Indonesia-Korea Perkuat Kemitraan: Akselerasi Transportasi Berkelanjutan di Bali
Indonesia dan Korea Selatan memperkuat kerja sama untuk mengembangkan ekosistem kendaraan listrik di Bali, sebagai langkah menuju target nol emisi karbon pada 2050.
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas), Global Green Growth Institute (GGGI), dan Kementerian Lingkungan Hidup Republik Korea sepakat memperkuat kemitraan dalam pengembangan transportasi berkelanjutan di Indonesia. Kerja sama ini diresmikan dalam High-Level Meeting antara pemerintah Indonesia dan Korea Selatan di Jakarta, Kamis (10/4).
Langkah ini sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045 yang menjadikan pengembangan ekosistem kendaraan listrik sebagai strategi utama transisi energi. Wakil Menteri PPN/Wakil Kepala Bappenas, Febrian Alphyanto Ruddyard, menekankan pentingnya transisi ini dalam mencapai ekonomi hijau dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. "Salah satu strategi mencapai ekonomi hijau adalah melalui transisi menuju transportasi berkelanjutan yang mengadopsi kendaraan listrik. Transisi ini merupakan peran kunci dalam pergeseran yang lebih luas dari bahan bakar fosil ke energi bersih," ujarnya.
Proyek Piloting Electric Vehicle Systems and Developing a Green Transportation Investment Roadmap for Bali (Bali E-mobility Project), yang didanai oleh Korea Selatan dan didukung GGGI, menjadi contoh nyata dari komitmen ini. Proyek ini diharapkan dapat mempercepat target Indonesia mencapai nol emisi karbon pada 2050 dan menjadikan Bali sebagai pemimpin global dalam ekowisata berkelanjutan.
Kerja Sama Konkret: Proyek E-mobility Bali
Sebagai bentuk nyata kerja sama, Kementerian PPN/Bappenas dan GGGI menandatangani Project Implementation Arrangement for the Bali E-mobility Project. Penandatanganan ini memformalkan struktur tata kelola proyek dan implementasinya secara lebih rinci. Kementerian PPN/Bappenas bertindak sebagai Executing Agency, Kementerian Perhubungan dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sebagai Implementing Agency, dan Pemerintah Provinsi Bali sebagai penerima manfaat.
Country Representative GGGI Indonesia, Rowan Fraser, menjelaskan harapannya agar proyek ini dapat mengurangi emisi gas rumah kaca dari sektor transportasi di Bali dan menunjukkan kelayakan bus listrik untuk diterapkan di kota-kota lain. "Melalui proyek ini, kami berharap dapat mengurangi emisi gas rumah kaca dari sektor transportasi di Bali dan menunjukkan kelayakan bus listrik untuk transportasi umum di berbagai kota lain. Kami percaya Bali menjadi panutan untuk transisi ke transportasi berkelanjutan secara nasional melalui proyek kendaraan listrik yang bankable atau yang dapat menarik investasi," kata Fraser.
Peraturan Gubernur (Pergub) Bali Nomor 45 Tahun 2019 tentang Energi Bersih dan Pergub Nomor 48 Tahun 2019 tentang Penggunaan Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai menjadi dasar hukum rencana aksi daerah untuk mempercepat elektrifikasi kendaraan. Transisi ini sangat penting mengingat sektor transportasi di Bali menyumbang 43 persen dari total emisi gas rumah kaca.
Wakil Menteri PPN/Bappenas, Febrian, menambahkan bahwa proyek ini diharapkan dapat berkontribusi pada target Pemprov Bali untuk mengurangi 41.516 ton emisi gas rumah kaca pada 2026. "Kami berharap dapat belajar dari Republik Korea mengenai praktik terbaik untuk beralih ke kendaraan listrik, mulai dari perencanaan dan akses pembiayaan hingga tantangan infrastruktur," tambahnya.
Studi Kelayakan dan Kunjungan ke Bali
Delegasi dari Republik Korea akan mengunjungi Bali untuk meninjau potensi rute bus listrik. Studi kelayakan yang sedang berlangsung akan menentukan rute, jumlah, dan jenis bus listrik yang sesuai, termasuk unit pengisian daya dan lokasi depo bus listrik. Semua ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan wisatawan Bali, sekaligus mendukung posisi Bali sebagai destinasi wisata utama di Indonesia.
Kerja sama Indonesia-Korea Selatan dalam proyek e-mobility Bali ini menandai langkah signifikan dalam upaya mewujudkan transportasi berkelanjutan di Indonesia. Proyek ini tidak hanya fokus pada pengurangan emisi, tetapi juga pada pengembangan ekonomi hijau dan peningkatan daya saing pariwisata Indonesia di kancah internasional. Keberhasilan proyek ini diharapkan dapat menjadi model bagi daerah lain di Indonesia untuk beralih ke sistem transportasi yang lebih ramah lingkungan.
Komitmen bersama ini menunjukkan keseriusan kedua negara dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dan membangun masa depan yang lebih berkelanjutan. Dengan dukungan teknologi dan keahlian dari Korea Selatan, Indonesia optimistis dapat mencapai target pengurangan emisi gas rumah kaca dan mewujudkan pembangunan berkelanjutan di sektor transportasi.