pemasaran kepada para pengguna baru sesuai dengan target pasar. Ada tiga cara adaptasi bisnis digital di era new normal (Huang, 2020):

1) Promosi Online

Di era 4.0 tentunya digital mengambil porsi yang lebih banyak dalam kehidupan kita. Saat ini banyak aplikasi social media yang dapat dijadkan untuk memasarkan produk. Selain itu juga bisa memanfaatkan influencer marketing untuk menjangkau sebaran jangkauan.

2) Menjaga Higienis Produk dimana New Normal

Kebersihan produk saat ini menjadi isu utama dalam pandemic. Orang-orang sekarang lebih berhati-hati dengan kebersihan produk karena takut tertular virus corona.

3) Bekerjasama dengan Ekspedisi yang Cepat Terpercaya

Estimasi waktu dan kemanan paket tentunya menjadi hal prioritas yang harus dicari.

 

3. Strategi pemasaran soft selling

Strategi pemasaran soft selling adalah penggunaan media promosi yang menjelaskan tentang produk. Soft selling bisa dilakukan dengan cara membuat trailer yang berisi product knowledge, harga, tanggal launching. Kemudian trailer ini diupload pada semua platform media social.

Pandemi Covid-19 berdampak besar pada penurunan perekonomian nasional termasuk sektor UMKM. Namun, seiring menurunnya jumlah penularan Covid-19 dan berjalannya program vaksinasi menumbuhkan optimisme sektor UMKM dapat pulih pada tahun 2021 ini. Pemerintah sejak 2020 mengeluarkan berbagai kebijakan dalam mendukung pemulihan sector UMKM antara lain penyaluran PEN (Pemulihan Ekonomi Nasional) bagi sektor UMKM, program Gernas BBI, program vaksinasi, restrukturisasi kredit, dan rencana pembentukan holding BUMN ultra mikro.

Dari semua tantangan yang muncul di era New Normal saat ini, beberapa UMKM telah mampu menyikapinya dan memanfaatkan peluang yang ada dengan menerapkan strategi komunikasi pemasaran yang tepat. Pelaku UMKM pun harus selalu mengupdate informasi, untuk mendapatkan inspirasi dan solusi usaha para era New Normal saat ini.

 

References
Bahtiar, R. A. (2021). Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Sektor Usaha Mikor, Kecil dan Menengah Serta Solusinya.

Nurhidayati, Arfinin, N., Nasir, M., Mutamimah, Zulkifli, Hendar, . . . Zulfa, M. (2020). Manajemn Bisnis Di Era Pandemi Covid-19 dan New Normal. Semarang: Unissula Press.

Rulandari, N., Rahmawati, N. F., & Nurbaiti, D. (2020). Strategi Komunikasi Pemasaran Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Pada Era New Normal. Prosiding Seminar Stiami. Jakarta.

Sutrisni, N. K. (2020). Dampak Pandemi Covid-19 Tehadap Bisnis Penjualan Bebasis Online di Bali.

  • Merdeka.com tidak bertanggung jawab atas hak cipta dan isi artikel ini, dan tidak memiliki afiliasi dengan penulis
  • Untuk menghubungi penulis, kunjungi situs berikut : damayanti-goestiani

KOMENTAR ANDA

Merdeka.com sangat menghargai pendapat Anda. Bijaksana dan etislah dalam menyampaikan opini. Pendapat sepenuhnya tanggung jawab Anda sesuai UU ITE.

Artikel Lainnya