Hari Buku Sedunia: Bangun Kebiasaan Membaca, Dimulai dari Pemimpin
Ketua Umum IKAPI mengajak seluruh lapisan masyarakat menumbuhkan budaya membaca, dimulai dari para pemimpin sebagai inspirasi bagi Indonesia Emas 2045.
Peringatan Hari Buku Sedunia setiap 23 April menjadi momentum penting untuk membangun kebiasaan membaca di Indonesia. Hal ini disampaikan oleh Ketua Umum Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI), Arys Hilman Nugraha, saat mengunjungi ANTARA Heritage Center di Jakarta Pusat pada Rabu. Menurutnya, kebiasaan membaca perlu ditanamkan sejak dini, dimulai dari para pemimpin bangsa.
Arys Hilman Nugraha menekankan pentingnya peran pemimpin, mulai dari presiden, gubernur, wali kota, hingga kepala sekolah, dalam menumbuhkan minat baca. "Begitu para pemimpin ini menunjukkan kecintaan kepada buku, rakyat itu akan ikut," ujarnya. Ia menyayangkan selama ini fokus lebih tertuju pada kualitas buku dan distribusi, namun kurang memperhatikan pendidikan minat baca masyarakat.
Ia menambahkan bahwa membangun kebiasaan membaca yang baik di masyarakat tidak akan mudah jika masyarakat tidak dididik untuk mencintainya. "Jadi kalau kita selama ini mungkin sangat asyik bagaimana agar bukunya bagus, bagaimana agar bukunya merata, tetapi kalau masyarakatnya juga tidak dididik untuk mencintai buku tentu sulit, buku itu tidak akan pernah menemui pembacanya. Jadi, mari kita berpikir dari sekarang, bagaimana agar minat baca yang sudah ada di negara kita, bisa membuat mereka menjadi terbiasa untuk membaca," paparnya.
Contoh Kepemimpinan dalam Membudayakan Membaca
Arys Hilman Nugraha mencontohkan kebiasaan baik Presiden Prabowo Subianto yang rajin mengunjungi toko buku, bahkan memamerkan buku-buku yang dibelinya saat kunjungan ke luar negeri melalui media sosial. Hal ini dinilai sebagai upaya yang efektif dalam menularkan kebiasaan membaca yang baik kepada masyarakat.
Ia berharap Hari Buku Sedunia dapat mendorong masyarakat Indonesia untuk meniru kebiasaan baik pemimpinnya. "Mari jadikan momen Hari Buku Sedunia ini untuk membuat masyarakat Indonesia seperti presidennya, memiliki kebiasaan membaca yang baik karena leadership sudah menunjukkan, di tingkat menteri, tingkat presiden sudah menunjukkan kecintaan kepada buku. Mari ini kita bawa kepada masyarakat agar mereka juga memiliki reading habit yang setara dengan pemimpinnya," ajaknya.
Lebih lanjut, Arys menegaskan pentingnya literasi tidak hanya sebatas kemampuan membaca, tetapi juga pemahaman kritis terhadap bacaan. Kemampuan ini menjadi modal penting dalam mewujudkan cita-cita Indonesia Emas 2045.
"Ini adalah modal, kita misalnya punya cita-cita Indonesia Emas 2045, itu tidak ada satupun negara yang melangkah menjadi negara maju tanpa dukungan dari kemampuan literasi, dan literasi itu bukan sekedar bisa membaca, melainkan bisa memahami secara kritis apa yang dia baca, ini yang kita belum sampai ke sana, karena masyarakat juga tidak terbiasa untuk menjadikan membaca ini sebuah kebiasaan harian, maka tingkat kekritisan dalam memahami informasi belum bisa baik," tuturnya.
Pentingnya Literasi untuk Indonesia Emas 2045
IKAPI menekankan pentingnya peningkatan literasi sebagai kunci kemajuan bangsa. Literasi bukan hanya tentang kemampuan membaca, tetapi juga pemahaman kritis dan analitis terhadap informasi yang dibaca. Hal ini sangat krusial dalam menghadapi tantangan global dan mencapai visi Indonesia Emas 2045.
Dengan demikian, kampanye membaca yang dimulai dari para pemimpin diharapkan dapat menginspirasi masyarakat untuk mencintai buku dan meningkatkan kemampuan literasi mereka. Hal ini akan menjadi modal penting bagi Indonesia untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan di masa depan.
Membangun kebiasaan membaca merupakan tanggung jawab bersama. Peran pemerintah, lembaga pendidikan, penerbit, dan masyarakat sangat penting dalam mendorong minat baca dan meningkatkan kualitas literasi di Indonesia. Semoga Hari Buku Sedunia dapat menjadi momentum untuk mewujudkan hal tersebut.