Main Gawai Menunduk Picu Skoliosis? Waspada Gejala dan Pencegahannya!
Kebiasaan bermain gawai dengan posisi menunduk dan gerakan memutar badan secara tiba-tiba dapat menyebabkan skoliosis, terutama pada lansia. Ketahui gejala, pencegahan, dan pengobatannya!
Apa, Siapa, Di mana, Kapan, Mengapa, dan Bagaimana? Kebiasaan bermain gawai dalam waktu lama sambil menunduk dan gerakan memutar badan secara tiba-tiba, yang sering disebut 'kretek', dapat menyebabkan skoliosis, sebuah kelainan bentuk tulang belakang yang menyebabkan tulang belakang melengkung ke samping. Hal ini diungkapkan oleh Konsultan tulang belakang Eka Hospital BSD, Phedy, di Tangerang pada Jumat, 28 Februari. Kondisi ini dapat terjadi pada berbagai usia, termasuk lansia, di mana dikenal sebagai skoliosis degeneratif. Gerakan 'kretek' yang dilakukan secara tiba-tiba dapat menyebabkan cedera sendi dan memicu skoliosis. Pencegahannya meliputi menjaga postur tubuh yang baik dan olahraga teratur.
Skoliosis degeneratif pada lansia seringkali disertai gangguan keseimbangan, membuat tubuh tampak miring dan bungkuk. Dalam kasus berat, dapat terjadi pergeseran tulang belakang dan syaraf terjepit. Penyebab utamanya adalah faktor penuaan, osteoporosis, artritis tulang belakang, dan trauma. Penting untuk memahami bahwa skoliosis tidak hanya terjadi pada usia muda, namun juga menjadi masalah kesehatan yang signifikan pada lansia.
Penanganan skoliosis pada lansia bertujuan untuk memperbaiki keseimbangan, mengurangi nyeri, meningkatkan mobilitas, dan mencegah kelengkungan tulang belakang semakin parah. Berbagai metode pengobatan tersedia, mulai dari terapi fisik hingga operasi, tergantung tingkat keparahan kondisi tersebut. Oleh karena itu, deteksi dini dan perawatan yang tepat sangat penting untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
Memahami Skoliosis dan Faktor Risikonya
Skoliosis adalah kelainan bentuk tulang belakang yang ditandai dengan lengkungan tulang belakang ke samping. Pada lansia, kondisi ini sering disebut skoliosis degeneratif, yang disebabkan oleh proses penuaan dan degenerasi tulang belakang. Faktor risiko lainnya termasuk osteoporosis (pelemahan tulang), artritis tulang belakang (peradangan sendi tulang belakang), dan trauma.
Gejala skoliosis degeneratif pada lansia dapat bervariasi, mulai dari nyeri punggung ringan hingga gangguan keseimbangan yang signifikan. Dalam beberapa kasus, penderita mungkin mengalami kesulitan berjalan atau melakukan aktivitas sehari-hari. Oleh karena itu, penting untuk mengenali tanda-tanda awal dan segera mencari bantuan medis jika mengalami gejala yang mengkhawatirkan.
Penting untuk diingat bahwa skoliosis degeneratif pada lansia seringkali terjadi secara bertahap dan mungkin tidak disadari sampai gejala sudah cukup parah. Oleh karena itu, pemeriksaan kesehatan rutin dan deteksi dini sangat penting untuk mencegah komplikasi.
Metode Penanganan Skoliosis pada Lansia
Penanganan skoliosis pada lansia difokuskan pada perbaikan keseimbangan, pengurangan nyeri, peningkatan mobilitas, dan pencegahan progresivitas kelengkungan tulang belakang. Terapi fisik dan latihan, seperti peregangan, yoga, dan penguatan otot inti dan punggung, sangat dianjurkan untuk meningkatkan kekuatan dan fleksibilitas.
Penggunaan obat-obatan dapat membantu mengurangi nyeri dan peradangan, serta mengobati osteoporosis yang mendasari. Penyangga (brace) mungkin digunakan untuk jangka pendek dalam kasus nyeri akut yang hebat. Namun, operasi hanya diindikasikan pada kasus dengan kelengkungan lebih dari 50 derajat atau gangguan keseimbangan lebih dari 3 sentimeter yang tidak membaik dengan terapi fisik.
Pilihan pengobatan akan disesuaikan dengan kondisi individu dan tingkat keparahan skoliosis. Konsultasi dengan dokter spesialis tulang belakang sangat penting untuk menentukan rencana pengobatan yang tepat dan efektif.
Pencegahan Skoliosis: Jaga Kesehatan Tulang Belakang
- Pertahankan postur tubuh yang baik saat duduk, berdiri, dan berjalan.
- Lakukan olahraga teratur untuk memperkuat otot punggung dan meningkatkan fleksibilitas.
- Konsumsi makanan kaya kalsium dan vitamin D untuk menjaga kesehatan tulang.
- Hindari kebiasaan buruk seperti membungkuk saat duduk atau membawa beban berat secara berlebihan.
- Hindari merokok.
- Lakukan pemeriksaan rutin ke dokter untuk mendeteksi kelainan tulang sejak dini.
Dengan menjaga kesehatan tulang belakang dan menerapkan gaya hidup sehat, risiko terkena skoliosis dapat diminimalkan. Deteksi dini dan perawatan yang tepat juga sangat penting untuk mencegah komplikasi dan meningkatkan kualitas hidup.
"Skoliosis pada lansia adalah kondisi yang umum terjadi akibat proses penuaan, degenerasi tulang belakang atau osteoporosis. Meskipun dapat menyebabkan nyeri dan gangguan mobilitas, berbagai metode penanganan, seperti terapi fisik, obat-obatan, penggunaan brace, atau operasi dapat membantu mengelola kondisi tersebut," kata Phedy.