IHSG Menguat Tajam: Saham Indonesia Berjaya di Tengah Pelemahan Bursa Asia
IHSG melawan tren regional dengan penguatan signifikan, didorong kesepakatan dagang AS-China dan optimisme pasar dalam negeri.
Jakarta, 14 Mei 2024 - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatatkan kinerja mengesankan pada Rabu pagi, dengan penguatan signifikan di tengah pelemahan mayoritas bursa saham di kawasan Asia. Penguatan ini dipicu oleh beberapa faktor, termasuk meredanya perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China, serta sentimen positif dari dalam negeri.
IHSG dibuka dengan kenaikan 103,34 poin atau 1,51 persen, mencapai posisi 6.936,14. Kenaikan ini diikuti oleh Indeks LQ45 yang juga naik 14,26 poin atau 1,86 persen ke posisi 779,63. Penguatan ini menunjukkan kepercayaan investor terhadap pasar saham Indonesia di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Menurut Tim Riset Lotus Andalan Sekuritas, "Meredanya perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China membawa dampak positif bagi Indonesia, terutama dalam hal arus investasi asing yang meningkat. Adanya kesepakatan dagang berpotensi menjadi faktor positif bagi pergerakan IHSG hari ini."
Faktor Pendorong Penguatan IHSG
Penguatan IHSG tidak terlepas dari beberapa faktor kunci. Pertama, kesepakatan sementara antara AS dan China untuk mengurangi tarif impor memberikan suntikan optimisme bagi pasar global. Penurunan tarif sementara ini meredakan kekhawatiran akan resesi ekonomi global, meskipun pasar masih menantikan kesepakatan permanen dalam waktu 90 hari mendatang.
Kedua, fokus pelaku pasar juga tertuju pada implementasi konstituen dalam daftar efek Liquidity Provider oleh BEI. Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan likuiditas pasar, khususnya untuk emiten second liner dan third liner yang memiliki kinerja keuangan solid. Hal ini memberikan dukungan bagi pertumbuhan pasar saham secara keseluruhan.
Ketiga, inflasi AS pada April 2025 yang lebih rendah dari perkiraan pasar (0,2 persen mtm dan 2,3 persen yoy) juga memberikan sentimen positif. Angka ini lebih rendah dibandingkan bulan Maret 2025 (0,3 persen mtm dan 2,4 persen yoy), mengurangi kekhawatiran akan kenaikan suku bunga yang agresif oleh Federal Reserve.
Dampak Kesepakatan AS-China dan Kebijakan Moneter AS
Kesepakatan AS-China untuk mengurangi tarif impor sementara selama 90 hari memiliki dampak signifikan terhadap pasar saham global. Meskipun Wall Street menunjukkan kinerja beragam pada perdagangan Selasa (13/05), dengan S&P 500 naik 0,72 persen dan Nasdaq Composite melonjak 1,61 persen, Dow Jones Industrial Average justru turun 0,64 persen. Penurunan ini disebabkan oleh penurunan saham UnitedHealth.
Keputusan Federal Reserve AS untuk menunda penurunan suku bunga hingga September 2024, sambil mengantisipasi dua pemotongan 25 basis poin pada akhir tahun, juga mempengaruhi pasar. Keputusan ini mencerminkan upaya Federal Reserve untuk mengelola inflasi dan menjaga stabilitas ekonomi.
Meskipun demikian, kesepakatan AS-China yang bersifat sementara masih menyisakan ketidakpastian. Pasar akan terus memantau perkembangan negosiasi perdagangan antara kedua negara untuk menilai dampak jangka panjangnya terhadap perekonomian global, termasuk Indonesia.
Perbandingan dengan Bursa Saham Regional
Berbeda dengan IHSG yang menguat, mayoritas bursa saham regional Asia justru mengalami pelemahan pada Rabu pagi. Indeks Nikkei (Jepang) turun 0,51 persen, Shanghai Composite (China) melemah 0,04 persen, Kuala Lumpur Composite (Malaysia) turun 0,38 persen, dan Straits Times Index (Singapura) melemah 0,45 persen. Hal ini menunjukkan ketahanan IHSG di tengah kondisi pasar regional yang kurang menguntungkan.
Secara keseluruhan, penguatan IHSG menunjukkan kepercayaan investor terhadap prospek ekonomi Indonesia dan ketahanan pasar saham domestik terhadap gejolak ekonomi global. Namun, investor tetap perlu mencermati perkembangan ekonomi global dan kebijakan moneter untuk mengantisipasi potensi risiko di masa mendatang.