Kasus Antraks di Gunungkidul: Tidak Ada Perkembangan Terbaru, DPKH Pastikan Keamanan Ternak
DPKH Gunungkidul memastikan tidak ada perkembangan kasus antraks setelah ditemukannya kasus positif di Kelurahan Tileng, langkah antisipasi telah dilakukan untuk mencegah penyebaran.
Gunungkidul, Yogyakarta, 21 Februari 2025 - Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Kabupaten Gunungkidul memastikan tidak ada perkembangan kasus antraks baru setelah ditemukannya kasus positif di Kelurahan Tileng beberapa waktu lalu. Kejadian ini melibatkan seekor sapi milik warga bernama Suwardi yang mati pada awal Februari 2025. Setelah uji laboratorium di Balai Besar Veteriner Wates (BBVet) memastikan hasil positif antraks, DPKH Gunungkidul langsung mengambil langkah-langkah pencegahan untuk mencegah penyebaran penyakit mematikan tersebut.
Kepala DPKH Gunungkidul, Wibawanti, menyatakan bahwa sejak hasil uji laboratorium keluar, tidak ada penambahan kasus antraks baru di wilayah Gunungkidul. "Sampai saat ini penambahan kasus antraks tidak ada," tegas Wibawanti dalam keterangannya di Gunungkidul, Jumat. Pihaknya telah melakukan berbagai upaya untuk mencegah meluasnya wabah, termasuk memberikan antibiotik kepada ternak di sekitar lokasi kejadian dan merencanakan vaksinasi dalam waktu dekat.
Langkah-langkah tersebut menunjukkan kesigapan DPKH Gunungkidul dalam menangani kasus antraks. Dengan memberikan antibiotik dan rencana vaksinasi, diharapkan dapat mencegah penyebaran penyakit ke ternak lainnya. Hal ini juga menunjukkan komitmen pemerintah daerah dalam melindungi kesehatan hewan dan masyarakat Gunungkidul.
Antisipasi dan Pencegahan Penyebaran Antraks
Sebagai langkah antisipasi, DPKH Gunungkidul melalui Puskeswan Girisubo telah memberikan antibiotik kepada tiga hewan di sekitar lokasi kasus antraks. "Ada tiga hewan di lokasi sekitar sudah dikasih antibiotik. Kemudian, dua minggu lagi vaksin di sekitar lokasi," jelas Wibawanti. Vaksinasi direncanakan akan dilakukan dua minggu setelah pemberian antibiotik sebagai upaya perlindungan lebih lanjut.
Kronologi kasus antraks di Girisubo bermula pada 4 Februari 2025, ketika sapi milik Suwardi menunjukkan gejala penurunan nafsu makan. Pada malam harinya, sapi tersebut masih mau makan sedikit, namun terlihat gelisah. Keesokan paginya, sapi ditemukan dalam keadaan lemah dan perutnya terasa panas. Setelah diperiksa oleh paramedik setempat, sapi tersebut dinyatakan telah mati.
Sampel darah sapi kemudian diambil dan dikirim ke UPT Laboratorium Kesehatan Hewan DPKH, lalu diteruskan ke BBVet Wates pada 13 Februari 2025. Hasil uji laboratorium yang menunjukkan hasil positif antraks diterima pada 15 Februari 2025 melalui WhatsApp. "Kami langsung melakukan desinfeksi/penyiraman desinfeksi di lokasi dengan menggunakan larutan Baycline," tambah Wibawanti.
Desinfeksi lokasi dengan larutan Baycline merupakan langkah penting untuk mencegah penyebaran spora antraks. Baycline merupakan disinfektan yang efektif dalam membunuh bakteri dan spora, sehingga dapat mencegah kontaminasi lingkungan dan penyebaran penyakit.
Imbauan kepada Peternak
DPKH Gunungkidul mengimbau kepada seluruh peternak di wilayah Gunungkidul untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan dan kandang ternak. Kebersihan kandang dan lingkungan sekitar merupakan faktor penting dalam mencegah berbagai penyakit hewan, termasuk antraks.
Selain itu, peternak juga diimbau untuk segera melaporkan jika ditemukan gejala antraks atau penyakit hewan ternak lainnya kepada petugas. Pelaporan dini sangat penting untuk memungkinkan penanganan cepat dan mencegah penyebaran penyakit. "Kami mengimbau peternak supaya menjaga kebersihan kandang dan melaporkan segera bila hewannya sakit atau mati," pesan Wibawanti.
Langkah-langkah pencegahan dan pengawasan yang dilakukan oleh DPKH Gunungkidul diharapkan dapat mencegah munculnya kasus antraks baru dan menjaga kesehatan ternak di wilayah tersebut. Kerja sama antara DPKH dan peternak sangat penting untuk memastikan keamanan dan kesehatan ternak di Gunungkidul.
Kesimpulannya, situasi terkini menunjukkan bahwa kasus antraks di Gunungkidul terkendali dan tidak ada perkembangan kasus baru. Upaya pencegahan dan pengawasan yang dilakukan oleh DPKH Gunungkidul patut diapresiasi dan diharapkan dapat terus berlanjut untuk menjaga kesehatan ternak dan masyarakat.