Kemenbud Gandeng BRIN Identifikasi 400 Kerangka Tentara Jepang di Biak
Kementerian Kebudayaan (Kemenbud) berkolaborasi dengan BRIN untuk mengidentifikasi ratusan kerangka tentara Jepang di Biak, guna mempercepat proses repatriasi kerjasama Indonesia-Jepang.
Biak, 08 September 2023 (ANTARA) - Kementerian Kebudayaan (Kemenbud) Republik Indonesia melibatkan pakar Arkeometri dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) untuk mengidentifikasi ratusan kerangka, diperkirakan antara 350 hingga 400 kerangka, yang diduga milik tentara Jepang yang gugur dalam Perang Dunia II di Pulau Biak. Penemuan ini menjadi fokus kolaborasi internasional untuk menghormati para korban perang dan memperkuat hubungan bilateral Indonesia-Jepang.
"Pakar Arkeometri BRIN dengan keahlian yang dimiliki akan membantu penelitian sekitar 350-400 kerangka tentara Jepang yang saat ini sudah ditemukan warga Biak," jelas Pamong Budaya Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia, Valentinus Sriwijaya Atmoko, di Biak.
Kerangka-kerangka tersebut ditemukan di berbagai lokasi di Biak, termasuk di belakang monumen perang dunia II dan kawasan Bosnik Distrik Biak Timur. Proses identifikasi ini diharapkan dapat memberikan kepastian identitas para korban dan asal satuan mereka dalam Angkatan Darat Jepang.
Identifikasi Kerangka dengan Teknologi Arkeometri
Dengan dukungan teknologi Arkeometri dari BRIN, proses identifikasi diharapkan lebih cepat dan akurat. Arkeometri sendiri merupakan ilmu yang menggabungkan berbagai disiplin ilmu untuk menganalisis material dari masa lalu. Dalam konteks ini, teknologi tersebut akan membantu mengumpulkan, menganalisis, mensintesis, dan menafsirkan data secara empiris dan sistematis terkait material organik dan anorganik dari sisa-sisa kerangka tersebut.
"Diharapkan dengan adanya ahli Arkeometri BRIN bersama tim ahli DNA Kementerian Kesehatan Jepang dapat mempercepat proses identifikasi kerangka tentara Jepang atau bukan yang sudah dikumpulkan di Pulau Biak," tambah Valentinus.
Kolaborasi dengan tim ahli DNA dari Kementerian Kesehatan Jepang juga akan sangat krusial untuk memastikan akurasi identifikasi. Penggunaan teknologi DNA diharapkan dapat memberikan informasi genetik yang dapat membantu mengidentifikasi asal-usul kerangka tersebut.
Repatriasi Kerangka: Kerja Sama Indonesia-Jepang
Proses pemulangan kerangka tentara Jepang yang gugur di Pulau Biak merupakan hasil kerja sama antara Pemerintah Indonesia dan Jepang yang telah berlangsung sejak tahun 2019. Kerja sama ini diperpanjang setiap tiga tahun sekali, dan pada tahun 2025 akan memasuki periode kerja sama yang ketiga.
"Untuk Repatriasi tulang kerangka tentara Jepang di Biak pada tahun 2025 merupakan hasil kerja sama Indonesia-Jepang untuk ketiga kali yakni 2019, 2022 dan akan diperpanjang pada 2025," jelas Valentinus.
Proses repatriasi ini bukan hanya sekadar pemulangan jenazah, tetapi juga merupakan simbol penghormatan terhadap para korban perang dan upaya untuk memperkuat hubungan persahabatan kedua negara. Kerja sama ini diharapkan dapat menjadi contoh nyata bagaimana negara-negara dapat bekerja sama untuk menyelesaikan masalah masa lalu dan membangun masa depan yang lebih damai.
Proses identifikasi yang dilakukan oleh Kemenbud dan BRIN ini diharapkan dapat memberikan informasi yang lebih lengkap tentang para korban perang di Biak, sehingga proses repatriasi dapat dilakukan dengan lebih bermartabat dan menghormati nilai-nilai kemanusiaan.
Dengan adanya kolaborasi ini, diharapkan proses identifikasi dan repatriasi kerangka tentara Jepang di Biak dapat berjalan lancar dan memberikan kontribusi positif bagi hubungan bilateral Indonesia-Jepang.