1. MERDEKA.COM
  2. >
  3. PLANET MERDEKA
  4. >
  5. SEJARAH

Tuyul, Antara Misteri, Mistis dan Mitos

Penulis : Dodik Suwarno

12 Mei 2022 20:30

Mengupas realitas eksistensi makhluk astral dari kacamata logika

MALANG - Sosok makhluk astral yang satu ini berbeda dibanding yang lainnya. Wujudnya jauh dari kesan ‘horor’, justru lebih terlihat lucu. Belive it or not! Tuyul memang ada, dan bisa dibuktikan eksistensinya, artinya anda boleh percaya, boleh juga tidak percaya, itu urusan masing-masing, apalagi gak ada paksaan untuk mempercayainya atau sebaliknya.
Kemampuannya mengambil barang/benda berharga, mau tidak mau harus diakui. Maling kelas internasional sekalipun, kalah jauh dibanding Tuyul. Gak perlu susah-susah latihan teknik dasar maling, cukup sekali ‘order’, itu Tuyul sudah pasti menjalankan tugasnya. Tugasnya apa? Ya maling, karena memang itu tugas Tuyul.
Kalau tugasnya korupsi, itu beda lagi, karena sejak jaman kakek nenek buyut, Tuyul tugasnya ‘nyolong’, bukan korupsi. Tuyul gak kompeten punya tugas korupsi, selain perlu mindset, perlu planning, juga perlu design by design. Korupsi butuh pemikiran cerdas, supaya gak ada orang yang tau. Walaupun dilihat sepintas, sama-sama nyolong, tapi beda keduanya.
Jadi, mustahil Tuyul bisa menjalankan tugas korupsi, IQnya saja gak memungkinkan ia melakukannya. Kenapa? Gak ada ceritanya Tuyul sekolah. Boro-boro mau sekolah, mau daftar saja, jelas Tuyul tidak memenuhi syarat dan ketentuan. Orang tuanya gak jelas, KK (Kartu Keluarga) gak ada, kapan lahirnya masih simpang siur, apalagi akte kelahirannya patut dipertanyakan (Kelurahan/Kecamatan tidak melayani pembuatan akte untuk Tuyul). Bagaimana mungkin Tuyul bisa daftar sekolah, syarat dan ketentuan saja sudah tidak terpenuhi.
Jadi, Tuyul melakukan aksinya, gak butuh pemikiran ini itu, yang penting antara perintah dan tugasnya sinkron. Yang namanya nyolong, ya tetap nyolong, itu prinsip Tuyul, yang penting tugas berhasil dijalankan. Gak butuh kecerdasan otak, gak butuh ‘google map’ (literasi manapun belum pernah menceritakan Tuyul kesasar), gak butuh peralatan apapun, gak perlu ojol (ojek online), meskipun jaraknya berkilo-kilometer, ini kelebihan Tuyul dibanding maling kelas internasional manapun.
Kita akan bedah satu persatu tentang Tuyul, dari kacamata realitas maupun mistis. Realitasnya sudah pasti arahnya ke logika, sedangkan mistisnya arahnya ke sesuatu yang tak bisa dilogika. Ini bisa jadi pembanding kebenaran eksistensi Tuyul itu sendiri. Benarnya seperti apa, salahnya seperti apa, tergantung ‘sugesti’ masing-masing, tak ada paksaan untuk itu.
Sebelum masuk membahas realitas ataupun mistis Tuyul, kita kupas dulu apa itu ektoplasma, apa itu orbs, dan apa itu visual cortex. Kita kupas secara singkat padat dan jelas, agar apa yang dijelaskan nyambung dengan apa yang akan dibahas.
Selain itu, ada tradisi yang menjelaskan eksistensi Tuyul. Tapi, yang ini kita bahas belakangan. Tradisinya memang benar-benar ada, ritualnya juga ada, dan ini memang ada hingga saat ini, bukan sekedar omong kosong.
Nusantara memiliki banyak kelebihan dibanding negeri lain, salah satunya jenis ‘makhluk astral’. Jumlahnya tidak sedikit, bukan cuma puluhan, tapi ratusan, bahkan bisa juga tembus ribuan. Ini yang jarang orang banggakan, padahal ini aset berharga.
