Ekspor ke AS Naik, Tapi Ancaman Perang Dagang Menghantui
Ekonom Indef, Bhima Yudhistira, mengingatkan pertumbuhan ekspor Indonesia ke AS perlu diimbangi antisipasi perang dagang dan relokasi industri.
Ekspor Indonesia ke Amerika Serikat (AS) mengalami peningkatan pada Februari 2025, mencapai 2,35 miliar dolar AS atau naik 1,74 persen year-on-year (yoy). Namun, kabar baik ini diiringi kekhawatiran dari ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira Adhinegara. Bhima mengingatkan pemerintah untuk mengantisipasi potensi perang dagang yang dapat mengancam kinerja ekspor Indonesia ke AS di masa mendatang. Pertumbuhan ini terjadi di tengah kebijakan tarif tinggi produk impor yang diterapkan Presiden AS Donald Trump, yang berpotensi menimbulkan dampak negatif bagi Indonesia.
Menurut Bhima, peningkatan ekspor ke AS perlu diimbangi dengan antisipasi penurunan harga komoditas dan peningkatan tarif ekspor. Hal ini dikarenakan potensi penurunan daya saing produk Indonesia di pasar AS. "Terkait dengan perang dagang, memang harus diantisipasi itu dua hal. Yang pertama, yang harus diantisipasi adalah meski Indonesia ekspor ke Amerika masih tumbuh, tapi perlu diimbangi juga dengan adanya penurunan dari sisi harga komoditas dan juga tarif ekspor yang meningkat," jelas Bhima dalam wawancara dengan ANTARA di Jakarta, Senin.
Lebih lanjut, Bhima menekankan pentingnya Indonesia untuk menangkap peluang relokasi industri dari AS untuk menghindari tarif impor yang tinggi. Relokasi industri ini dapat memberikan keuntungan bagi Indonesia dalam hal ekspor ke negara-negara lain seperti Kanada dan Eropa yang juga terkena dampak perang tarif. "Misalnya perusahaan Amerika mau ekspor ke Eropa, ke Jerman, atau Kanada yang lagi ada perang tarif. Kalau mereka bisa pindah ke Indonesia, Indonesia ekspor ke Kanada tidak dikenakan tarif yang tinggi, nah itu potensi yang bagus," tambahnya.
Antisipasi Dampak Perang Dagang
Bhima juga menyoroti pentingnya antisipasi agar Indonesia tidak menjadi tempat pembuangan produk China yang kesulitan memasuki pasar AS akibat perang dagang. "Jadi karena China susah jual barang ke Amerika, kelebihan produksinya dilempar ke Indonesia, akhirnya jadi banjir impor di Indonesia," ujarnya. Hal ini dapat berdampak negatif bagi perekonomian Indonesia, terutama bagi industri dalam negeri yang bersaing dengan produk impor murah.
Untuk mengatasi potensi tersebut, Bhima merekomendasikan revisi Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No. 8 Tahun 2024. Revisi ini bertujuan untuk memperketat pengaturan impor, khususnya pada barang-barang seperti makanan, minuman, pakaian, aksesoris, kosmetik, dan alas kaki. Dengan demikian, diharapkan dapat mencegah membanjirnya produk impor murah yang dapat mengancam industri dalam negeri.
"Khususnya pada barang seperti makanan, minuman, pakaian, aksesoris, kosmetik, dan alas kaki. Itu barang-barang yang perlu mendapatkan hambatan-hambatan tarif yang lebih tinggi lagi, sehingga tidak membuat Indonesia jadi pasar barang-barang impor murah," kata Bhima.
Perbandingan Ekspor ke AS dan China
Pertumbuhan ekspor Indonesia ke AS pada Februari 2025 kontras dengan penurunan ekspor ke China. Nilai ekspor ke China tercatat sebesar 4,29 miliar dolar AS, turun 6,02 persen dibandingkan Januari 2025. Kondisi ini menunjukkan pentingnya diversifikasi pasar ekspor Indonesia agar tidak terlalu bergantung pada satu negara saja.
Meskipun ekspor ke AS meningkat, pemerintah perlu tetap waspada dan proaktif dalam mengantisipasi berbagai potensi risiko yang dapat mengganggu kinerja ekspor Indonesia di masa mendatang. Penting untuk menjaga daya saing produk Indonesia di pasar internasional dan melindungi industri dalam negeri dari dampak negatif perang dagang.
Strategi yang tepat dan kebijakan yang responsif diperlukan untuk memastikan pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap berkelanjutan dan mampu menghadapi tantangan global yang dinamis.
Pemerintah perlu mempertimbangkan berbagai faktor, termasuk kebijakan perdagangan internasional, fluktuasi harga komoditas, dan daya saing produk Indonesia, dalam merumuskan strategi ekspor yang efektif.
Kesimpulan
Peningkatan ekspor ke AS merupakan kabar positif, namun potensi perang dagang dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia perlu diantisipasi secara serius. Pemerintah harus mengambil langkah-langkah strategis untuk menjaga daya saing produk Indonesia, melindungi industri dalam negeri, dan memastikan keberlanjutan pertumbuhan ekonomi.