Nasib Pertashop Bengkulu Terdampak Pendangkalan Alur Pelabuhan, HPMPI Sampaikan Keluhan ke DPR
Himpunan Pertashop Merah Putih Indonesia (HPMPI) menyampaikan keluhan terkait dampak pendangkalan alur Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu yang mengakibatkan kerugian hingga Rp15 miliar bagi Pertashop di Provinsi Bengkulu.
Pendangkalan alur Pelabuhan Pulau Baai di Bengkulu telah menimbulkan dampak signifikan terhadap operasional Pertashop di Provinsi tersebut. Himpunan Pertashop Merah Putih Indonesia (HPMPI) telah menyampaikan keluhan ini kepada DPR RI, mengungkapkan kerugian kolektif yang mencapai Rp15 miliar akibat kesulitan pasokan BBM selama 1,5 bulan terakhir. Ketua Umum DPP HPMPI, Steven, menjelaskan upaya yang telah dilakukan dan harapannya untuk solusi segera.
Ketua Umum DPP HPMPI, Steven, mengungkapkan bahwa ia telah mengunjungi Komisi V dan VI DPR RI untuk menyampaikan permasalahan ini. Salah satu anggota DPR RI dari Komisi VI bahkan menelepon Direktur Utama Pelindo, dan dijanjikan kedatangan kapal keruk besar pada minggu ketiga Mei 2025. Kondisi ini menyebabkan kesulitan bagi masyarakat di pelosok desa untuk mendapatkan BBM, karena distribusi alternatif melalui jalur darat sangat terbatas.
Kerugian yang dialami Pertashop di Bengkulu sangat signifikan. Pada bulan April 2025 saja, kerugian kolektif mencapai Rp10,5 miliar, dan hingga 14 Mei 2025 diperkirakan mencapai Rp4,5 miliar. Perhitungan ini didasarkan pada proyeksi keuntungan kotor jika menjual 3 ton BBM per hari, dengan jumlah Pertashop aktif sebanyak 150 unit. Steven juga menekankan pentingnya solusi dari Pertamina, seperti menambah mobil tangki untuk mengoptimalkan suplai BBM.
Dampak Pendangkalan Terhadap Pertashop Bengkulu
Akibat pendangkalan alur Pelabuhan Pulau Baai, kapal pengangkut BBM Pertamina kesulitan bersandar. Hal ini menyebabkan Pertashop di Bengkulu kekurangan pasokan BBM dan harus mengandalkan distribusi lewat jalur darat yang terbatas. Sistem distribusi yang tidak menentu ini membuat Pertashop kesulitan memprediksi jumlah dan waktu kedatangan pasokan BBM.
Minimnya jumlah mobil tangki konsinyasi untuk Pertashop memperparah situasi. Permintaan BBM Pertamax untuk Pertashop mencapai lebih dari 90 ton, namun hanya 16 ton yang berhasil disuplai dari Fuel Terminal Pulau Baai. Kondisi ini mengakibatkan kerugian besar bagi 150 Pertashop di Bengkulu yang masih beroperasi, karena mereka menanggung biaya operasional tanpa memiliki cukup BBM untuk dijual.
Steven, Ketua Umum DPP HPMPI, menyampaikan keprihatinannya atas situasi ini dan berharap agar Pertamina dapat segera mengatasi kendala suplai BBM. Ia juga menekankan pentingnya ketersediaan BBM bagi masyarakat di pelosok desa yang bergantung pada Pertashop sebagai penyalur BBM.
Upaya Penanganan dari PT Pelindo
PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) telah mengambil langkah untuk mengatasi permasalahan pendangkalan alur Pelabuhan Pulau Baai. Mereka mendatangkan dua kapal keruk besar, yaitu Kapal CSD Costa Fortuna 3 dan AHT Costa Fortuna 5, untuk melakukan pengerukan. General Manager Pelindo Regional 2 Bengkulu, S Joko, menyatakan bahwa koordinasi dengan pihak terkait telah dilakukan dan kapal keruk dijadwalkan tiba dalam waktu dekat.
Kapal keruk yang berdimensi lebih besar ini didatangkan dari Batam dan sedang dalam perjalanan menuju Pelabuhan Pulau Baai. Langkah ini merupakan bagian dari rencana Revitalisasi Pelabuhan Pulau Baai untuk menormalisasi alur pelabuhan dan memastikan kapal-kapal bermuatan besar dapat bersandar dengan aman dan efisien.
Proses pengerukan akan difokuskan pada pendalaman dan pelebaran alur pelayaran. PT Pelindo memastikan komitmennya untuk menyelesaikan masalah ini dan mengembalikan operasional pelabuhan ke kondisi normal.
Diharapkan dengan selesainya pengerukan alur Pelabuhan Pulau Baai, pasokan BBM ke Pertashop di Bengkulu dapat kembali normal dan kerugian yang dialami para pengusaha Pertashop dapat diminimalisir. Langkah cepat dan koordinasi yang baik antar pihak terkait sangat dibutuhkan untuk mengatasi permasalahan ini dan memastikan ketersediaan BBM bagi masyarakat Bengkulu.