35.409 Bayi di Kalsel Jalani Deteksi Dini Penyakit Jantung Bawaan
Dinas Kesehatan Kalsel telah melakukan skrining penyakit jantung bawaan pada 35.409 bayi, dengan 20 bayi memerlukan pemeriksaan lanjutan; program ini merupakan investasi untuk generasi sehat.
Banjarmasin, 29 April 2024 – Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan (Dinkes Kalsel) berhasil melakukan skrining atau deteksi dini penyakit jantung bawaan pada 35.409 bayi di tahun 2024. Angka ini mewakili 48,31 persen dari total sasaran yang telah ditetapkan. Program skrining ini bertujuan untuk mendeteksi dini penyakit jantung bawaan pada bayi baru lahir di Kalimantan Selatan, sebuah upaya penting untuk memastikan tumbuh kembang anak yang optimal.
Dari total bayi yang diperiksa, sebanyak 20 bayi terdeteksi memerlukan pemeriksaan lanjutan. Hal ini disampaikan langsung oleh Pelaksana Tugas Kepala Dinkes Provinsi Kalsel, M. Muslim, dalam keterangan pers di Banjarmasin, Selasa. "Sebanyak 20 bayi terdeteksi gagal skrining sehingga ditindaklanjuti pemeriksaan lanjutan dan tata laksana awal," kata M. Muslim.
Selain penyakit jantung bawaan, program skrining ini juga mencakup deteksi dini penyakit lainnya. Dinkes Kalsel juga telah melakukan pemeriksaan Hipotiroid Kongenital pada 16.703 sampel bayi, dengan hasil dua bayi positif menderita penyakit tersebut. Program ini juga mendeteksi penyakit-penyakit seperti Hiperplasia Adrenal Kongenital dan defisiensi enzim G6PD pada puluhan ribu bayi baru lahir di Kalimantan Selatan.
Deteksi Dini: Investasi untuk Generasi Sehat
Menurut M. Muslim, deteksi dini penyakit pada bayi sangat penting. "Deteksi dini terhadap penyakit ini sangat penting, mengingat keterlambatan penanganan dapat berdampak fatal terhadap tumbuh kembang anak," tegasnya. Program skrining ini merupakan bagian dari upaya strategis Dinkes Kalsel untuk menurunkan angka kematian bayi dan meningkatkan kualitas hidup anak sejak dini. Hal ini menunjukkan komitmen pemerintah daerah dalam membangun generasi yang sehat dan berkualitas.
Lebih lanjut, Dinkes Kalsel secara aktif meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan di rumah sakit dan puskesmas melalui pelatihan skrining bayi baru lahir. Pelatihan ini bertujuan untuk memastikan tenaga kesehatan memiliki kompetensi yang memadai dalam melakukan skrining dan penanganan dini penyakit pada bayi. Kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk rumah sakit rujukan seperti RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta yang telah menjadi mitra pengolahan sampel skrining sejak 2023, juga menjadi kunci keberhasilan program ini.
Kerja sama ini menunjukkan pentingnya sinergi antar berbagai pihak dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat. "Kunci sukses dari program ini bukan hanya pada alat dan teknologi, tetapi juga pada komitmen, kompetensi, dan sinergi antara tenaga kesehatan, pemerintah, serta masyarakat," jelas M. Muslim. Program skrining ini merupakan investasi jangka panjang untuk mencetak generasi yang sehat dan berkualitas di Kalimantan Selatan.
Rincian Program Skrining Bayi Baru Lahir di Kalsel:
- Penyakit Jantung Bawaan: 35.409 bayi (48,31% dari sasaran) telah menjalani skrining, 20 bayi memerlukan pemeriksaan lanjutan.
- Hipotiroid Kongenital: 16.703 sampel bayi diperiksa, 2 bayi positif menderita.
- Penyakit lainnya: Skrining juga mencakup Hiperplasia Adrenal Kongenital dan defisiensi enzim G6PD.
Program ini menekankan pentingnya deteksi dini penyakit pada bayi untuk mencegah dampak fatal pada tumbuh kembang anak dan merupakan bukti komitmen pemerintah dalam membangun generasi yang sehat dan berkualitas. Kolaborasi dan peningkatan kapasitas tenaga kesehatan menjadi kunci keberhasilan program ini.