Indonesia berupaya Pertahankan Surplus Perdagangan di Tengah Tarif Trump
Menteri Perdagangan Budi Santoso menjelaskan upaya Indonesia untuk mengurangi dampak kebijakan perdagangan AS di bawah Presiden Donald Trump dan mempertahankan surplus perdagangan dengan AS.
Jakarta, 7 Juli 2023 - Indonesia tengah berupaya mengurangi potensi dampak kebijakan perdagangan Amerika Serikat (AS) di bawah Presiden Donald Trump, serta mempertahankan surplus perdagangannya dengan AS. Hal ini disampaikan oleh Menteri Perdagangan Budi Santoso.
Dalam pertemuan dengan Duta Besar AS untuk Indonesia, Kamala Shirin Lakhdhir, di Jakarta pada Jumat lalu, Menteri Santoso menjelaskan bahwa sebagai bagian dari upaya mitigasi, Indonesia berupaya untuk tidak membuat kebijakan yang dapat merugikan ekspor domestik ke AS. Indonesia juga berkomitmen untuk menjaga hubungan baik dengan AS agar akses pasar tetap terjaga.
Sebagai langkah konkret, Indonesia dan AS akan segera menyelenggarakan pertemuan bisnis untuk menyelaraskan persepsi perdagangan. Kerjasama bilateral yang baik diharapkan mampu menjaga hubungan perdagangan kedua negara tetap positif dan menguntungkan.
Upaya Pertahankan Pasar AS
"Kita harus mempertahankan pasar (AS) dengan tidak menghalangi produk mereka masuk ke Indonesia, sehingga akses pasar kita ke AS tidak terganggu," ujar Santoso. Ia menekankan pentingnya menjaga hubungan baik dengan AS untuk memastikan kelancaran perdagangan bilateral.
Baik Indonesia maupun AS optimis bahwa kerja sama bilateral akan terus berjalan baik dan hubungan perdagangan akan meningkat. Kedua negara sepakat untuk menjaga hubungan yang baik di tengah perubahan kebijakan perdagangan global.
"Duta Besar (Lakhdhir) dan saya sepakat bahwa kita harus menjaga hubungan baik. Mudah-mudahan, kita tidak akan terpengaruh (oleh kebijakan perdagangan AS)," tambahnya. Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk terus berupaya mempertahankan surplus perdagangan dengan AS.
Surplus Perdagangan dengan AS dan Dampak Tarif Trump
Berdasarkan data pemerintah, AS tetap menjadi penyumbang terbesar surplus perdagangan Indonesia, dengan nilai mencapai US$16,84 miliar. Angka ini menunjukkan pentingnya pasar AS bagi perekonomian Indonesia.
Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump mengumumkan rencananya untuk menerapkan tarif 25 persen pada semua komoditas baja dan aluminium impor. Kebijakan ini berpotensi memberikan dampak signifikan terhadap perdagangan global, termasuk Indonesia.
Administrasi Trump juga telah memberlakukan tarif 10 persen pada barang-barang yang berasal dari China. Sebagai tanggapan, Beijing telah mengenakan tarif tambahan 15 persen pada batu bara dan gas alam cair (LNG) dari AS. Situasi ini menunjukkan meningkatnya ketegangan perdagangan di antara negara-negara besar.
Ancaman Trump untuk mengenakan bea impor 100 persen pada barang-barang dari negara-negara BRICS dan tarif 60 persen pada produk-produk China semakin meningkatkan ketegangan geopolitik dan berpotensi mengganggu rantai pasokan global. Indonesia perlu mengambil langkah antisipatif untuk menghadapi potensi dampak negatif dari kebijakan-kebijakan tersebut.
Langkah Antisipatif Indonesia
Pemerintah Indonesia menyadari potensi dampak negatif dari kebijakan perdagangan AS. Oleh karena itu, berbagai langkah antisipatif telah dan akan terus dilakukan untuk mengurangi dampak tersebut dan mempertahankan surplus perdagangan dengan AS. Hal ini termasuk diversifikasi pasar ekspor dan peningkatan daya saing produk Indonesia.
Pertemuan antara Menteri Perdagangan Indonesia dan Duta Besar AS untuk Indonesia merupakan salah satu upaya untuk menjaga komunikasi dan koordinasi yang baik dalam menghadapi tantangan perdagangan global. Diplomasi dan negosiasi yang efektif sangat penting dalam menjaga hubungan perdagangan bilateral yang saling menguntungkan.
Ke depannya, Indonesia akan terus memantau perkembangan kebijakan perdagangan AS dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk melindungi kepentingan nasional. Prioritas utama adalah menjaga stabilitas ekonomi dan kesejahteraan rakyat Indonesia.