Pocong, kuntilanak, tuyul, sundel bolong, wewe gombel, genderuwo, kuyang, lampor, suster ngesot dan lainnya, bisa dikatakan produk dalam negeri, bukan adaptasi atau impor dari negeri lain. Memang, kalau kita banggain banyaknya jenis makhluk astral di negeri ini, pasti ditertawain banyak orang. Tapi, bila dikorelasikan ke dunia perfilman, sudah pasti beda.
Coba lihat dunia perfilman Hollywood, jenis-jenis ‘demit’ atau setan atau hantu banyak yang berasal dari negeri lain. Contohnya Dracula atau Vampir, ini urban legend dari daratan benua Eropa, bukan original Amerika. Sama seperti Zombie, maunya produk Amerika, faktanya itu produk asli kawasan Karibia. Banyak film-film Hollywood bergenre horor, demitnya demit impor alias bukan berasal dari Amerika.
Amerika memang punya produk lokal, tapi jumlahnya cuma sedikit. Ujung-ujungnya buat sana, buat sini, seolah-olah ini urban legend tempo dulu. Faktanya, itu urban legend yang baru dibuat, itupun dibuat karena ada kepentingan, yaitu dunia perfilman atau komik.
Silahkan cek sendiri, kapan ‘Freddy Nightmare’ itu muncul, kapan ‘Jesper Creper’ mulai dikenal publik, dan lainnya. Demit-demit itu muncul gak jauh-jauh dari sekarang, artinya demit itu memang sengaja dimunculkan untuk kepentingan dunia perfilman atau komik. Ini fakta yang sulit dibantah.
Jadi, Amerika gak punya produk demit lokal sebanyak di Nusantara. Apalagi di Nusantara ini, beda daerah, beda karakter, beda juga namanya, tetapi semua tetap merujuk pada satu eksistensi, yaitu demit atau hantu atau setan. Kalau semua demit di seluruh Nusantara dibikin film sekelas Hollywood, bisa dibayangkan betapa banyaknya film yang tayang di bioskop-bioskop.
Saat ini kita tidak membahas dunia perfilman terlalu jauh, tapi membahas apa itu Orbs, dan apa hubungannya dengan dunia perdemitan. Orbs adalah fenomena munculnya lingkaran putih pada sebuah frame foto yang di indikasikan sebagai hadirnya sosok dari dunia lain. Bulatan-bulatan pada frame foto tersebut terkadang muncul dalam jumlah banyak dan meninggalkan jejak.
Dalam kamera dan video, orbs muncul seperti bola, permata atau bulatan cahaya dengan ukuran gambar seperti bola golf sampai dengan bola basket. Orbs dipercaya sebagai penampakan hantu oleh paranormal atau orang yang memiliki kemampuan melihat alam gaib.
Beberapa orang mampu melihat orbs dengan mata telanjang, ini karena bakat atau dengan latihan. Karena orbs bergerak dengan cepat, maka tidak semua kamera dapat menangkapnya, butuh kamera dengan resolusi tinggi. Orbs bisa menjadi seperti kumpulan awan atau asap, dengan istilah Ektoplasma. Ektoplasma ini diduga sebagai transformasi kedua sesudah orbs.
Beberapa pengambilan foto ada yang mengaku kalau gambar mereka setelah cetak, bila diperbesar pada lingkaran putih tersebut akan menampakkan sosok gaib (Ghostly phenomena). Selama ini memang dunia gaib menjadi sangat diminati beberapa orang hingga melakukan serangkaian penelitian, salah satunya dengan alat berkomunikasi dengan alam gaib EVP(Electronic voice phenomenon).
Lokasi lokasi yang biasanya cenderung menjadi favorit untuk Orbs menampakkan dirinya adalah seperti rumah kosong yang angker, pemakaman umum. Bahkan ada sebuah riset yang menyatakan bahwa tempat ber-aura atau energi positifpun bisa jadi tempat penampakan Orbs tersebut.
