LIVE
  • Home
  • Hot News
  • Artis
  • Sains
  • Inspira
  • Sehat
  • Otomotif
  • Lifestyle
  • Sejarah
  • Travel
  • Sepakbola
  • Sport
  • Ngakak
LIVE
  • Hot News
  • Artis
  • Sains
  • Inspira
  • Sehat
  • Otomotif
  • Lifestyle
  • Sejarah
  • Travel
  • Sepakbola
  • Sport
  • Ngakak
HEADLINE HARI INI
  • {title}
  • {title}
  1. Hot News

BMKG Optimalkan FDRS: Sistem Canggih Deteksi Dini Kebakaran Hutan, Apa Itu?

BMKG gencar optimalkan sistem FDRS untuk deteksi dini kebakaran hutan. Ketahui bagaimana teknologi ini bekerja memprediksi risiko api dan mencegah bencana.

Selasa, 12 Agu 2025 22:46:00
konten ai
Pemerintah Indonesia kini mengandalkan sistem canggih Fire Danger Rating System (FDRS) untuk deteksi dini kebakaran hutan dan lahan. Bagaimana teknologi ini bekerja dan sejauh mana efektivitasnya? (©Planet Merdeka)
Advertisement

Pemerintah Indonesia, melalui Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), kini semakin mengoptimalkan penggunaan sistem canggih untuk deteksi dini kebakaran hutan dan lahan. Sistem yang dikenal sebagai Fire Danger Rating System (FDRS) ini menjadi tulang punggung dalam upaya pencegahan dan penanggulangan karhutla. Inisiatif ini menunjukkan komitmen serius dalam menjaga kelestarian lingkungan dan kesehatan masyarakat.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, menjelaskan bahwa sistem FDRS memanfaatkan data dari berbagai sumber, termasuk Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional (NOAA). Data tersebut diolah untuk menghasilkan peta risiko kebakaran yang ditandai dengan indikator warna hijau, oranye, dan merah. Peta ini sangat vital sebagai referensi cepat bagi pihak terkait di lapangan.

Pemanfaatan FDRS memungkinkan pemerintah mengambil langkah-langkah preventif sebelum api menyebar luas. Fokus utama penerapan sistem ini meliputi enam provinsi prioritas rawan karhutla, yaitu Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan. Dengan demikian, potensi kerugian akibat bencana kebakaran dapat diminimalisir secara signifikan.

Advertisement

Mengenal Lebih Dekat Sistem FDRS BMKG

Sistem FDRS yang dioperasikan oleh BMKG merupakan inovasi penting dalam mitigasi bencana kebakaran hutan. Indikator warna pada peta risiko memiliki makna spesifik: merah menunjukkan adanya api aktif atau titik panas (hotspot), oranye mengindikasikan potensi kebakaran yang tinggi, sementara hijau berarti kondisi relatif aman. Informasi ini menjadi panduan krusial bagi operasi modifikasi cuaca dan patroli lapangan.

Data yang dikumpulkan oleh FDRS tidak hanya berasal dari NOAA, tetapi juga dianalisis secara mendalam untuk memberikan gambaran yang akurat mengenai kondisi kelembaban tanah, suhu udara, dan curah hujan. Faktor-faktor ini sangat memengaruhi tingkat kekeringan vegetasi dan potensi penyebaran api. Pemahaman mendalam terhadap parameter ini memungkinkan prediksi yang lebih presisi.

Tim meteorologi BMKG tidak hanya mengandalkan data FDRS, tetapi juga mengintegrasikannya dengan citra satelit. Kombinasi ini memungkinkan pemantauan distribusi asap, arah angin, dan potensi kabut asap lintas batas negara. Akurasi data yang dihasilkan sangat membantu dalam memprediksi pergerakan asap dan dampaknya terhadap wilayah lain.

Advertisement

Integrasi teknologi ini memastikan bahwa informasi yang diterima oleh tim di lapangan adalah yang paling mutakhir dan komprehensif. Dengan demikian, respons terhadap potensi kebakaran dapat dilakukan dengan lebih cepat dan tepat. Hal ini krusial untuk mencegah eskalasi kebakaran menjadi bencana yang lebih besar.

Efektivitas dan Sinergi dalam Penanganan Karhutla

Guswanto menambahkan bahwa BMKG secara rutin menggabungkan data hotspot dari FDRS dengan hasil pemantauan lapangan oleh Manggala Agni, unit pemadam kebakaran darat dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Selain itu, data juga disinergikan dengan armada udara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Kolaborasi ini menciptakan sistem penanganan yang terpadu dan efektif.

Sistem terintegrasi ini telah terbukti efektif dalam menentukan area prioritas harian untuk penanganan kebakaran hutan dan lahan. Dengan identifikasi dini, sumber daya dapat dialokasikan secara efisien ke titik-titik yang paling membutuhkan perhatian. Ini adalah langkah proaktif yang jauh lebih baik daripada reaktif.

Penekanan pada pencegahan dan deteksi dini adalah kunci utama. Guswanto menegaskan bahwa upaya ini jauh lebih efektif daripada penanganan kebakaran setelah api meluas. Dengan adanya FDRS, risiko kerusakan lingkungan dan kesehatan akibat karhutla dapat ditekan secara signifikan, terutama selama musim kemarau yang diperkirakan akan berakhir pada September 2025.

Berita Terbaru
  • Fakta Menarik: 53 Pebalap dari 24 Negara Siap Ramaikan Kejuaraan Jetski Dunia 2025 di Danau Toba, Dongkrak Ekonomi Sumut?
  • Terungkap! Sinergi Dua Kementerian Dorong Penguatan UMKM Destinasi Wisata, Potensi 25 Juta Lapangan Kerja Menanti
  • Terobosan Ekspor Semen SBI: Pabrik Tuban Siap Pasok 1 Juta Ton ke Amerika Serikat
  • Prakiraan Cuaca Jakarta: Sebagian Wilayah Diprediksi Cerah Kamis Pagi, Bagaimana Kondisi Siang Hari?
  • Trivia: 63,85 Ton Beras Disalurkan! Gerakan Pangan Murah Polri Polda Sulut Perkuat Stabilisasi Harga
  • bmkg
  • deteksi dini
  • fdrs
  • karhutla
  • kebakaran hutan
  • konten ai
  • mitigasi bencana
  • pencegahan bencana
  • perubahan iklim
  • #planetantara
  • sistem peringatan dini
  • teknologi lingkungan
Artikel ini ditulis oleh
Editor Redaksi Merdeka
R
Reporter Redaksi Merdeka
Disclaimer

Artikel ini ditulis ulang menggunakan artificial intelligence (AI). Jika ada kesalahan dalam konten, mohon laporkan ke redaksi.

Berita Terpopuler

Berita Terpopuler

Advertisement
Kontak Tentang Kami Redaksi Pedoman Media Siber Metodologi Riset Workstation Disclaimer Syarat & Ketentuan Privacy Kode Etik Sitemap

Copyright © 2024 merdeka.com KLY KapanLagi Youniverse All Right Reserved.