Harga Kakao Dunia Naik! Ini Penyebabnya
Harga Patokan Ekspor (HPE) biji kakao periode Mei 2025 meningkat menjadi 7.949 dolar AS per MT akibat penurunan produksi di negara produsen utama, seperti Pantai Gading.
Jakarta, 30 April 2025 - Kementerian Perdagangan (Kemendag) Republik Indonesia mengumumkan kenaikan harga referensi (HR) dan harga patokan ekspor (HPE) biji kakao untuk periode Mei 2025. Kenaikan ini disebabkan oleh penurunan produksi di negara-negara penghasil kakao utama. Hal ini berdampak langsung pada pasar internasional dan harga jual kakao di Indonesia.
Plt. Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kemendag, Isy Karim, menjelaskan bahwa HR biji kakao periode Mei 2025 ditetapkan sebesar 8.383,76 dolar AS per metrik ton (MT). Angka ini menunjukkan peningkatan sebesar 55,91 dolar AS atau 0,67 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Kenaikan ini memiliki dampak signifikan terhadap perekonomian Indonesia, khususnya bagi para petani kakao.
Dampak dari kenaikan HR tersebut turut meningkatkan HPE biji kakao menjadi 7.949 dolar AS per MT, naik 54,00 dolar AS atau 0,68 persen dari periode sebelumnya. Meskipun demikian, Bea Keluar (BK) biji kakao tetap pada angka 15 persen, sesuai dengan ketentuan yang tertera pada PMK Nomor 38 Tahun 2024. Kenaikan harga ini menjadi perhatian utama bagi pemerintah dan pelaku industri kakao di Indonesia.
Analisis Kenaikan Harga Kakao
Menurut Isy Karim, "Peningkatan HR dan HPE biji kakao, antara lain, dipengaruhi penurunan produksi di negara produsen utama seperti Pantai Gading." Pernyataan ini menggarisbawahi peran penting Pantai Gading sebagai salah satu produsen kakao terbesar dunia dan bagaimana penurunan produksinya berdampak pada harga global. Situasi ini tentu saja perlu diantisipasi oleh Indonesia agar tidak terlalu bergantung pada fluktuasi harga internasional.
Kemendag juga mencatat bahwa HPE produk kulit periode Mei 2025 tetap stabil dibandingkan bulan sebelumnya. Namun, terjadi peningkatan pada HPE beberapa produk kayu, seperti lembaran kayu untuk kotak pengepakan, kayu partikel, kayu serpih, dan kayu olahan jenis meranti dan eboni jati. Sebaliknya, HPE beberapa jenis kayu lainnya mengalami penurunan harga.
Peningkatan dan penurunan harga HPE produk kayu ini menunjukkan dinamika pasar yang kompleks dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk permintaan global, ketersediaan bahan baku, dan kebijakan pemerintah. Hal ini menuntut pemantauan dan analisis yang cermat oleh pihak terkait untuk menjaga stabilitas harga dan keberlanjutan industri kehutanan Indonesia.
Dampak terhadap Industri Kakao Indonesia
Kenaikan HPE biji kakao berpotensi memberikan dampak positif bagi petani kakao di Indonesia. Peningkatan harga jual dapat meningkatkan pendapatan petani dan mendorong peningkatan produksi. Namun, perlu diwaspadai potensi dampak negatif, seperti peningkatan harga jual produk olahan kakao di pasaran domestik.
Pemerintah perlu mengambil langkah strategis untuk memastikan bahwa kenaikan HPE biji kakao ini berdampak positif bagi seluruh rantai pasok, dari petani hingga konsumen. Hal ini dapat dilakukan melalui berbagai kebijakan, seperti peningkatan kualitas biji kakao, pengembangan teknologi pengolahan, dan diversifikasi pasar ekspor.
Keputusan Menteri Perdagangan Nomor 592 Tahun 2025 tentang Harga Patokan Ekspor dan Harga Referensi atas Produk Pertanian dan Kehutanan yang Dikenakan Bea Keluar menjadi acuan resmi dalam penetapan harga-harga tersebut. Transparansi dan kepastian harga ini diharapkan dapat memberikan kepastian bagi pelaku usaha di sektor pertanian dan kehutanan Indonesia.
Kesimpulannya, kenaikan HPE biji kakao merupakan fenomena yang kompleks dan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan perlu bekerja sama untuk memastikan bahwa dampaknya memberikan manfaat yang optimal bagi perekonomian Indonesia, khususnya bagi para petani kakao.