Menko Yusril: Kinerja Buruk? Tak Masalah!
Menko Yusril Ihza Mahendra menanggapi santai hasil survei yang menilai kinerjanya buruk, menekankan pentingnya kepemimpinan yang berani mengambil keputusan meskipun tidak populer demi masa depan bangsa.
Jakarta, 15 Februari 2025 - Menteri Koordinator Bidang Hukum, HAM, Imigrasi, dan Pemasyarakatan (Menko Kumham) Yusril Ihza Mahendra menunjukkan sikap bijak menanggapi hasil survei Center of Economic and Law Studies (Celios) yang menempatkannya di kelompok menteri dengan kinerja buruk, hanya meraih 1,6 persen.
Sikapnya yang tenang dan tidak berkecil hati ini patut diapresiasi. Dalam konfirmasi di Jakarta, Sabtu lalu, Yusril menyatakan, "Saya tidak akan merasa tersanjung kalau kinerja dinilai baik, sebaliknya juga tidak akan kecil hati kalau kinerja dinilai buruk. Saya bekerja saja dengan hati nurani, pikiran, ilmu, dan pengalaman yang saya miliki."
Tanggapan Santai terhadap Survei
Penilaian negatif dari survei tersebut tidak menyurutkan semangat Yusril. Ia justru menekankan pentingnya fokus pada tugas dan tanggung jawabnya sebagai pemimpin. Menurutnya, tugas seorang pemimpin tidaklah mudah. Seorang pemimpin dituntut untuk mampu menyerap aspirasi seluruh rakyat dan menunjukkan langkah-langkah konkret untuk menghadapi tantangan dan membangun masa depan yang lebih baik.
Yusril menyadari bahwa terkadang, seorang pemimpin harus mengambil keputusan yang tidak populer, bahkan mungkin melawan arus opini publik. "Ada kalanya pemimpin memutuskan sesuatu yang tidak populer di mata rakyat dengan membuat kebijakan yang melawan opini dan bahkan bisa dituduh melawan kehendak rakyat," jelasnya. Ia menambahkan bahwa pemimpin yang berani mengambil keputusan yang sulit tersebut tidak selalu dianggap sebagai orang gila, justru sebaliknya, mereka dibutuhkan karena mampu melihat solusi yang tidak terpikirkan oleh kebanyakan orang.
Kepemimpinan yang Berwawasan Jauh
Lebih lanjut, Yusril menjelaskan bahwa seorang pemimpin sejati adalah sosok yang mampu melihat permasalahan yang tidak terlihat oleh orang kebanyakan. Keputusan yang diambilnya mungkin akan menuai kritik di awal, namun dampak positifnya baru akan terasa di masa mendatang. "Awalnya mungkin dia disalahkan, tetapi jauh di belakang hari, ternyata apa yang dia putuskan itu benar. Tidak semua orang mampu memahami keputusan itu tepat, benar, atau tidak," ujarnya.
Ia mencontohkan kebijakan Presiden Prabowo Subianto yang memotong anggaran untuk berinvestasi besar-besaran melalui Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara). Keputusan ini menuai kritik, namun Yusril menilai bahwa langkah tersebut merupakan keputusan yang berani dan tepat untuk masa depan perekonomian Indonesia, khususnya dalam upaya mencapai pertumbuhan ekonomi 8 persen. "Saya menganggap Presiden Prabowo benar-benar seorang pemimpin yang mampu melihat sesuatu yang tak terlihat orang lain," pujinya.
Berbagai Persepsi terhadap Kinerja Menteri
Pada momen 100 hari Kabinet Merah Putih Januari 2025, beberapa lembaga survei merilis hasil penilaian kinerja para menteri. Hasilnya beragam, ada yang mendapat predikat terbaik, dan ada pula yang dinilai terburuk. Meskipun sempat mendapat penilaian buruk dari Celios, Yusril juga mendapatkan apresiasi positif dari lembaga lain, seperti Lembaga Indikator Politik Indonesia dan survei Litbang Kompas yang mencatat 72,1 persen responden puas dengan kinerja pemerintah di bidang hukum.
Kesimpulannya, Yusril menunjukkan kedewasaan dan profesionalisme dalam menanggapi hasil survei. Ia menekankan pentingnya fokus pada tugas dan tanggung jawab, serta keberanian mengambil keputusan yang tepat meskipun tidak populer demi kemajuan bangsa. Sikapnya ini patut menjadi contoh bagi para pemimpin lainnya.