IDI Desak Rumah Sakit Libatkan Organisasi dalam Awasi Praktik Dokter
Ikatan Dokter Indonesia (IDI) meminta rumah sakit untuk melibatkan organisasi dalam pengawasan praktik dokter, termasuk etika profesi, demi menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat.
Semarang, 21 April 2024 (ANTARA) - Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mendesak rumah sakit di seluruh Indonesia untuk melibatkan organisasi profesi ini dalam melakukan pengawasan ketat terhadap praktik dan pelayanan dokter, termasuk aspek etika profesi. Permintaan ini disampaikan menyusul adanya laporan dan kekhawatiran akan praktik yang tidak sesuai standar dan potensi pelanggaran etika.
Juru bicara PB IDI, Renni Yuniati, dalam pernyataan di Semarang, Senin lalu, menekankan pentingnya langkah sistematis untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan sehat, terutama bagi dokter residen spesialis. Menurutnya, rumah sakit memiliki peran krusial dalam memastikan hal ini terwujud. "Langkah awal yang paling penting adalah penegasan kebijakan nol toleransi terhadap segala bentuk perundungan dan pelecehan seksual," tegasnya.
IDI juga menyoroti pentingnya perlindungan bagi para dokter, khususnya residen. Lingkungan kerja yang aman dan sehat sangat penting untuk menunjang kualitas pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Keberadaan dokter yang terbebas dari tekanan dan perlakuan tidak profesional akan berdampak positif pada kualitas pelayanan medis yang diberikan kepada pasien.
Rumah Sakit Diminta Terapkan Kebijakan yang Jelas
Renni Yuniati menjelaskan, rumah sakit harus merumuskan kebijakan yang jelas dan terukur terkait pengawasan praktik dokter. Kebijakan ini harus mencakup definisi yang tegas mengenai perilaku tidak pantas, prosedur penanganan kasus pelanggaran etika, dan konsekuensi yang akan dijatuhkan kepada pelaku. Kejelasan kebijakan ini diharapkan dapat memberikan efek jera dan mencegah terjadinya pelanggaran serupa di masa mendatang.
Selain itu, rumah sakit juga wajib menyediakan saluran pelaporan yang aman dan anonim. Hal ini penting agar para residen dapat melaporkan setiap bentuk pelecehan atau perundungan yang mereka alami tanpa rasa takut akan pembalasan. "Keberadaan saluran pelaporan yang terjamin kerahasiaannya sangat krusial untuk mendorong pelaporan dan mencegah kasus serupa terulang," tambah Renni.
IDI juga menekankan pentingnya dukungan psikologis bagi para korban pelecehan atau perundungan. Trauma yang dialami korban perlu ditangani secara profesional agar mereka dapat kembali menjalankan tugasnya dengan optimal. Dukungan ini dapat berupa konseling, terapi, atau rujukan ke tenaga profesional kesehatan mental.
Lingkungan Kerja yang Kondusif
Menurut Renni, lingkungan kerja yang kondusif dan saling mendukung dapat mengurangi risiko terjadinya perundungan dan pelecehan seksual. Kerja sama, rasa hormat, dan dukungan di antara sesama residen sangat penting untuk menciptakan suasana yang positif dan produktif. Bimbingan dari dokter senior kepada juniornya juga dapat memberikan dukungan emosional dan profesional yang berharga.
IDI mengakui bahwa mewujudkan lingkungan kerja yang bebas dari perundungan dan pelecehan seksual bukanlah hal yang mudah. Namun, hal ini sangat penting untuk keberlangsungan karier para dokter dan kualitas kesehatan secara keseluruhan. Dengan implementasi kebijakan yang jelas, pengawasan yang ketat, dan dukungan dari berbagai pihak, rumah sakit dapat memastikan bahwa dokter residen dapat merasa aman, dihargai, dan dapat berkinerja optimal.
Melalui keterlibatan IDI dalam pengawasan praktik dokter, diharapkan dapat tercipta sistem yang lebih transparan dan akuntabel. Hal ini akan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan melindungi para dokter dari praktik-praktik yang tidak profesional.
IDI berharap rumah sakit dapat segera merespon seruan ini dan mengambil langkah-langkah konkret untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi seluruh tenaga medis.