75 Tahun Hubungan RI-China: Kerja Sama Ekonomi Meningkat Signifikan
Duta Besar RI untuk China sebut hubungan diplomatik RI-China selama 75 tahun terakhir mencatatkan kemajuan pesat, terutama di bidang ekonomi, ditandai peningkatan nilai perdagangan dan investasi.
Beijing, 14 April 2025 - Peringatan 75 tahun hubungan diplomatik Indonesia-China menandai tonggak sejarah penting bagi kedua negara. Kunjungan Duta Besar RI untuk China dan Mongolia, Djauhari Oratmangun, ke Beijing pada Minggu (13/4) mengungkapkan kemajuan signifikan, khususnya dalam kerja sama ekonomi. Perayaan ini dihadiri para rektor, dosen, mahasiswa Indonesia, dan warga negara Indonesia yang berada di Beijing.
Djauhari Oratmangun menyatakan bahwa angka-angka perdagangan dan investasi antara Indonesia dan China menunjukkan peningkatan yang signifikan. Presiden kedua negara telah saling mengucapkan selamat atas pencapaian 75 tahun hubungan diplomatik ini. Hubungan yang dimulai secara resmi pada 13 April 1950, saat China dipimpin Mao Zedong, ini menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara pertama di Asia Tenggara yang mengakui China secara diplomatik.
Selama 75 tahun tersebut, hubungan bilateral kedua negara ditandai dengan peningkatan transaksi perdagangan yang konsisten. Pada tahun 2024, nilai transaksi perdagangan mencapai angka fantastis, yaitu 147,78 miliar dolar AS (sekitar Rp2.478 triliun) menurut data Bea Cukai China. Ekspor Indonesia ke China mencapai 71,09 miliar dolar AS, sementara impor dari China mencapai 76,69 miliar dolar AS. Hal ini menjadikan China sebagai mitra dagang terbesar Indonesia, mengungguli Amerika Serikat dan Jepang.
Peningkatan Investasi dan Kerja Sama Bilateral
Tidak hanya perdagangan, investasi China di Indonesia juga menunjukkan tren positif. Pada tahun 2024, China menjadi negara ketiga terbesar yang berinvestasi di Indonesia dengan nilai mencapai 8,1 miliar dolar AS, meningkat 9,4 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Keberhasilan ini menunjukkan semakin eratnya kerja sama ekonomi antara kedua negara.
Meskipun terdapat "trade friction" atau gesekan perdagangan di tingkat global, Duta Besar Djauhari menekankan bahwa Indonesia menjaga hubungan baik dengan baik China maupun Amerika Serikat. Ia menghindari penggunaan istilah "trade war" untuk meredakan ketegangan.
Sebagai bagian dari perayaan 75 tahun hubungan Indonesia-China, direncanakan pertemuan antarmenteri 2+2 (menteri luar negeri dan menteri pertahanan kedua negara) pada akhir April 2025. Pertemuan ini diharapkan akan semakin memperkuat kerja sama bilateral di berbagai bidang.
Era Digital dan Keahlian yang Dibutuhkan
Dalam acara ramah tamah tersebut, Prita Gani, pendiri dan CEO LSPR, menekankan pentingnya adaptasi terhadap era digital dalam strategi komunikasi lintas batas. Ia menyebutkan beberapa keahlian penting yang dibutuhkan, antara lain creative thinking, relationship skill, research skill, kemampuan bercerita (narasi), management skill, dan entrepreneur skill.
Keahlian-keahlian ini dinilai krusial bagi para pelaku hubungan masyarakat di era globalisasi dan digitalisasi saat ini, yang menuntut kecepatan dan inovasi dalam strategi komunikasi.
Sejarah Hubungan Indonesia-China
Hubungan Indonesia-China telah terjalin erat sejak era Presiden Soekarno. Kedua negara merupakan pemrakarsa Konferensi Asia-Afrika tahun 1955. Namun, hubungan diplomatik sempat terputus setelah peristiwa G30S/PKI pada tahun 1965, dan Indonesia menjalin hubungan dengan Taiwan. Hubungan diplomatik dipulihkan pada 8 Agustus 1990, dengan Indonesia mengakui prinsip 'Satu China'.
Di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo, Indonesia bergabung dalam 'Belt and Road Initiative' China, yang salah satu proyeknya adalah pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung. Proyek ini menjadi bukti nyata dari semakin eratnya kerja sama infrastruktur antara Indonesia dan China.
Secara keseluruhan, 75 tahun hubungan diplomatik Indonesia-China menunjukkan peningkatan yang signifikan, terutama di bidang ekonomi. Kemitraan strategis ini diharapkan akan terus berkembang dan menguntungkan kedua negara di masa depan.