Aplikasi Pantau Kesehatan Warga Per Kampung Siap Diluncurkan di Yogyakarta
Kota Yogyakarta akan meluncurkan aplikasi pemantauan kesehatan warga per kampung untuk mendukung program Satu Kampung Satu Nakes pada Agustus 2025, guna memetakan data kesehatan dan kebutuhan warga secara rinci.
Kota Yogyakarta berinisiatif meluncurkan sebuah aplikasi inovatif untuk memantau kesehatan warganya secara lebih efektif dan efisien. Aplikasi ini dirancang untuk mendukung program "Satu Kampung Satu Nakes" yang akan dimulai pada Agustus 2025. Inisiatif ini bertujuan untuk meningkatkan akses dan kualitas layanan kesehatan bagi seluruh warga Yogyakarta, khususnya di tingkat kampung.
Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, Waryono, menjelaskan bahwa aplikasi ini akan menyediakan data kesehatan warga secara rinci per kampung. Data tersebut meliputi jumlah penduduk, lansia, ibu hamil, balita, dan kasus stunting. Informasi yang komprehensif ini akan sangat membantu dalam perencanaan dan pendistribusian layanan kesehatan yang tepat sasaran.
Waryono menambahkan, "Kominfo akan membuatkan semacam peta atau portal kesehatan. Nanti kalau di-'klik' satu kampung, akan kelihatan semua datanya." Sistem ini diharapkan dapat memperkuat peran tenaga kesehatan (nakes) di setiap kampung, tidak hanya dalam memberikan layanan langsung, tetapi juga dalam memetakan kebutuhan dan potensi risiko kesehatan di wilayah binaannya.
Program Satu Kampung Satu Nakes
Program Satu Kampung Satu Nakes merupakan gagasan Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo. Pada tahap awal, program ini akan menargetkan 45 kelurahan di Kota Yogyakarta, dengan penempatan satu nakes di setiap kelurahan. Rekrutmen nakes akan dilakukan sebelum Agustus 2025 dan dibiayai melalui anggaran biaya tambahan (ABT) perubahan.
Waryono menjelaskan, "Untuk 2025 ini, kita siapkan dulu 45 nakes di 45 kelurahan. Itu nanti direkrut dan diberi honor melalui ABT perubahan." Setiap nakes akan dibantu oleh dua kader posyandu dan berkoordinasi dengan puskesmas serta layanan kegawatdaruratan Public Safety Center (PSC) 119. Sistem rujukan juga akan diterapkan jika diperlukan.
Waryono menambahkan, "Sementara ini masih dikaver oleh tim-tim dari puskesmas. Tapi nanti kita siapkan agar setiap kampung ada nakes yang bertanggung jawab langsung." Dinkes menargetkan perluasan cakupan program ini ke 169 kampung di Kota Yogyakarta pada tahun 2026.
"Nanti akan kita lanjutkan dengan rekrutmen lagi agar tiap kampung punya satu bidan atau nakes," kata Waryono. Penting untuk ditekankan bahwa keberadaan nakes di kampung bukanlah untuk menggantikan fungsi puskesmas, melainkan untuk memperkuat layanan dasar dan menjangkau masyarakat secara lebih dekat.
Penguatan Layanan Kesehatan Dasar
Waryono menjelaskan lebih lanjut, "Misalnya nanti di posyandu ditemukan kasus yang perlu ditindaklanjuti, nakes akan jadi penghubung ke puskesmas atau layanan rujukan." Program Satu Kampung Satu Nakes merupakan bagian dari janji kampanye Wali Kota Hasto Wardoyo untuk menghadirkan layanan kesehatan berbasis komunitas di Kota Yogyakarta.
Untuk mendukung program ini, Dinkes telah menyelesaikan rancangan peraturan wali kota (perwal) tentang jaminan pelayanan kesehatan. Perwal ini akan mengatur sistem kerja dan pembiayaan program. Waryono menyatakan, "Sudah selesai, tinggal harmonisasi di Biro Hukum Pemda DIY. Harapannya bisa terbit dalam 100 hari pertama masa kepemimpinan Pak Wali Kota."
Aplikasi pemantauan kesehatan ini akan menjadi alat penting dalam mendukung program Satu Kampung Satu Nakes. Dengan data yang akurat dan terintegrasi, pemerintah kota dapat mengalokasikan sumber daya secara efektif dan efisien untuk meningkatkan kesehatan masyarakat Yogyakarta. Aplikasi ini diharapkan dapat membantu dalam pencegahan penyakit, deteksi dini, dan peningkatan akses layanan kesehatan bagi semua warga.