Kedermawanan Indonesia Anjlok ke Peringkat 21 World Giving Report 2025: Terungkap Peran Metodologi Baru
Peringkat kedermawanan Indonesia turun drastis di World Giving Report 2025. Temukan mengapa perubahan metodologi dan kepercayaan publik menjadi kunci dalam fenomena kedermawanan Indonesia ini.
Laporan World Giving Report (WGR) 2025 menempatkan Indonesia pada posisi ke-21 dari 101 negara yang disurvei, sebuah penurunan signifikan dibandingkan peringkat sebelumnya. Hasil ini mengejutkan banyak pihak, mengingat Indonesia kerap dikenal sebagai salah satu negara paling dermawan di dunia.
Menanggapi penurunan peringkat kedermawanan Indonesia ini, peneliti filantropi dari Public Interest Research and Advocacy Center (PIRAC), Hamid Abidin, memberikan pandangannya. Menurutnya, perubahan metodologi yang digunakan dalam WGR 2025 menjadi faktor utama di balik pergeseran posisi tersebut. Metodologi baru ini lebih terperinci dan inklusif, mencakup aspek nilai donasi terhadap pendapatan serta keragaman jalur pemberian.
Hamid Abidin menjelaskan bahwa pendekatan yang lebih mendalam ini memberikan pemahaman yang komprehensif tentang kedermawanan global. Perubahan ini juga memengaruhi peringkat negara-negara yang sebelumnya menduduki posisi teratas dalam World Giving Index (WGI), yang lebih mengandalkan frekuensi aktivitas memberi. Nigeria kini menduduki peringkat pertama, diikuti Mesir dan China.
Perubahan Metodologi dan Dampaknya pada Peringkat Global
World Giving Report 2025 memperkenalkan metodologi yang berbeda secara fundamental dari World Giving Index sebelumnya. Jika WGI fokus pada seberapa sering individu melakukan tindakan memberi, WGR 2025 memperhitungkan aspek yang lebih mendalam seperti proporsi donasi terhadap pendapatan serta variasi cara seseorang menyumbang. Pendekatan ini bertujuan untuk memberikan gambaran yang lebih akurat tentang skala dan dampak kedermawanan di setiap negara.
Hamid Abidin menekankan bahwa meskipun peringkat kedermawanan Indonesia turun, hal ini tidak berarti tingkat kedermawanan masyarakat menurun secara absolut. Indonesia tetap menunjukkan tingkat kedermawanan yang tinggi secara global. Namun, negara-negara seperti Nigeria, Mesir, dan China kini menempati tiga urutan teratas karena proporsi pendapatan donasi mereka yang lebih besar, sesuai dengan fokus metodologi baru WGR 2025.
Pergeseran ini mengindikasikan bahwa negara-negara dengan struktur ekonomi dan budaya filantropi yang memungkinkan donasi dalam proporsi signifikan dari pendapatan, cenderung mendapatkan peringkat lebih tinggi. Hal ini menyoroti pentingnya tidak hanya frekuensi memberi, tetapi juga nilai dan dampak dari setiap sumbangan yang diberikan oleh masyarakat.
Peran Kepercayaan Publik dan Dukungan Pemerintah dalam Filantropi
Faktor kunci lain yang disoroti Hamid Abidin adalah tingkat kepercayaan masyarakat terhadap lembaga amal atau filantropi. Ia menjelaskan bahwa tingkat kepercayaan yang tinggi sangat berkorelasi dengan budaya menyumbang yang kuat. Masyarakat cenderung lebih partisipatif dan memberikan donasi dalam jumlah yang lebih besar jika mereka memercayai integritas dan efektivitas lembaga filantropi di negaranya.
Tren ini juga tergambar jelas dalam data WGR 2025, di mana negara-negara dengan tingkat kepercayaan tinggi pada organisasi amal atau filantropi, terutama di wilayah Afrika dan Asia, menunjukkan partisipasi dan jumlah donasi yang lebih tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa transparansi, akuntabilitas, dan dampak nyata dari kegiatan filantropi sangat penting dalam membangun motivasi masyarakat untuk berbagi.
Lebih lanjut, Hamid Abidin mengingatkan tentang urgensi kebijakan dan dukungan pemerintah dalam membangun ekosistem filantropi yang berkelanjutan. Insentif, kampanye publik, serta regulasi yang mempermudah dan memfasilitasi kegiatan filantropi dapat memperkuat motivasi dan norma sosial tentang berbagi. Dukungan pemerintah akan mendorong budaya filantropi yang strategis dan berdampak positif pada pembangunan sosial.
Secara global, Indonesia tetap menjadi contoh inspiratif bagaimana negara berkembang dapat memadukan tradisi sosial dengan modernisasi untuk meningkatkan kedermawanan yang berkelanjutan. Filantropi memainkan peran vital dalam pembangunan sosial di tengah tantangan ekonomi dan perubahan sosial yang dinamis, dan dukungan berkelanjutan dari berbagai pihak akan semakin memperkuat posisi Indonesia sebagai negara dermawan.