Bulog Kotim Optimalkan Penyerapan Jagung, Pastikan Petani Tak Dirugikan
Perum Bulog Kotim berupaya maksimal menyerap hasil panen jagung petani dengan harga pemerintah (HPP) Rp5.500/kg, mencegah kerugian petani dan mendukung swasembada pangan nasional.
Sampit, Kalimantan Tengah, 7 April 2024 - Perum Bulog Kantor Cabang Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah, berkomitmen penuh dalam mengoptimalkan penyerapan hasil panen jagung. Langkah ini bertujuan untuk memastikan tidak ada petani yang dirugikan dan mendukung program pemerintah dalam mewujudkan swasembada pangan nasional. Bulog berperan sebagai penampung utama hasil panen jagung di Kotim, khususnya ketika belum ada industri pengolahan yang siap menyerap hasil panen secara langsung.
Kepala Perum Bulog Kotim, Muhammad Azwar Fuad, menyatakan bahwa Bulog bertindak sebagai standby buyer atau pembeli siaga. "Dalam mendukung swasembada pangan, kami Bulog menjadi standby buyer, supaya jangan sampai ada jagung yang sudah ditanam dan dipanen, tapi tidak terbeli, jadi kami tetap akan beli," ujar Fuad di Sampit, Kalimantan Tengah.
Program penyerapan jagung ini merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk mencapai swasembada pangan. Kerja sama antara Kementerian Pertanian, Kepolisian Republik Indonesia, dan berbagai pihak terkait menjadi kunci keberhasilan program ini. Bulog, sebagai bagian dari program tersebut, memiliki peran krusial dalam menjamin stabilitas harga dan keberlanjutan pertanian jagung di Kotim.
Dukungan Bulog untuk Swasembada Pangan Jagung
Pemerintah menetapkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) jagung sebesar Rp5.500 per kilogram. Bulog siap menyerap jagung petani dengan harga tersebut, dengan catatan jagung yang diserahkan sudah dalam bentuk pipilan, bukan bonggol, dan kadar air maksimal 14 persen. Ketentuan ini penting untuk memastikan jagung dapat disimpan lebih lama di gudang Bulog.
Jagung yang diserap Bulog masuk dalam kategori Cadangan Jagung Pemerintah (CJP). Pengeluaran CJP harus sesuai instruksi dari Badan Pangan Nasional (Bapanas). Bulog tidak dapat mengeluarkan stok jagung secara sembarangan. Peran Bulog sebagai standby buyer ditekankan, bukan sebagai pembeli utama. Industri pengolahan jagung seharusnya menjadi pembeli utama, namun karena belum ada industri yang memadai di Kotim, Bulog sementara ini menjadi penampung utama.
"Idealnya yang pertama menyerap hasil pertanian jagung itu adalah pihak industri dan jika terjadi surplus, maka Bulog yang akan menyerapnya. Namun, karena di Kotim belum ada industri yang siap untuk menyerap hasil panen tersebut, maka pembeli utama sementara ini adalah Bulog setempat," jelas Fuad.
Solusi dan Persiapan Bulog Kotim
Bulog Kotim telah menyiapkan dua gudang untuk menampung jagung di Jalan MT Haryono No 88 dan Jalan Jenderal Sudirman Km 9. Sebagai antisipasi jika gudang penuh, Bulog telah mempersiapkan solusi penyewaan bangunan sebagai gudang sementara. Meskipun belum dapat memprediksi jumlah jagung yang akan diserap, Bulog Kotim telah memulai penyerapan. "Sementara ini, kami sudah menyerap 1,2 ton jagung hasil pertanian di Parenggean. Lalu, sebelum Lebaran kemarin juga ada panen di Pal 6 dengan Polri yang saat ini masih proses pengeringan. Insya Allah masih bisa ditampung di gudang Bulog, kalaupun tidak kami sudah ada solusinya," tambah Fuad.
Keberadaan pabrik pakan ternak milik Pemprov Kalteng di Kecamatan Parenggean yang akan segera beroperasi diharapkan dapat menjadi solusi jangka panjang. Pabrik tersebut nantinya dapat menyerap hasil panen jagung petani, mengurangi beban Bulog sebagai standby buyer. Langkah ini menunjukkan komitmen Bulog dan pemerintah dalam mendukung petani dan memastikan keberhasilan program swasembada pangan nasional.
Dengan adanya upaya optimal dari Bulog Kotim ini, diharapkan petani jagung di Kotim dapat merasa aman dan terjamin pemasaran hasil panennya. Hal ini akan mendorong peningkatan produksi dan kesejahteraan petani di wilayah tersebut.