Optimisme di Bumi Celebes: Inovasi Tambak Udang Ramah Lingkungan
Aryo Wiryawan, pengusaha muda, kembangkan sistem budidaya tambak udang berkelanjutan di Sulawesi Tengah, menawarkan solusi bagi penurunan produksi udang nasional dan menarik minat investor asing.
Apa, Siapa, Di mana, Kapan, Mengapa, dan Bagaimana? Seorang pengusaha muda, Aryo Wiryawan (45), mengembangkan sistem budidaya tambak udang berkelanjutan di Desa Lalombi, Donggala, Sulawesi Tengah, pada pertengahan Februari 2024, sebagai respon atas penurunan produksi udang nasional dan untuk meningkatkan daya saing Indonesia di pasar global. Ia memilih untuk mengubah tantangan menjadi peluang, memanfaatkan potensi besar Indonesia sebagai produsen tambak udang. Sistem ini menjawab tantangan penurunan produksi udang Indonesia yang kini berada di urutan kelima dunia, tertinggal dari negara-negara seperti Ekuador dan Vietnam.
Penurunan produksi ini disebabkan oleh kurangnya branding produk yang kuat dan kurangnya perhatian pada keberlanjutan lingkungan. Aryo melihat peluang untuk membalikkan keadaan dengan inovasi yang ramah lingkungan dan berkelanjutan, sekaligus meningkatkan pendapatan masyarakat lokal. Dengan sistem ini, diharapkan Indonesia dapat kembali bersaing di pasar internasional dengan produk berkualitas tinggi dan ramah lingkungan.
Kisah Aryo Wiryawan ini menjadi inspirasi di tengah gelombang keresahan generasi muda yang diungkapkan melalui tagar #KaburAjaDulu di media sosial. Kisah ini menunjukkan bahwa optimisme dan inovasi dapat menjadi kunci untuk mengatasi tantangan dan membangun masa depan Indonesia yang lebih baik. Ia membuktikan bahwa dengan pengelolaan yang bijaksana dan berkelanjutan, Indonesia masih memiliki potensi besar untuk menjadi pemain utama di pasar global.
Inovasi CSSF: Solusi Budidaya Udang Berkelanjutan
Aryo Wiryawan, melalui perusahaannya JALA Tech, mengembangkan sistem CSSF (belum dijelaskan kepanjangannya dalam sumber) yang mengintegrasikan tambak udang dengan mangrove. Sistem ini menciptakan ekosistem pesisir yang saling mendukung, menghasilkan udang berkualitas tinggi dengan cara ramah lingkungan. Investasi sebesar 1,2 juta dolar AS digunakan untuk mengelola 12 hektare tambak di Desa Lalombi. Hanya 3,5 hektare digunakan untuk tambak udang, sementara sisanya ditanami mangrove dan digunakan untuk membangun Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).
Sistem CSSF memantau kualitas air secara terus-menerus menggunakan teknologi canggih berbasis IoT. Hal ini memastikan air yang digunakan tetap bersih dan layak. Setiap hektare tambak diproyeksikan menghasilkan sekitar 35 ton udang vaname segar per siklus empat bulan, dengan potensi pendapatan sekitar Rp2,17 miliar per hektare per siklus. Total potensi pendapatan dari 7 hektare tambak mencapai Rp24,6 miliar.
Keberhasilan finansial bukan satu-satunya tujuan. Keberlanjutan lingkungan juga menjadi fokus utama. Air dari tambak dialirkan kembali ke laut melalui IPAL dan area mangrove, menjaga kualitas air tetap netral. Sistem ini telah menarik minat investor asing, terutama dari Jepang, yang tertarik untuk mengembangkan inovasi CSSF di wilayah Indonesia timur.
"Saat ini, Indonesia masih dianggap sebagai pilihan cadangan karena kurangnya branding yang kuat. Kita harus dapat bersaing di pasar internasional dengan cara memperkuat citra dan tentu kualitas produk, serta menjaga keberlanjutan ekosistem yang ada," kata Aryo.
Dampak Sosial-Ekonomi dan Pemberdayaan Masyarakat
Sistem CSSF tidak hanya berfokus pada keuntungan finansial, tetapi juga memberikan dampak sosial-ekonomi bagi masyarakat lokal di Desa Lalombi. Aryo berkomitmen memberdayakan warga lokal untuk mengembangkan budidaya tambak udang berkelanjutan. Tujuannya adalah mengembalikan Desa Lalombi sebagai sentra produksi udang tambak ternama seperti di era 1990-an, sebelum kerusakan ekosistem mangrove menurunkan produktivitas.
Dengan memberdayakan masyarakat lokal, diharapkan akan tercipta lapangan kerja baru dan peningkatan pendapatan masyarakat. Hal ini akan berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar dan mengurangi angka kemiskinan. Program pemberdayaan ini juga akan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat dalam budidaya tambak udang yang berkelanjutan.
"Secara bisnis, pantai barat Sulawesi merupakan pendorong ekonomi masa depan," tegas Aryo.
Inovasi Aryo Wiryawan dan timnya membuktikan bahwa peran anak muda sangat penting dalam mengelola kekayaan alam Indonesia secara berkelanjutan. Dengan menggabungkan inovasi teknologi dan kepedulian lingkungan, mereka berhasil menciptakan model bisnis yang menguntungkan secara finansial dan ramah lingkungan.