Efek Domino Tarif Impor Trump: Pakar Ekonomi Unand Ungkap Dampaknya pada Indonesia
Pakar ekonomi Unand, Hefrizal Handra, menjelaskan efek domino kebijakan tarif impor Presiden Trump terhadap ekonomi Indonesia, mengancam sektor ekspor namun membuka peluang diversifikasi.
Padang, 11 April 2023 (ANTARA) - Kebijakan tarif impor (resiprokal) yang diterapkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump menimbulkan efek domino yang signifikan terhadap perekonomian global, termasuk Indonesia. Pakar ekonomi dari Universitas Andalas (Unand), Hefrizal Handra, memaparkan dampaknya yang kompleks dan beragam terhadap berbagai sektor di Indonesia.
Hefrizal Handra menjelaskan bahwa penurunan permintaan global akibat kebijakan tersebut akan berdampak negatif pada sejumlah sektor utama ekonomi Indonesia. Industri manufaktur berorientasi ekspor, pertambangan, transportasi-logistik, investasi, dan konstruksi menjadi sektor yang paling rentan terhadap guncangan ini. Ia menekankan bahwa "Yang pasti penurunan permintaan global akan memukul sejumlah sektor utama di Indonesia."
Lebih lanjut, Hefrizal menjelaskan bahwa penurunan volume perdagangan internasional tidak hanya mengganggu sektor ekspor, tetapi juga menggoyahkan sentimen investasi. Kondisi ini menciptakan ketidakpastian yang berdampak luas pada perekonomian nasional. Namun, tidak semua sektor terdampak negatif; beberapa sektor justru menunjukkan ketahanan yang lebih baik.
Sektor yang Terdampak dan yang Tahan terhadap Guncangan
Hefrizal mencatat bahwa sektor-sektor yang berfokus pada pasar domestik, seperti pertanian, e-commerce, dan pariwisata lokal, menunjukkan resiliensi yang lebih tinggi terhadap guncangan ekonomi global yang dipicu oleh kebijakan tarif impor Trump. Kondisi ini, menurutnya, membuka peluang untuk diversifikasi ekonomi nasional di tengah ketidakpastian global. Ia menambahkan, "Ini membuka peluang untuk diversifikasi ekonomi nasional di tengah ketidakpastian global."
Meskipun beberapa sektor terdampak negatif, Indonesia masih memiliki fondasi ekonomi yang relatif kokoh. Cadangan devisa nasional yang tinggi, inflasi terkendali, dan rasio utang pemerintah terhadap produk domestik bruto yang masih di bawah 40 persen menjadi faktor penyangga. Namun, Hefrizal mengingatkan pentingnya kewaspadaan terhadap risiko krisis.
Ia memperingatkan potensi arus modal keluar jika ketidakpastian berlanjut dan kepercayaan investor menurun drastis, yang berpotensi melemahkan nilai tukar rupiah. "Jika ketidakpastian berlarut dan kepercayaan investor menurun drastis, arus modal keluar bisa terjadi yang pada akhirnya melemahkan nilai tukar rupiah," ujarnya.
Solusi Pemerintah Menghadapi Ketidakpastian Ekonomi Global
Hefrizal Handra juga menyoroti langkah-langkah yang dapat dilakukan pemerintah untuk menghadapi ketidakpastian ekonomi global. Di bidang fiskal, percepatan belanja infrastruktur, pendidikan, dan perlindungan sosial dinilai strategis untuk menstimulasi permintaan domestik. Namun, perlu diwaspadai agar defisit anggaran tetap terkendali, terutama jika pelemahan ekonomi global berdampak pada penerimaan pajak.
Sementara itu, di bidang moneter, Bank Indonesia perlu menjaga stabilitas nilai tukar melalui intervensi pasar yang terukur dan pengelolaan cadangan devisa yang bijak. Penyesuaian suku bunga juga harus dilakukan dengan cermat untuk menjaga keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan stabilitas harga. Koordinasi yang erat antara otoritas fiskal dan moneter menjadi kunci keberhasilan dalam menghadapi tantangan ini.
Ia menekankan pentingnya koordinasi yang erat antara otoritas fiskal dan moneter. "Koordinasi erat antara otoritas fiskal dan moneter menjadi kunci. Tanpa itu, respons kita bisa tidak sinkron dan justru memperbesar volatilitas," jelasnya.
Lebih lanjut, Hefrizal menekankan bahwa strategi kebijakan Indonesia tidak cukup hanya bersifat reaktif. Diperlukan pendekatan jangka menengah yang adaptif, komunikasi kebijakan yang konsisten, dan penguatan basis ekonomi domestik untuk memperkuat ketahanan nasional. Indonesia harus bersiap menghadapi dampak kebijakan proteksionis global, tidak hanya bertahan, tetapi juga bangkit lebih tangguh dalam peta ekonomi global yang terus berubah.
"Kebijakan tarif Trump mungkin dibuat demi menyehatkan ekonomi Amerika, namun dampaknya telah merambat melintasi batas negara. Indonesia harus bersiap, tidak hanya bertahan, tetapi juga bangkit lebih tangguh dalam peta ekonomi global yang terus berubah," tutup Hefrizal.