Menaker: Kolaborasi Kunci Wujudkan Hubungan Industrial Pancasila yang Unggul
Menaker Yassierli tekankan kolaborasi perusahaan, pekerja, dan serikat pekerja wujudkan hubungan industrial Pancasila berbasis SDM unggul.
Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Yassierli menyatakan bahwa hubungan industrial Pancasila yang berbasis pada sumber daya manusia (SDM) unggul dan lingkungan kerja yang sehat dapat terwujud melalui dialog serta kolaborasi yang baik antara perusahaan, pekerja, dan serikat pekerja. Hal ini menjadi kunci penting dalam memajukan perusahaan di masa depan. Salah satu upaya nyata dalam mewujudkan hal ini adalah melalui penandatanganan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) IX PT Pertamina (Persero).
Menurut Yassierli, hubungan industrial Pancasila diwujudkan melalui dialog, musyawarah, dan kolaborasi antara serikat pekerja dan manajemen perusahaan. Kemitraan yang harmonis ini menjadi fondasi penting bagi kemajuan perusahaan di masa depan. Ia juga menambahkan bahwa Pertamina harus menjadi garda terdepan dalam pengembangan SDM unggul di Indonesia.
“Hubungan industrial Pancasila diwujudkan melalui dialog, musyawarah, dan kolaborasi antara serikat pekerja dan manajemen. Ini menjadi kunci kemajuan perusahaan di masa depan,” kata Menaker Yassierli dikutip dari keterangan resmi di Jakarta.
Tantangan Produktivitas Tenaga Kerja di Indonesia
Menaker Yassierli mengungkapkan bahwa Indonesia masih menghadapi tantangan serius terkait produktivitas tenaga kerja. Dalam dua dekade terakhir, produktivitas Indonesia cenderung stagnan di angka 10 persen, masih di bawah rata-rata negara-negara ASEAN. Untuk mencapai visi Indonesia Emas 2045, produktivitas nasional harus ditingkatkan hingga 1,7 kali lipat.
Menurutnya, Pertamina memiliki peran besar sebagai lokomotif peningkatan produktivitas nasional. Hal ini harus menjadi tujuan bersama seluruh elemen perusahaan. Selain itu, Menaker juga mengutip sebuah riset yang menunjukkan bahwa 50 persen dari skill set yang ada saat ini akan tidak relevan dalam 10 tahun mendatang.
“PR besar bagi Pertamina adalah menjadi lokomotif peningkatan produktivitas nasional. Ini harus menjadi tujuan bersama,” ujar Yassierli.
Yassierli juga menyoroti kekhawatiran jika pekerja Indonesia tidak dibekali dengan keterampilan yang relevan, tenaga kerja asing justru akan mengambil peran tersebut. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan dan serikat pekerja untuk berkolaborasi dalam meningkatkan kompetensi SDM.
Peran Serikat Pekerja dalam Pengembangan SDM
Menaker Yassierli mengajak serikat pekerja untuk tidak hanya fokus pada isu-isu normatif, tetapi juga bergerak lebih jauh dalam memberikan kontribusi positif bagi perusahaan. Ia mengacu pada teori motivasi Herzberg yang membagi faktor kerja menjadi dua dimensi, yaitu hygiene factors (faktor higienis) dan motivating factors (faktor motivasi).
Hygiene factors seperti upah dan lingkungan kerja yang layak telah banyak dicapai. Sementara itu, motivating factors mendorong pekerja untuk memberikan kontribusi terbaik mereka. Faktor-faktor motivasi ini hanya dapat tumbuh melalui kolaborasi yang sehat antara manajemen dan serikat pekerja, dengan penguatan SDM sebagai kuncinya.
“Motivating factors ini hanya bisa tumbuh melalui kolaborasi yang sehat antara manajemen dan serikat pekerja. Dan kunci dari semuanya adalah penguatan SDM,” kata Menaker.
Dengan kolaborasi yang baik, perusahaan dan serikat pekerja dapat menciptakan lingkungan kerja yang kondusif dan mendukung pengembangan SDM yang unggul. Hal ini akan berdampak positif pada peningkatan produktivitas dan daya saing perusahaan di tingkat nasional maupun internasional.
Hubungan industrial yang harmonis melalui kolaborasi yang kuat antara perusahaan, pekerja, dan serikat pekerja menjadi kunci penting dalam mewujudkan SDM unggul dan mencapai visi Indonesia Emas 2045. Peningkatan produktivitas dan adaptasi terhadap perubahan keterampilan di masa depan adalah fokus utama yang perlu diperhatikan bersama.