Jadi, awalnya dari Orbs inilah, pocong, kuntilanak, tuyul, sundel bolong, wewe gombel, genderuwo, kuyang, lampor, suster ngesot dan lainnya itu bisa dideteksi manusia, sebelum memasuki fase berikutnya, yaitu ektoplasma. Orbs bisa dimana saja dan kapan saja. Jangan berpikir, Orbs adanya di malam hari, di siang hari juga bisa, jumlahnya tidak sedikit, tapi banyak.
Makhluk astral tak seperti yang dipikirkan orang awam. Mereka berpikir semua makhluk astral dibedakan atas wujud maupun karakter. Faktanya, semua makhluk astral adalah sama, sama dalam artian sama-sama energy cerdas disekitar manusia. Yang membedakan makhluk astral yang ini, dan yang itu, hanya besar kecilnya energy yang diserap, bukan wujudnya.
Orbs adalah wujud asli energy cerdas itu. Disinilah awal mula reaksi makhluk astral berkamuflase, dan reaksi itu bukan dipicu energy mandiri, tapi energy yang terlepas lalu diserap. Orbs tak punya energy mandiri, tanpa ada sebab akibat, Orbs tetaplah Orbs, tanpa kamuflase, tanpa jelas perwujudannya. Kamuflase awal Orbs, umum disebut Ektoplasma.
Dari Ektoplasma inilah, cikal bakal perbedaan wujud makhluk astral, sekaligus perbedaan energynya. Perbedaan wujud kuntilanak, sundel bolong, wewe gombel, dan lain-lain, awalnya dari sini, yaitu Ektoplasma. Ini kamuflase yang sudah berhasil menyerap energy kecil hingga besar disekitarnya. Tanpa energy, Orbs gak bakal berkamuflase menjadi Ektoplasma.
Ektoplasma adalah proses yang terjadi setelah penampakan Orbs. Biasanya akan berlanjut menjadi perwujudan yang lebih nyata ketimbang Orbs. Energy mereka dapat menampilkan penampakan berupa gumpalan asap atau bayangan. Namun, penampakan ini belum memiliki kekuatan interaksi, yang umum disebut ‘Poltergeist’.
Semakin besar Ektoplasma menyerap energy disekitarnya, semakin besar pula reaksinya. Ujung-ujungnya, muncul fenomena ‘Vortex’, disinilah baru muncul yang namanya Poltergeist. Ektoplasma mudah beradaptasi dengan energy yang diterimanya, sekaligus menampilkan perwujudan menurut visualisasi yang ada di dalam energynya.
Jadi, jangan heran kalau setiap jenis makhluk astral memiliki karakter masing-masing, bukan karena awalnya seperti itu, tapi adanya energy yang terlepas, ditambah visualisasi di dalam energy itu sendiri. Barulah reaksi Ektoplasma memungkinkan berinteraksi dengan manusia.
Dari mana asalnya energy itu? Jawabnya, dari manusia disekitarnya, ditambah energy material yang terlepas. Darimana energy material itu? Bisa bunga harum, bisa dupa, bisa kemenyan dan lain-lain. Tapi energy material sifatnya fleksibel, tak bisa menjadikan Ektoplasma bereaksi menjadi besar kecil. Justru manusialah yang dominan menentukan besar kecilnya energy Ektoplasma.
Tak semua Ektoplasma bereaksi agresif, ada yang diam, tapi ada yang bergerak. Artinya, Ektoplasma ada yang cuma merespon energy itu lalu melepaskannya, tapi ada yang justru meningkatkannya, alias mengumpulkan energy disekitarnya untuk menjadi energy besar.
Makanya, Tuyul tanpa harus diajarin nyolong, tanpa harus pegang hp untuk searching google map, tanpa harus naik ojol untuk pergi kesana kemari, mereka sudah tahu, apa ‘order’ yang diterimanya. Sejak awal, Ektoplasmanya menyerap energy ‘dunia permalingan’, jadilah makhluk astral yang punya ‘job’ maling tak kasat mata, itulah Tuyul yang sebenarnya.
Tuyul sangat efektif dan efisien untuk menjalankan tugas nyolong sana, nyolong sini. Tak perlu download aplikasi apapun, cukup sekali perintah, sekali ngomong, tugas dijalankan. Tapi, belum tentu Tuyul sukses menjalankan misinya. Kalau lagi apes, mereka tertangkap, sekaligus menjadi tawanan.
