Identifikasi Ilmiah Korban Kapal Feri Muchlisa yang Tenggelam di Perairan Penajam
Tim DVI Polda Kaltim dan RS Bhayangkara Balikpapan lakukan identifikasi ilmiah terhadap dua korban kapal feri Muchlisa yang tenggelam di perairan Penajam Paser Utara, menggunakan data antemortem dan postmortem.
Tim Disaster Victim Identification (DVI) Kepolisian Daerah Kalimantan Timur (Polda Kaltim) bersama Rumah Sakit Bhayangkara Balikpapan tengah melakukan proses identifikasi ilmiah terhadap dua korban meninggal dunia akibat tenggelamnya Kapal Feri Muchlisa di perairan Kabupaten Penajam Paser Utara. Proses identifikasi ini melibatkan pengumpulan data antemortem dari keluarga dan rekan kerja korban, serta pemeriksaan postmortem di RS Bhayangkara Balikpapan. Kedua korban, Ilham dan Khayu Mutiara Purwati, ditemukan meninggal dunia setelah pencarian intensif oleh tim SAR gabungan.
Proses identifikasi ilmiah ini dilakukan sebagai bentuk tanggung jawab moral Polda Kaltim terhadap setiap peristiwa bencana di wilayahnya. Kabiddokkes Polda Kaltim, Kombes Pol Nelson Situmorang, menjelaskan bahwa identifikasi dilakukan secara ilmiah dan sesuai protokol internasional. Proses rekonsiliasi data antemortem dan postmortem menjadi kunci utama dalam menentukan identitas jenazah secara sah. Apabila ditemukan kesesuaian pada satu indikator primer atau dua indikator sekunder, maka identifikasi dianggap sah.
Pencarian dan evakuasi jenazah dilakukan oleh tim SAR gabungan, melibatkan Basarnas, Polairud, Brimob, dan penyelam. Jenazah Ilham ditemukan pada Selasa (6/5) dan jenazah Khayu Mutiara Purwati ditemukan pada Rabu (7/5), keduanya di kedalaman 12 meter. Setelah dievakuasi, jenazah langsung dibawa ke RS Bhayangkara Balikpapan untuk menjalani proses identifikasi secara menyeluruh. Proses ini melibatkan berbagai ahli, termasuk dokter forensik dan dokter gigi forensik, serta tim Inafis Polda Kaltim.
Proses Identifikasi Ilmiah Korban
Proses identifikasi melibatkan pemeriksaan primer dan sekunder. Pemeriksaan primer meliputi sidik jari, catatan gigi (odontogram), dan pencocokan DNA. Sedangkan pemeriksaan sekunder meliputi identifikasi tanda khusus pada tubuh korban dan barang-barang pribadi yang ditemukan bersama jenazah. Kepala RS Bhayangkara Balikpapan, Kombes Pol Priyo Nugroho, menjelaskan bahwa pengumpulan data antemortem telah dilakukan sejak korban dinyatakan hilang, dengan mewawancarai keluarga, teman kerja, dan pihak-pihak yang terakhir berinteraksi dengan korban dalam tiga bulan terakhir. Hal ini mempercepat proses pencocokan data dan membantu tim DVI menentukan apakah jenazah telah teridentifikasi secara positif.
Tim DVI bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk keluarga korban, untuk mengumpulkan data antemortem yang akurat dan lengkap. Data ini kemudian dicocokkan dengan hasil pemeriksaan postmortem yang dilakukan oleh tim forensik di RS Bhayangkara Balikpapan. Proses ini membutuhkan ketelitian dan kehati-hatian untuk memastikan keakuratan identifikasi. Semua prosedur dilakukan secara ilmiah dan profesional, mengoptimalkan potensi yang ada dan kolaborasi erat dengan berbagai instansi terkait.
Proses identifikasi ini menekankan pentingnya kolaborasi antar instansi dan keahlian profesional dalam menangani kasus bencana. Kerja sama yang baik antara Polda Kaltim, RS Bhayangkara Balikpapan, Basarnas, dan instansi terkait lainnya memastikan proses identifikasi berjalan lancar dan efisien. Kecepatan dan ketepatan identifikasi jenazah merupakan hal yang krusial untuk memberikan kepastian kepada keluarga korban.
Pemeriksaan Properti dan Data Antemortem
Pemeriksaan properti yang ditemukan bersama jenazah juga menjadi bagian penting dalam proses identifikasi. Barang-barang pribadi korban dapat memberikan petunjuk tambahan untuk membantu mengidentifikasi korban. Data antemortem yang dikumpulkan dari keluarga dan rekan kerja korban, meliputi ciri-ciri fisik, informasi medis, dan data lain yang relevan, sangat penting untuk dicocokkan dengan hasil pemeriksaan postmortem. Proses ini membutuhkan waktu dan ketelitian untuk memastikan keakuratan hasil identifikasi.
Proses wawancara dengan keluarga dan teman kerja korban dilakukan untuk mengumpulkan informasi yang akurat dan detail. Informasi ini meliputi ciri-ciri fisik korban, riwayat kesehatan, kebiasaan sehari-hari, dan informasi lain yang dapat membantu dalam proses identifikasi. Tim DVI juga melakukan pemeriksaan terhadap barang-barang pribadi yang ditemukan bersama jenazah, seperti pakaian, perhiasan, dan dokumen identitas. Semua informasi ini kemudian dianalisis dan dicocokkan dengan data postmortem untuk memastikan identitas korban.
Proses identifikasi ilmiah ini merupakan bagian penting dalam memberikan kepastian dan keadilan kepada keluarga korban. Dengan proses yang teliti dan akurat, diharapkan keluarga korban dapat segera mendapatkan kepastian dan dapat memulai proses penyembuhan. Kolaborasi dan kerja keras dari semua pihak yang terlibat dalam proses identifikasi ini patut diapresiasi.
Proses identifikasi korban kapal tenggelam ini menunjukkan komitmen pemerintah dalam memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat, khususnya dalam situasi darurat. Kerja sama yang baik antar instansi terkait dan penggunaan teknologi serta metode ilmiah modern menjamin proses identifikasi yang cepat, akurat, dan transparan.
Dengan ditemukannya kedua jenazah korban dan dilakukannya proses identifikasi secara ilmiah, diharapkan keluarga korban dapat segera menerima kepastian dan mendapatkan ketenangan. Semoga kejadian ini menjadi pelajaran penting bagi semua pihak terkait keselamatan pelayaran dan pentingnya prosedur keamanan yang ketat.