Kerangka Tentara Jepang Korban Perang Dunia II di Biak Segera Dipulangkan
Pemerintah Indonesia dan Jepang sepakat untuk memulangkan kerangka tentara Jepang yang gugur di Biak, Papua, selama Perang Dunia II, sebagai bentuk penghormatan dan kerja sama kedua negara.
Pemerintah Indonesia dan Jepang tengah bekerja sama untuk memulangkan kerangka tentara Jepang yang menjadi korban Perang Dunia II (PD II) di Pulau Biak, Papua. Proses repatriasi ini merupakan tindak lanjut dari kerja sama kedua negara untuk memberikan penghormatan terakhir kepada para prajurit yang gugur di medan perang. Rapat koordinasi yang melibatkan Wakil Bupati Biak Numfor, perwakilan Kementerian Kebudayaan Indonesia, dan perwakilan pemerintah Jepang telah dilaksanakan untuk membahas langkah-langkah konkret pemulangan tersebut.
Pertemuan yang berlangsung di Biak pada Jumat (7/3) menghasilkan kesepakatan untuk melanjutkan proses identifikasi dan pemulangan kerangka-kerangka tersebut. Wakil Bupati Biak Numfor, Jimmy CR Kapissa, menyatakan dukungan penuh pemerintah daerah terhadap rencana repatriasi ini. Beliau menekankan pentingnya kerja sama antara Indonesia dan Jepang dalam menyelesaikan proses ini dengan penuh penghormatan.
Berdasarkan data yang dimiliki, diperkirakan sebanyak 10.200 tentara Jepang gugur di Biak selama PD II. Hingga saat ini, telah ditemukan sekitar 4.227 kerangka. Proses identifikasi masih terus dilakukan oleh tim ahli forensik dari Jepang, dengan melibatkan keluarga para tentara yang gugur. Pemerintah Jepang berkomitmen untuk memastikan proses pemulangan ini dilakukan dengan penuh kehati-hatian dan penghormatan.
Proses Repatriasi dan Kerjasama Bilateral
Wakil Bupati Jimmy Kapissa menjelaskan bahwa Pemkab Biak Numfor akan terus memberikan dukungan penuh terhadap rencana repatriasi ini. Beliau juga menekankan pentingnya kerja sama yang baik antara pemerintah daerah, pemerintah pusat, dan pemerintah Jepang dalam memastikan kelancaran proses tersebut. Dukungan ini merupakan wujud nyata dari komitmen Indonesia dalam menghormati sejarah dan para korban perang.
Proses identifikasi kerangka dilakukan secara cermat oleh tim ahli forensik Jepang. Jika ditemukan tulang belulang warga Biak, maka akan dikembalikan kepada masyarakat setempat dengan kesepakatan bersama. Selain itu, pemerintah Jepang juga akan memberikan kompensasi kepada masyarakat setempat sebagai bentuk penghargaan atas kerja sama dan dukungan yang diberikan.
Valentinus Sriwijaya Atmoko, Pamong Budaya Kementerian Kebudayaan RI, menambahkan bahwa pemerintah Jepang berencana kembali mengunjungi Biak pada bulan Juli dan November 2025 untuk melanjutkan proses identifikasi dan pemulangan kerangka. Beliau berharap proses ini dapat berjalan lancar dan sesuai dengan jadwal yang telah disepakati bersama.
Dukungan Masyarakat dan Harapan Masa Depan
Valentinus juga berharap adanya dukungan penuh dari masyarakat Biak Numfor terhadap rencana repatriasi ini. Dukungan tersebut sangat penting untuk memastikan kelancaran proses pemulangan kerangka tentara Jepang ke negara asalnya. Hal ini juga akan memperkuat hubungan bilateral antara Indonesia dan Jepang.
Proses repatriasi ini bukan hanya sekadar pemulangan kerangka, tetapi juga merupakan simbol dari perdamaian dan penghormatan terhadap sejarah. Kerja sama antara Indonesia dan Jepang dalam hal ini menunjukkan komitmen kedua negara untuk menjaga hubungan yang harmonis dan saling menghormati.
Dengan adanya kerja sama yang baik antara pemerintah Indonesia dan Jepang, diharapkan proses repatriasi kerangka tentara Jepang korban Perang Dunia II di Biak dapat berjalan lancar dan sesuai dengan rencana. Hal ini akan menjadi bukti nyata dari perdamaian dan persahabatan antara kedua negara.
Proses pemulangan ini diharapkan dapat menjadi momentum untuk memperkuat hubungan bilateral Indonesia-Jepang, serta menjadi pembelajaran berharga bagi generasi mendatang tentang pentingnya perdamaian dan penghormatan terhadap sejarah.