Paus Fransiskus Wafat: Warisan Perdamaian dan Kemanusiaan di Tengah Kegaduhan Dunia
Wafatnya Paus Fransiskus meninggalkan warisan besar bagi dunia, khususnya tentang perdamaian, kemanusiaan, dan keberanian menyuarakan kebenaran di tengah kebinekaan yang rapuh.
Bandung, 22 April 2025 (ANTARA) - Di tengah hiruk pikuk pemberitaan global yang diwarnai berbagai peristiwa kontroversial, wafatnya Paus Fransiskus pada Senin pagi di kediamannya di Vatikan mengejutkan dunia. Paus berusia 88 tahun tersebut meninggal dunia pukul 7:35 waktu Vatikan setelah menderita sakit berkepanjangan. Kepergian pemimpin Gereja Katolik Roma ini meninggalkan duka mendalam bagi umat Katolik dan masyarakat dunia.
Kabar wafatnya Paus Fransiskus, yang dilaporkan oleh Vatican News, tidak datang secara tiba-tiba. Setelah dirawat di Rumah Sakit Gemelli karena bronkitis pada awal Februari 2025, kondisi kesehatan beliau memburuk dan didiagnosis menderita pneumonia bilateral. Meskipun sempat pulang ke kediamannya setelah perawatan selama 38 hari, Paus Fransiskus akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya.
Kepergian Paus Fransiskus bukan sekadar kehilangan seorang pemimpin agama, melainkan juga kehilangan seorang tokoh moral yang berpengaruh secara global. Selama kepemimpinannya, beliau dikenal sebagai pemimpin yang dekat dengan rakyat, sering mengunjungi berbagai tempat, dari jalanan hingga perahu pengungsi, untuk menyuarakan kepeduliannya terhadap isu-isu kemanusiaan.
Paus Fransiskus: Gembala yang Beraroma Domba
Paus Fransiskus, atau Jorge Mario Bergoglio, dikenal sebagai "Paus dari rakyat" atau "gembala yang beraroma domba." Beliau lebih memilih kesederhanaan daripada kemewahan, menolak tinggal di istana apostolik dan memilih rumah tamu Vatikan. Sikap rendah hati dan gaya kepemimpinannya yang humanis membuatnya berbeda dari para pemimpin agama lainnya.
Dalam era di mana banyak pemimpin agama menjadi selebriti atau aktivis media sosial, Paus Fransiskus tetap mempertahankan kesederhanaan dan keasliannya. Beliau tidak mudah dikotak-kotakkan, dan selalu konsisten dengan nilai-nilai kemanusiaan yang dianutnya. Beliau lebih memilih untuk berkomunikasi dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami oleh semua kalangan.
Di Indonesia, kabar duka ini disambut dengan kesedihan dan doa bersama dari umat Katolik dan berbagai kalangan lintas agama. Lilin dinyalakan di Kapel Katedral Jakarta, dan lonceng gereja dibunyikan di NTT. Hal ini menunjukkan betapa besar pengaruh Paus Fransiskus, bahkan di negara yang mayoritas penduduknya bukan pemeluk agama Katolik.
Relevansi Warisan Fransiskus bagi Indonesia
Indonesia, dengan keberagamannya yang kaya, mengalami tantangan dalam menjaga kerukunan dan persatuan. Dalam konteks ini, warisan Paus Fransiskus tentang perdamaian dan dialog antarumat beragama sangat relevan. Beliau mengajarkan bahwa agama seharusnya menjadi jalan menuju perdamaian, bukan alat untuk memecah belah.
Paus Fransiskus juga menyuarakan kepeduliannya terhadap isu-isu sosial seperti kemiskinan dan ketidakadilan. Beliau seringkali mengkritik sistem ekonomi yang tidak adil dan memperjuangkan hak-hak kaum miskin. Hal ini sejalan dengan upaya Indonesia dalam mengatasi ketimpangan sosial dan ekonomi.
Lebih jauh lagi, Paus Fransiskus menunjukkan bahwa agama tidak harus selalu konservatif dan kaku. Beliau berani menyuarakan kebenaran, bahkan jika hal itu tidak populer atau bertentangan dengan kepentingan kekuasaan. Beliau mengkritik kapitalisme yang tidak terkendali, mengutuk kekerasan di Gaza, dan menyoroti isu pelecehan seksual dalam gereja.
Suara Kebenaran yang Tak Takut Berubah
Salah satu warisan terbesar Paus Fransiskus adalah keberaniannya untuk menyuarakan hal-hal yang tidak ingin didengar oleh kekuatan-kekuasaan besar. Pernyataan-pernyataannya yang kritis terhadap ketidakadilan sosial dan politik seringkali mengundang kontroversi, tetapi juga membuka harapan bagi mereka yang tertindas.
Presiden Palestina Mahmoud Abbas, misalnya, menyatakan duka cita atas wafatnya Paus Fransiskus dan menyebutnya sebagai "seorang teman setia bagi rakyat Palestina dan hak-hak mereka." Hal ini menunjukkan betapa besar pengaruh dan rasa hormat yang diberikan kepada Paus Fransiskus oleh berbagai kalangan, termasuk mereka yang berada di garis depan konflik.
Dengan kepergian Paus Fransiskus, dunia kehilangan seorang pemimpin yang luar biasa. Beliau telah menunjukkan bahwa kekuatan bisa lembut, otoritas bisa membumi, dan suara spiritual tidak harus keras untuk didengar. Warisannya akan terus menginspirasi kita untuk memperjuangkan perdamaian, keadilan, dan kemanusiaan.
Di Indonesia, kita dapat belajar dari Paus Fransiskus untuk selalu menjunjung tinggi nilai-nilai kebinekaan, menjaga kerukunan antarumat beragama, dan berani menyuarakan kebenaran di tengah berbagai tantangan. Beliau telah memberikan teladan yang luar biasa tentang bagaimana seorang pemimpin dapat menjadi teladan bagi seluruh umat manusia.