Menguak Sang Hyang Siksa Kandang Karesian: Naskah Kuno Sunda yang Jadi Pedoman Hidup Relevan Hingga Kini
Filolog menilai Sang Hyang Siksa Kandang Karesian bukan sekadar sejarah, melainkan pedoman hidup yang relevan hingga kini. Pelajari lebih lanjut makna mendalamnya!
Filolog terkemuka, Anggi Endrawan, baru-baru ini menyoroti pentingnya naskah kuno Sunda, Sang Hyang Siksa Kandang Karesian. Naskah ini dinilai bukan sekadar catatan sejarah belaka. Ia menegaskan bahwa naskah tersebut memuat nilai-nilai kemanusiaan universal.
Pernyataan ini disampaikan Anggi di Bandung, menekankan relevansi pedoman hidup yang terkandung di dalamnya. Naskah kuno ini juga mencakup prinsip tata kelola pemerintahan masa kerajaan di Tatar Sunda. Nilai-nilai tersebut dianggap masih sangat relevan untuk diterapkan di masa kini.
Anggi berharap agar pemerintah, khususnya Pemerintah Provinsi Jawa Barat, memberikan dukungan serius. Dukungan ini diperlukan untuk pelestarian dan pengkajian mendalam naskah-naskah kuno Sunda. Hal ini penting demi menggali potensi besar warisan intelektual leluhur.
Makna dan Relevansi Sang Hyang Siksa Kandang Karesian
Naskah Sang Hyang Siksa Kandang Karesian memiliki makna filosofis yang sangat mendalam. Filolog Anggi Endrawan menjelaskan bahwa "Sanghyang" berarti suci, "siksa" berarti ajaran, dan "kandang karesian" merujuk pada aturan dengan batasan-batasannya. Secara keseluruhan, naskah ini merupakan panduan hidup yang komprehensif.
Relevansi naskah ini tidak hanya terbatas pada masa lalu. Anggi menegaskan bahwa nilai-nilai kemanusiaan yang terkandung di dalamnya tidak bertentangan dengan aturan modern. Justru, ajaran dalam Sang Hyang Siksa Kandang Karesian dapat memperkuat identitas serta karakter bangsa Indonesia secara keseluruhan.
Lebih dari itu, naskah ini juga memuat panduan penting dalam pengelolaan negara pada zamannya. Hal ini menunjukkan bahwa leluhur Sunda telah memiliki sistem kehidupan yang matang dan bernilai tinggi. Potensi besar dari warisan intelektual ini masih perlu digali lebih dalam untuk kemajuan.
Jejak Penemuan dan Warisan Intelektual Sunda
Naskah Sang Hyang Siksa Kandang Karesian ditemukan di Kabuyutan Ciburuy, Garut. Meskipun demikian, naskah ini diduga memiliki keterkaitan kuat dengan Kabupaten Sumedang. Wilayah Sumedang sendiri hingga kini masih menyimpan ratusan naskah kuno yang belum sepenuhnya teridentifikasi.
Anggi Endrawan mengungkapkan bahwa dalam satu kali pencarian di Sumedang, lebih dari 100 naskah, bahkan mencapai 190 naskah, berhasil ditemukan. Penemuan ini menjadi bukti kuat bahwa Sumedang merupakan pusat intelektual penting sejak zaman kerajaan. Masyarakat di sana telah menghasilkan karya tulis jauh sebelum era modern.
Warisan intelektual ini menegaskan bahwa leluhur masyarakat Sunda telah mewariskan sistem kehidupan yang matang dan bernilai tinggi. Hal ini membuktikan bahwa masyarakat Jawa Barat memiliki akar pengetahuan serta tatanan yang sangat kuat. Sayangnya, banyak potensi berharga ini yang belum sepenuhnya digali dan dimanfaatkan.
Naskah Ensiklopedik dan Pembagian Isinya
Berdasarkan data dari Perpustakaan Digital Budaya Indonesia, naskah Sang Hyang Siksa Kandang Karesian ditulis pada tahun 1440 Saka atau 1518 Masehi. Naskah penting ini menggunakan bahasa Sunda kuno dan ditulis di atas daun nipah. Saat ini, naskah tersebut tersimpan rapi di Perpustakaan Nasional, menjadi salah satu koleksi berharga.
Para ahli menganggap naskah ini sebagai pustaka ensiklopedik karena cakupan isinya yang luas dan mendalam. Naskah ini dibagi menjadi dua bagian utama. Bagian pertama disebut "dasakreta", yang merupakan ajaran akhlak atau "kundangeun urang rea" untuk semua orang.
Bagian kedua adalah "darma pitutur", yang berisi berbagai ilmu pengetahuan atau "pangaweruh" yang harus dimiliki setiap manusia. Tujuannya adalah agar hidup dapat berguna di dunia. Meskipun berjudul "karesian", isinya tidak hanya tentang kaum agama, melainkan juga terkait erat dengan ajaran darma dan ilmu pengetahuan umum.
Sebagai bentuk penghormatan dan pelestarian, pada Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Provinsi Jawa Barat, terdapat prosesi pembacaan naskah Sang Hyang Siksa Kandang Karesian. Ini menunjukkan upaya untuk mengenalkan kembali warisan berharga ini kepada masyarakat luas.