Indonesia-Malaysia Perkuat Kerja Sama Penanganan Bencana ASEAN
Indonesia dan Malaysia berkolaborasi optimalisasi bantuan bencana di kawasan ASEAN, termasuk percepatan penyaluran bantuan dan peningkatan sistem informasi kebencanaan.
Jakarta, 21 April 2024 - Pemerintah Indonesia dan Malaysia sepakat untuk mengoptimalkan dan mempercepat penyaluran bantuan kemanusiaan bagi korban bencana di negara-negara ASEAN. Kesepakatan ini tercapai dalam pertemuan bilateral antara Wakil Perdana Menteri Malaysia, Dato’ Seri Ahmad Zahid Hamidi, dan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Indonesia, Suharyanto, di Jakarta.
Pertemuan tersebut membahas berbagai strategi untuk meningkatkan efektivitas respons terhadap bencana di kawasan. Indonesia, yang selama ini aktif mengirimkan bantuan SAR, tim medis, dan logistik ke negara-negara ASEAN yang terdampak bencana, akan memperkuat kolaborasi dengan Malaysia melalui mekanisme ASEAN. Tujuannya adalah agar bantuan dapat disalurkan lebih cepat dan terkoordinasi dengan baik. "Misalnya kemarin ke Myanmar," ujar Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, menjelaskan salah satu contoh bantuan Indonesia.
Selain optimalisasi penyaluran bantuan, kedua negara juga berfokus pada peningkatan sistem informasi kebencanaan. Ini termasuk pengembangan teknologi pendeteksian dini untuk berbagai bencana, seperti gempa bumi, tsunami, cuaca ekstrem, kebakaran hutan dan lahan, serta erupsi gunung berapi. Kolaborasi erat ini diharapkan mampu memberikan peringatan dini yang lebih akurat dan tepat waktu kepada masyarakat.
Penguatan Kolaborasi Regional melalui AHA Centre
Wakil Perdana Menteri Malaysia secara khusus mendorong penguatan koordinasi melalui ASEAN Coordinating Centre for Humanitarian Assistance on Disaster Management (AHA Centre). Tujuannya adalah untuk memastikan prinsip 'One ASEAN, One Response' dapat diimplementasikan secara efektif. BNPB menyambut baik inisiatif ini, mengingat Malaysia saat ini menjabat sebagai Ketua ASEAN. "Kunjungan ini bagian dari upaya mereka untuk menguatkan kerangka kolaborasi regional, terutama melalui AHA Centre itu," kata Abdul Muhari.
BNPB mendapat apresiasi dari Malaysia atas perangkat canggih dan sistem data-diseminasi informasi potensi kebencanaan yang terintegrasi secara real-time. Sistem ini dinilai sangat mendukung respons cepat terhadap bencana. Struktur kelembagaan BNPB yang berada langsung di bawah Presiden RI juga mendapat sorotan positif karena memungkinkan pengambilan keputusan yang cepat dan efisien dalam situasi darurat.
Sebagai perbandingan, Abdul Muhari menjelaskan bahwa di Malaysia, lembaga penanggulangan bencana masih setingkat eselon 1 (direktorat jenderal), sehingga kewenangannya lebih terbatas. "Mereka cukup terkesan karena BNPB langsung di bawah Presiden. Di Malaysia, lembaga penanggulangan bencana masih setingkat eselon 1 (direktorat jenderal), sehingga kewenangannya terbatas,” ujar Abdul.
Undangan Kunjungan ke Malaysia dan Isu Ketahanan Pangan
Wakil Perdana Menteri Malaysia, Dato’ Seri Ahmad Zahid Hamidi, mengundang Kepala BNPB dan jajarannya untuk mengunjungi Malaysia. Tujuannya adalah untuk membahas lebih lanjut poin-poin penting terkait sistem informasi peringatan dini bencana dan bantuan kebencanaan. Beliau menekankan pentingnya koordinasi yang erat dalam penanganan bencana, tidak hanya untuk keselamatan individu, tetapi juga untuk keberlanjutan program ketahanan pangan dunia, khususnya di Indonesia, Malaysia, dan negara-negara ASEAN lainnya.
Dato’ Seri Ahmad Zahid Hamidi juga menyoroti kerja sama yang telah berjalan antara AHA Centre, BNPB, EOC (Emergency Operations Center), NADMA (Agensi Pengurusan Bencana Negara Malaysia), dan World Food Program. "Jadi koordinasi antara AHA Center dengan BNPB serta EOC (Emergency Operations Center), juga NADMA (Agensi Pengurusan Bencana Negara Malaysia) dan World Food Program ini telah berjalan begitu lama. Dalam kesempatan ini kami mengundang Kepala BNPB mengunjungi Malaysia membahas tentang apa yang akan kita lakukan ke depan," katanya.
Kerja sama Indonesia-Malaysia ini diharapkan dapat menjadi model kolaborasi regional yang efektif dalam menghadapi tantangan bencana di kawasan ASEAN. Dengan peningkatan sistem informasi, koordinasi yang lebih baik, dan respon yang cepat, diharapkan dampak bencana dapat diminimalisir dan bantuan dapat segera tersalurkan kepada mereka yang membutuhkan.