Lapas Tulungagung Berdayakan Warga Binaan Lewat Pelatihan Kewirausahaan
Kepala Lapas Tulungagung, Ma'ruf Prasetio Hadianto, berkomitmen mengembangkan program kewirausahaan bagi warga binaan, termasuk kolaborasi dengan pihak ketiga dan pengembangan potensi lokal seperti industri kerajinan marmer, untuk meningkatkan keterampila
Kepala Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Klas IIB Tulungagung yang baru, Ma'ruf Prasetio Hadianto, memiliki komitmen kuat untuk memberdayakan warga binaan melalui pelatihan kewirausahaan. Hal ini disampaikannya usai serah terima jabatan di aula Lapas Tulungagung pada Jumat, 14 Februari 2024.
Program Pemberdayaan Warga Binaan
Ma'ruf menekankan pentingnya menyesuaikan program pelatihan dengan jumlah warga binaan, jenis perkara, dan kearifan lokal Tulungagung. Ia terinspirasi dari pengalamannya di Lapas Pasuruan, di mana ia sukses mengelola konveksi yang melibatkan 150 warga binaan, serta mengembangkan peternakan dan pelatihan barista. Ia percaya bahwa inovasi berbasis kondisi Lapas sangat penting dalam keberhasilan program ini.
Di Tulungagung, Ma'ruf melihat potensi besar pada industri kerajinan marmer. Ia berencana untuk mengembangkannya sebagai produk unggulan Lapas, sejalan dengan konsep "one prison, one product". Konsep ini mendorong setiap Lapas untuk memiliki produk khas yang dapat dipasarkan ke masyarakat luas.
Kolaborasi dan Pengembangan Industri
Salah satu target utama Ma'ruf adalah kolaborasi dengan pihak ketiga untuk membangun industri konveksi di dalam Lapas. Kolaborasi ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelatihan dan memperluas akses pasar bagi produk-produk warga binaan. Selain konveksi, potensi pengembangan industri lain juga akan dipertimbangkan, dengan selalu memprioritaskan kearifan lokal dan kebutuhan pasar.
Program ini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan keterampilan warga binaan, tetapi juga untuk memberikan manfaat ekonomi yang nyata. Ma'ruf berharap agar warga binaan memiliki keterampilan yang dapat digunakan setelah mereka bebas, sehingga dapat mengurangi angka residivisme dan meningkatkan kemandirian ekonomi mereka.
Dukungan Pemerintah dan Contoh Sukses
Program pemberdayaan warga binaan melalui pelatihan kewirausahaan bukanlah hal baru. Beberapa Lapas lain telah menerapkan program serupa, seperti produksi roti di Lapas Kelas I Tangerang dan industri batik di Lapas Perempuan Malang. Pemerintah Indonesia juga secara aktif mendorong inisiatif-inisiatif seperti ini untuk memberikan peluang ekonomi yang lebih baik bagi warga binaan dan mengurangi angka residivisme.
Dengan pengalaman dan komitmennya, Ma'ruf Prasetio Hadianto diharapkan dapat membawa perubahan positif bagi warga binaan Lapas Tulungagung. Program kewirausahaan ini bukan hanya sekadar pelatihan keterampilan, tetapi juga sebuah investasi untuk masa depan warga binaan dan kontribusi bagi perekonomian lokal.
Harapan untuk Masa Depan
Keberhasilan program ini akan sangat bergantung pada kolaborasi yang efektif antara Lapas Tulungagung, pihak ketiga, dan pemerintah. Dengan dukungan dan kerjasama yang kuat, program ini berpotensi untuk menjadi model bagi Lapas lain di Indonesia dalam memberdayakan warga binaan dan mengurangi angka kriminalitas. Penting untuk terus memantau dan mengevaluasi program ini agar dapat terus beradaptasi dengan kebutuhan dan perkembangan zaman.
Selain itu, keberlanjutan program ini juga bergantung pada pemasaran produk-produk yang dihasilkan oleh warga binaan. Strategi pemasaran yang tepat akan sangat penting untuk memastikan keberhasilan ekonomi dari program ini. Dengan demikian, program ini tidak hanya memberikan keterampilan, tetapi juga membuka peluang ekonomi yang riil bagi warga binaan Lapas Tulungagung.