Mengajarkan Toleransi Beragama Sejak Dini: Studi Wisata Religius Siswa SD Angkasa Biak
Siswa SD Angkasa Biak melakukan studi wisata ke berbagai rumah ibadah untuk menanamkan nilai toleransi dan kerukunan antarumat beragama, menunjukkan implementasi nyata sila pertama Pancasila.
Pada Sabtu, 8 Februari 2024, hujan deras mengguyur Kota Biak, Papua, namun tak menyurutkan semangat 28 siswa kelas 1 SD Angkasa, Distrik Samofa, Kabupaten Biak Numfor. Mereka mengikuti studi wisata religi dengan mengunjungi berbagai rumah ibadah; gereja, masjid, vihara, dan pura. Kegiatan ini bertujuan menanamkan nilai toleransi beragama dan hidup berdampingan secara damai sejak usia dini, sebagai bagian dari Kurikulum Merdeka Belajar dan pengamalan sila pertama Pancasila.
Perjalanan dimulai pukul 07.00 WIT dari halaman sekolah. Keceriaan terpancar dari wajah-wajah polos para siswa saat mereka bersiap mengunjungi tempat-tempat suci yang berbeda-beda. Kunjungan ini diharapkan memberikan pemahaman nyata tentang keberagaman agama dan pentingnya saling menghargai perbedaan keyakinan.
Kegiatan ini bukan sekadar wisata biasa, melainkan pembelajaran karakter yang efektif. Dengan mengunjungi langsung berbagai tempat ibadah, siswa diajak untuk memahami praktik keagamaan masing-masing, menumbuhkan rasa empati, dan menghormati perbedaan keyakinan. Hal ini sejalan dengan upaya membangun masyarakat yang rukun dan toleran.
Memahami Keberagaman di Berbagai Rumah Ibadah
Perjalanan diawali dengan kunjungan ke Gereja Oikumene milik TNI AU. Di sana, siswa dikenalkan dengan berbagai fasilitas gereja dan kegiatan keagamaan yang dilakukan, mulai dari ibadah Minggu hingga pelayanan sosial. Mereka melihat langsung altar, mimbar khutbah, dan kursi jemaat, mendapatkan penjelasan langsung dari majelis jemaat gereja.
Selanjutnya, siswa mengunjungi Vihara Buddha Dharma dan Menara Pagoda. Pengurus vihara menyambut hangat kedatangan mereka dan menjelaskan fungsi vihara bagi umat Buddha. Abidzar F Badilah, salah satu siswa, mengungkapkan kekagumannya, “Saya baru pertama kali mengunjungi vihara ini. Tempatnya bagus dan indah, karena dilengkapi menara pagoda,” katanya. Syowi (7) juga merasa senang melihat suasana hening dan pemandangan indah di vihara dan pagoda.
Menara Pagoda setinggi 35 meter menjadi daya tarik tersendiri. Bangunan ini tak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga pusat kegiatan sosial kemasyarakatan. Struktur dan bentuknya yang unik melambangkan ajaran Buddha tentang saling menghormati dan menjaga toleransi.
Kunjungan ke Masjid Agung Baiturrahman Biak memberikan pengalaman baru bagi siswa non-Muslim. Mereka melihat langsung rumah ibadah terbesar umat Islam di Kabupaten Biak Numfor dan merasakan suasana ibadah umat Muslim. Pengalaman ini memperluas wawasan dan pemahaman mereka tentang Islam.
Menghargai Perbedaan di Pura
Kunjungan terakhir adalah ke pura, rumah ibadah umat Hindu di kompleks Pangkalan TNI AL Biak. Di sini, siswa diajarkan pentingnya menghormati tata cara dan aturan yang berlaku di setiap tempat ibadah. Mereka dikenalkan dengan tata cara berpakaian yang sopan saat memasuki pura, memahami pentingnya kebersihan lahir dan batin sebelum beribadah.
Di pura, anak-anak diajak untuk merasakan suasana hening dan tenang, memusatkan pikiran untuk berkomunikasi dengan Tuhan. Pengalaman ini memberikan pemahaman yang mendalam tentang pentingnya menghormati perbedaan dan keragaman budaya dalam konteks beribadah.
Kunjungan ke berbagai tempat ibadah ini mengajarkan siswa untuk menghargai perbedaan dan hidup berdampingan secara damai. Mereka belajar tentang pentingnya toleransi, saling menghormati, dan memahami praktik keagamaan yang berbeda-beda.
Model kerukunan umat beragama di Biak Numfor patut dicontoh. Indeks kerukunan agama di Kabupaten Biak Numfor terus meningkat, mencapai 81,20 pada tahun 2024. Hal ini menunjukkan kehidupan harmonis antarumat beragama di daerah tersebut. Kerja sama dan tolong-menolong antarumat beragama terlihat nyata dalam berbagai kegiatan keagamaan, seperti perayaan Natal dan Lebaran.
Ketua Forum Komunikasi Umat Beragama Biak Numfor, Pendeta Mikael Kapisa, mengakui tingginya kesadaran umat beragama untuk saling menghormati perbedaan sebagai kunci kerukunan. Keberhasilan Biak Numfor dalam menjaga kerukunan antarumat beragama menjadi contoh bagi daerah lain di Indonesia.
Studi wisata religi ini memberikan dampak positif bagi siswa SD Angkasa Biak. Mereka belajar tentang toleransi, kerukunan, dan pentingnya menghargai perbedaan sejak usia dini. Semoga pengalaman ini dapat membentuk karakter mereka menjadi pribadi yang toleran, menghargai perbedaan, dan mampu hidup berdampingan secara damai dengan sesama.