Bakamla Gagalkan Penyelundupan 60.000 Benih Lobster Senilai Rp1 Miliar di Perairan Pulau Seribu
Badan Keamanan Laut (Bakamla) berhasil menggagalkan penyelundupan 60.000 benih lobster senilai Rp1 miliar di perairan Pulau Seribu, Jakarta, yang diduga akan diselundupkan ke luar negeri.

Pada Selasa, 11 Maret 2025, sekitar pukul 03.00 WIB, Badan Keamanan Laut (Bakamla) berhasil menggagalkan upaya penyelundupan benih lobster di perairan Kepulauan Seribu, Jakarta. Penyelundupan ini melibatkan sebuah kapal kayu tanpa awak yang berisi ribuan benih lobster siap diekspor. Aksi Bakamla ini berawal dari laporan masyarakat yang kemudian ditindaklanjuti dengan penyelidikan dan penangkapan di lokasi yang dicurigai.
Tim gabungan Bakamla, BAIS TNI, dan KKP berhasil menemukan dua koper berisi beberapa bungkus plastik yang masing-masing diduga berisi sekitar 3.000 benih lobster. Total, diperkirakan ada 60.000 benih lobster yang berhasil diselamatkan, dengan nilai ekonomi mencapai Rp1 miliar. Keberhasilan ini menunjukkan kesigapan Bakamla dalam menanggapi informasi dari masyarakat dan mencegah kerugian ekonomi negara yang cukup signifikan.
Modus operandi yang digunakan pelaku cukup licik. Benih lobster diletakkan di kapal tanpa awak, kemudian diduga akan diambil oleh pelaku lain untuk selanjutnya diselundupkan ke luar negeri. Namun, kehadiran tim gabungan Bakamla diduga membuat para pelaku kabur dan meninggalkan barang bukti. Kejadian ini menjadi bukti nyata adanya jaringan penyelundupan benih lobster yang terorganisir dan perlu ditindak tegas.
Pengungkapan Kasus Penyelundupan Benih Lobster
Kolonel Bakamla David Hastiadi, Kepala Subdirektorat Penyelenggara Operasi Direktorat Operasi Laut, menjelaskan kronologi penangkapan dalam jumpa pers di atas KN Pulau Marore-322. Pihaknya menerima informasi dari masyarakat mengenai aktivitas mencurigakan di perairan Pulau Seribu. Tim langsung bergerak dan menemukan sebuah kapal kayu tanpa awak yang mencurigakan.
Setelah dilakukan pemeriksaan, ditemukan dua koper berisi bungkusan plastik yang di dalamnya terdapat ribuan benih lobster. Upaya pencarian awak kapal tidak membuahkan hasil, menunjukkan kemungkinan pelaku telah melarikan diri setelah melihat kehadiran petugas. Modus ini menunjukkan adanya jaringan terorganisir yang perlu diungkap lebih lanjut.
"Pada hari Selasa, 11 Maret 2025, sekitar pukul 03.00 tadi tim Satgas Gabungan Bakamla, BAIS TNI, dan KKP berhasil menggagalkan penyelundupan baby lobster di Kepulauan Seribu," kata Hastiadi saat jumpa pers. Ia menambahkan bahwa pihaknya akan terus menyelidiki dan menelusuri pemilik kapal serta jaringan pelaku penyelundupan ini.
Nilai Ekonomi dan Upaya Selanjutnya
Dengan berhasil menyelamatkan 60.000 benih lobster, Bakamla berhasil mencegah kerugian ekonomi negara yang diperkirakan mencapai Rp1 miliar. Jumlah ini menunjukkan betapa besar potensi kerugian yang dapat ditimbulkan oleh praktik penyelundupan ini.
Langkah selanjutnya yang akan dilakukan adalah penelusuran terhadap pemilik kapal dan jaringan pelaku. "Kami pasti akan menelusuri pemilik kapal ini, kemudian siapa yang membawa benih lobster ini," tegas Hastiadi. Hal ini penting untuk membongkar jaringan penyelundupan dan mencegah kejadian serupa di masa mendatang.
Penyelamatan benih lobster ini juga memiliki dampak positif terhadap kelestarian ekosistem laut Indonesia. Benih lobster merupakan sumber daya alam yang penting dan perlu dilindungi dari eksploitasi ilegal. Upaya Bakamla ini menunjukkan komitmen pemerintah dalam menjaga kelestarian sumber daya alam laut.
Kasus ini menjadi pengingat penting akan perlunya pengawasan yang ketat terhadap aktivitas di perairan Indonesia untuk mencegah praktik ilegal seperti penyelundupan benih lobster. Kerjasama antara masyarakat, Bakamla, dan instansi terkait sangat penting dalam upaya memberantas kejahatan di sektor kelautan.
Kerja sama antar instansi seperti Bakamla, BAIS TNI, dan KKP menunjukkan sinergi yang kuat dalam memberantas kejahatan di laut. Keberhasilan ini diharapkan dapat menjadi contoh dan meningkatkan kewaspadaan terhadap berbagai bentuk kejahatan maritim lainnya.