Beda lagi dengan Tuyul yang persuasif alias tak bereaksi untuk nyolong sana sini. Umumnya, Tuyul yang seperti ini berfungsi sebagai penglaris. Tuyulnya gak nyolong apapun, tapi melepaskan energynya agar orang tertarik. Jenis Tuyul yang seperti ini, jarang disinggung banyak orang. Paling banyak, jenis Tuyul yang agresif.
Padahal, tidak semua Tuyul itu nyolong, ada juga Tuyul yang pekerjaannya cuma makan, tidur, makan, tidur, dan seterusnya, tapi ia menarik perhatian dari energy-energy yang bersliweran. Ujung-ujungnya, menarik perhatian orang, bukan tertarik oleh Tuyulnya, tapi dagangan dari si pemilik Tuyul, atau umum disebut penglarisan.
Penglihatan manusia kadang bisa tertipu, tanpa ada yang menipu. Misalnya Fatamorgana, ketika berada di padang gurun yang gersang, mata melihat seolah-olah dari kejauhan nampak air, padahal itu cuma ilusi, yang ada cuma hamparan pasir, airnya gak ada. Fatamorgana ini, bukti otentik terbatasnya ‘indra’ manusia, sekaligus membuktikan batasan otak manusia menerima segala sesuatu disekitarnya.
Selain fatamorgana, ada halusinasi, kalau yang ini beda tapi mirip. Halusinasi menipu penglihatan, sekaligus otak manusia. Maunya fakta, kenyataannya apa yang dilihat tidak ada alias tidak nyata. Tapi, halusinasi bisa disebabkan banyak faktor.
Sepintas halusinasi mirip dengan ‘mengkhayal’. Mintanya tembus Togel 4D, 3D atau 2D, faktanya khayalan tak bisa jadi kenyataan. 4D, 3D dan 2D gak ada yang lolos sensor, akibatnya dapat duitnya cuma khayalan, angan-angan melayang entah kemana.
Kali ini, saya tidak membahas fatamorgana atau halusinasi, kalau yang ini urusannya beda, gak ada urusannya dengan ‘dunia pertuyulan’. Yang dibahas saat ini adalah ‘Vortex’, kalau yang ini sudah pasti nyambung dengan segala sesuatu bergenre misteri, mistis dan mitos. Vortex berhubungan erat dengan mata dan otak manusia.
Vortex sendiri, sebenarnya hanya ‘hologram’, bukan berbentuk padat. Kalau sudah berbentuk padat, ini beda lagi ceritanya, energy yang didapat cukup kuat untuk berinteraksi dengan manusia secara langsung. Tapi, wujud Vortex mampu melepaskan energy yang sanggup menggerakkan sesuatu disekitarnya, kalau yang ini, umum disebut ‘Poltergeist’.
Vortex berasal dari ektoplasma yang memiliki energy lebih besar dibanding orbs. Awalnya cuma gumpalan asap, lalu berubah wujud menjadi sosok horor. Tapi, belum tentu yang namanya wajah horor identik berwajah jelek, bisa juga berwajah cantik. Mau mirip artis Korea sekalipun, Vortex bisa berubah wujud menyesuaikan situasi dan kondisi.
Beda lagi dengan Mak Lampir, tanpa harus transformasi Vortex, dari awalnya sudah jelek, gak perlu diperdebatkan lagi. Andaikata Mak Lampir mau operasi plastik, yang repot bukan Mak Lampirnya, tapi Dokternya. Bagaimana gak repot, si Dokter harus berpikir ulang untuk ‘merevisi’ wajah Mak Lampir. Pakai teori bedah plastik manapun, Mak Lampir gak bakal berubah cantik.
Vortex sebenarnya bukan kamuflase ektoplasma, tapi adanya sikronisasi frekuensi yang terpancar hingga diterima manusia. Ujungnya, manusia melihat penampakan makhluk astral dari berbagai wujud, padahal yang ada didepan mata, sebenarnya cuma gumpalan asap yang memadat. Disebut Vortex, karena energy ektoplasmanya sudah beda dari sebelumnya, sehingga frekuensinya sudah bisa direspon otak manusia.
