Investor Jepang Tertarik Sistem Budi Daya Udang Berkelanjutan Indonesia
Sistem Climate Smart Shrimp Farming (CSSF) di Sulawesi Tengah menarik minat investor Jepang karena keberlanjutannya dan potensi pasar global.
Apa, Siapa, Di mana, Kapan, Mengapa, dan Bagaimana? Sebuah sistem inovasi tambak budidaya udang berkelanjutan, yang dikenal sebagai Climate Smart Shrimp Farming (CSSF), telah menarik perhatian investor Jepang. Sistem ini dikembangkan di Desa Lalombi, Donggala, Sulawesi Tengah, oleh perusahaan rintisan JALA, bekerja sama dengan BRIN, Universitas Tadulako, dan Yayasan Konservasi Indonesia. Keberhasilan CSSF dalam memulihkan ekosistem mangrove dan meningkatkan produktivitas udang secara ramah lingkungan menjadi daya tarik utama bagi investor asing. Minat investor Jepang muncul karena potensi pasar global yang besar dan kesadaran mereka akan bisnis berkelanjutan.
Sistem CSSF ini unik karena memadukan budidaya udang dengan pelestarian lingkungan. Tidak semua lahan digunakan untuk tambak, sebagian dialokasikan untuk penanaman mangrove dan instalasi pengolahan air limbah (IPAL). Model ini menjawab kekhawatiran tentang dampak lingkungan negatif dari budidaya udang intensif.
CEO JALA, Aryo Wiryawan, mengungkapkan bahwa investor Jepang tertarik untuk mempelajari dan berinvestasi dalam inovasi tambak ini. Hal ini menunjukkan potensi besar sistem CSSF untuk diadopsi secara luas, baik di Indonesia maupun di pasar internasional. Keberhasilan ini juga mengubah persepsi negatif tentang budidaya udang di Indonesia yang selama ini dianggap merusak lingkungan.
Sistem Budi Daya Udang Ramah Lingkungan
Climate Smart Shrimp Farming (CSSF) merupakan terobosan dalam budidaya udang yang mengutamakan keberlanjutan lingkungan. Dari total 12 hektare lahan, hanya 3,5 hektare yang digunakan untuk tambak udang. Sisanya, sekitar 6,5 hektare, difungsikan sebagai area mangrove dan IPAL. Hal ini memastikan kualitas air tetap terjaga dan ekosistem mangrove tetap lestari.
Sistem ini dirancang untuk mengelola kualitas air secara efektif. Air laut yang masuk ke tambak akan dialirkan kembali ke laut setelah melalui IPAL dan area mangrove. Proses ini memastikan air yang kembali ke laut tetap jernih dan tidak mencemari lingkungan. Target produksi udang mencapai 35 ton per siklus budidaya (120 hari).
Aryo Wiryawan menjelaskan bahwa keberhasilan CSSF terletak pada pengelolaan air yang baik dan perencanaan lahan yang terintegrasi. Sistem perpipaan dan pompanisasi yang terencana dengan baik menjadi kunci keberhasilan dalam menjaga kualitas air dan produktivitas tambak.
Inovasi ini juga telah menarik perhatian investor Jepang karena kemampuannya untuk meningkatkan produktivitas sambil tetap menjaga kelestarian lingkungan. Hal ini sejalan dengan komitmen Jepang terhadap bisnis berkelanjutan dan permintaan pasar akan produk seafood berkualitas tinggi.
Minat Investor Jepang dan Potensi Pasar Global
Minat investor Jepang terhadap CSSF tidaklah mengejutkan. Jepang dikenal sebagai negara yang maju dalam teknologi dan memiliki kesadaran tinggi terhadap bisnis berkelanjutan. Selain itu, Jepang juga merupakan pasar besar untuk produk seafood berkualitas tinggi.
Aryo Wiryawan optimis bahwa CSSF memiliki potensi besar di pasar global. Inovasi ini mampu mengubah citra negatif budidaya udang Indonesia yang selama ini dianggap merusak lingkungan. Dengan sistem CSSF, budidaya udang dapat dilakukan secara berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Kawasan Indonesia timur, khususnya Sulawesi dan Nusa Tenggara, memiliki potensi perikanan yang sangat besar. Dengan adanya inovasi CSSF, potensi tersebut dapat dikembangkan secara berkelanjutan dan memberikan dampak positif bagi ekonomi dan lingkungan.
Keberhasilan CSSF menunjukkan bahwa budidaya udang yang berkelanjutan dan ramah lingkungan adalah mungkin. Model ini dapat diadopsi di berbagai wilayah di Indonesia dan negara lain untuk meningkatkan produktivitas dan menjaga kelestarian lingkungan.
Sistem CSSF bukan hanya sekadar meningkatkan produksi udang, tetapi juga berkontribusi pada pelestarian ekosistem mangrove dan peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar. Hal ini menjadikan CSSF sebagai model budidaya yang berkelanjutan dan berdampak positif secara ekonomi dan lingkungan.
Kesimpulan
Sistem Climate Smart Shrimp Farming (CSSF) di Indonesia telah membuktikan bahwa budidaya udang yang berkelanjutan dan ramah lingkungan dapat memberikan keuntungan ekonomi yang signifikan. Minat investor Jepang terhadap CSSF menunjukkan potensi besar sistem ini untuk diadopsi secara global dan mengubah persepsi tentang budidaya udang di Indonesia.