Fakta Mengejutkan: Transaksi QRIS Jakarta Sumbang Hampir Separuh Nasional, Dorong Ibu Kota Jadi Kota Digital Global
Jakarta mendominasi penggunaan QRIS di Indonesia, menyumbang hampir 50% dari total transaksi nasional. Simak bagaimana Transaksi QRIS Jakarta mendorong Ibu Kota menuju kota global.
Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) DKI Jakarta baru-baru ini mengungkapkan data mengejutkan terkait dominasi penggunaan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) di Ibu Kota. Jakarta tercatat menyumbang hampir setengah dari total transaksi QRIS secara nasional, menunjukkan adopsi digital yang masif. Angka ini menegaskan peran strategis Jakarta dalam ekosistem pembayaran digital Indonesia.
Deputi Kepala Perwakilan BI DKI Jakarta, Yosamartha, menyatakan bahwa kontribusi Jakarta mencapai sekitar 43-45 persen dari seluruh transaksi QRIS di Indonesia. Fenomena ini tidak hanya mencerminkan tingginya tingkat literasi digital masyarakat setempat, tetapi juga ambisi Jakarta untuk bertransformasi menjadi kota global. Pemanfaatan QRIS bahkan telah memberikan dampak positif pada Pendapatan Asli Daerah (PAD) DKI Jakarta.
Hingga April 2025, tercatat 6 juta pengguna QRIS di Jakarta dengan volume transaksi mencapai 258,15 juta, menunjukkan pertumbuhan signifikan. Digitalisasi pembayaran ini menjadi salah satu pilar utama dalam upaya mewujudkan visi Jakarta sebagai kota digital yang berbudaya. BI DKI Jakarta terus berupaya mendorong inisiatif ini melalui berbagai program, termasuk Pekan QRIS Nasional.
Dominasi QRIS Jakarta dan Dampaknya pada PAD
Data terbaru dari Bank Indonesia DKI Jakarta menunjukkan bahwa Transaksi QRIS Jakarta memegang peranan sentral dalam lanskap pembayaran digital nasional. Dengan kontribusi mencapai 43-45 persen dari total transaksi QRIS di seluruh Indonesia, Jakarta secara efektif menjadi lokomotif adopsi pembayaran non-tunai. Angka ini jauh melampaui wilayah lain, menandakan tingkat penetrasi yang luar biasa.
Pemanfaatan QRIS tidak hanya terbatas pada kemudahan transaksi sehari-hari, tetapi juga memberikan kontribusi nyata bagi keuangan daerah. BI DKI Jakarta mencatat bahwa penggunaan QRIS telah menyumbang 0,53 persen terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) DKI Jakarta. Ini menunjukkan bahwa inovasi digital dapat secara langsung berdampak positif pada penerimaan pemerintah daerah.
Seiring dengan peningkatan transaksi, jumlah pengguna QRIS di Jakarta juga terus bertumbuh pesat. Hingga April 2025, tercatat ada 6 juta pengguna aktif QRIS di Ibu Kota, dengan volume transaksi yang mencapai 258,15 juta. Angka-angka ini menjadi indikator kuat bahwa masyarakat Jakarta semakin nyaman dan terbiasa menggunakan metode pembayaran digital, mempercepat inklusi keuangan.
Peran Digitalisasi dalam Visi Jakarta Kota Global
Deputi Kepala Perwakilan BI DKI Jakarta, Yosamartha, menegaskan bahwa digitalisasi merupakan elemen krusial dalam upaya mewujudkan Jakarta sebagai kota global. Dorongan kuat terhadap penggunaan QRIS dan sistem pembayaran digital lainnya adalah bagian integral dari strategi ini. Visi ini tidak hanya berfokus pada kemajuan teknologi, tetapi juga pada pembangunan budaya digital yang kuat.
Untuk mencapai tujuan tersebut, BI DKI Jakarta secara aktif menyelenggarakan berbagai inisiatif, salah satunya adalah Pekan QRIS Nasional (PQN). Acara ini dirancang untuk lebih memasyarakatkan penggunaan QRIS dan mengintegrasikannya dengan aspek budaya lokal. Melalui pendekatan tematik budaya, diharapkan adopsi QRIS dapat semakin meluas dan menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat.
Upaya menjadikan Jakarta sebagai kota digital dan global yang berbudaya mencerminkan pemahaman bahwa teknologi harus selaras dengan nilai-nilai lokal. Integrasi pembayaran digital seperti QRIS dalam berbagai sektor, mulai dari UMKM hingga transportasi, menjadi kunci. Ini akan memperkuat ekosistem digital yang inklusif dan berkelanjutan bagi seluruh warga Jakarta.
Pertumbuhan Ekonomi Jakarta dan Kontribusi Konsumsi Rumah Tangga
Selain membahas digitalisasi, BI DKI Jakarta juga menyoroti kondisi ekonomi Ibu Kota yang menunjukkan tren positif. Ekonomi Jakarta tercatat tumbuh sebesar 5,18 persen pada Triwulan II-2025, angka yang lebih tinggi dibandingkan Triwulan II-2024 yang sebesar 4,95 persen secara tahunan (yoy). Pertumbuhan ini menunjukkan resiliensi ekonomi Jakarta di tengah dinamika global.
Dari sisi permintaan, konsumsi rumah tangga dan investasi menjadi pilar utama penopang pertumbuhan perekonomian Jakarta. Konsumsi rumah tangga (RT) tumbuh kuat sebesar 5,13 persen secara tahunan (yoy), meskipun sedikit melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 5,36 persen (yoy). Daya beli masyarakat yang terjaga menjadi faktor penting dalam menjaga momentum pertumbuhan.
Investasi juga turut memberikan kontribusi signifikan terhadap kinerja ekonomi Jakarta. Sinergi antara konsumsi yang kuat dan iklim investasi yang kondusif menciptakan fondasi yang kokoh bagi pertumbuhan berkelanjutan. Data ini mengindikasikan bahwa kebijakan ekonomi yang diterapkan di Jakarta berhasil mendorong aktivitas ekonomi di berbagai sektor.