Energy besar inilah yang akhirnya bisa menghasilkan suara, menggerakan benda, hingga bereaksi terhadap manusia. Dari sinilah frekuensi dari makhluk astral diterima manusia. Frekuensi itu menyampaikan sinyal pada otak manusia, dan sinyal ini membawa visualisasi. Visualisasinya apa? bisa beda-beda, tergantung apa yang dimau si makhluk astral.
Vortex yang beginian (gumpalan asap memadat), belum berbentuk padat (fisik), dalam artian masih transparan, tak mampu berinteraksi secara fisik dengan manusia. Kehadiran makhluk astral inilah yang sebenarnya disebut Vortex, yaitu kesamaan frekuensi yang diterima manusia, akhirnya diterjemahkan dalam wujud visualisasi, oleh otak manusia.
Fase Vortex bisa dikatakan fase akhir dari transformasi orbs, sedangkan besar kecilnya energy makhluk astral tergantung serapan energy disekitarnya. Dari tuyul, sundel bolong, kuntilanak, wewe gombel, dan lain-lain, awalnya dari vortex ini, lalu menguat energynya, jadilah wujud padat.
Dari wujud padat inilah, Tuyul bisa nyolong sana, nyolong sini. Tuyul memang hampir mirip dengan Koruptor, sama-sama nyolong duit rakyat. Bedanya, hasil nyolong Tuyul cuma berdampak merugikan sekian gelintir orang, sedangkan hasil nyolong Koruptor, berdampak bagi sekian banyak orang. Belum pernah ada ceritanya Tuyul bisa membawa hasil nyolong tembus IDR 1 miliar, tapi Koruptor, jangankan 1 miliar, 1 triliun bisa diembat.
Saya tidak sependapat dengan pernyataan umum: “orang berkelakuan jahat mirip kelakuan setan”. Setan selalu jadi kambing hitam dari segala sesuatu kejahatan yang dilakukan manusia. Padahal, setan mustahil ‘kemanusiaan’, sedangkan manusia jahat disebut ‘kesetanan’. Ini pendapat gak seimbang alias gak netral, setan selalu dipojokan, padahal yang melakukan perbuatan jahat itu manusianya, bukan setannya, ini gak fair. Faktanya, setan selalu disalahkan, sedangkan setan gak pernah menyalahkan manusia, ini sama halnya diskriminasi rasisme, antara ras manusia terhadap ras setan.
Yang lebih parah lagi, suami yang selingkuh, ketahuan sama istrinya, lalu istrinya marah besar, kemudian menganggap suaminya berkelakuan setan, dan selingkuhannya dianggap ‘pelakor’ berkelakuan setan. Dari situ, setan langsung dituduh dan difitnah, tanpa ada pembuktian keterlibatannya, padahal yang melakukan perselingkuhan itu manusianya, bukan setannya.
Gunakan logika anda, mana ada setan nyolong duit rakyat puluhan hingga ratusan miliar? dimana ceritanya setan bisa menipu rakyat dengan cara pura-pura baik padahal punya agenda jahat menguras duit rakyat? kapan setan menyengsarakan rakyat gara-gara duit untuk rakyat diembat miliaran rupiah?
Setan gak sejahat itu, justru manusianya yang lebih jahat daripada setan, segelintir manusia menyengsarakan jutaan rakyat. Koruptor merusak berbagai sektor bagi kepentingan rakyat, gak cuma ribuan, tapi jutaan rakyat. Mana ada setan menyengsarakan jutaan rakyat? gak pernah ada kejadiannya rakyat sengsara gara-gara setan. (ds)
 

  • Merdeka.com tidak bertanggung jawab atas hak cipta dan isi artikel ini, dan tidak memiliki afiliasi dengan penulis
  • Untuk menghubungi penulis, kunjungi situs berikut : dodik-suwarno

KOMENTAR ANDA

Merdeka.com sangat menghargai pendapat Anda. Bijaksana dan etislah dalam menyampaikan opini. Pendapat sepenuhnya tanggung jawab Anda sesuai UU ITE.

Artikel Lainnya