Pelibatan Gen Z dalam Kebijakan Iklim: Hanya Tokenisme?
Penelitian Climate Rangers Jakarta ungkap pelibatan Gen Z dalam kebijakan iklim Indonesia masih sebatas simbolis tanpa pengaruh nyata pada pengambilan keputusan.
Jakarta, 19 Februari 2024 - Sebuah penelitian terbaru yang dilakukan oleh Climate Rangers Jakarta mengungkapkan fakta mengejutkan mengenai keterlibatan Generasi Z (Gen Z) dalam kebijakan iklim di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelibatan Gen Z lebih bersifat simbolis atau 'tokenisme' daripada partisipasi yang substansial dan berpengaruh pada pengambilan keputusan pemerintah. Penelitian ini melibatkan 382 responden Gen Z di Jakarta dan memberikan gambaran yang memprihatinkan tentang peran kaum muda dalam upaya mengatasi krisis iklim.
Menurut Dwi Tamara, Kepala Divisi Riset Climate Rangers Jakarta, sebanyak 62,4 persen responden menilai pelibatan mereka dalam kebijakan iklim masih sebatas tokenisme. "Sebanyak 62,4 persen responden melihat bahwa pelibatan orang muda dalam kebijakan iklim masih bersifat tokenisme," ungkap Dwi dalam keterangan pers di Jakarta, Rabu. Tokenisme sendiri merujuk pada tindakan yang hanya memberikan kesan inklusifitas tanpa memberikan pengaruh nyata pada keputusan yang diambil.
Meskipun hampir seluruh responden (98,4 persen) mengaku telah memahami istilah perubahan iklim, penelitian ini juga mengungkap adanya kesenjangan pemahaman mengenai penyebab utamanya. Hanya 48,4 persen responden yang memahami bahwa aktivitas manusia, khususnya penggunaan bahan bakar fosil, menjadi penyebab utama perubahan iklim. Sebanyak 37,7 persen responden masih percaya bahwa perubahan iklim disebabkan oleh siklus alamiah.
Kesenjangan Pemahaman dan Dampak Nyata Perubahan Iklim
Penelitian ini juga menyoroti dampak nyata perubahan iklim yang dirasakan oleh Gen Z di Jakarta. Sebanyak 99,5 persen responden mengaku telah merasakan dampak perubahan iklim, terutama dalam bentuk cuaca ekstrem. Hal ini menunjukkan bahwa Gen Z bukan hanya memahami perubahan iklim secara teoritis, tetapi juga merasakan dampaknya secara langsung dalam kehidupan sehari-hari.
Dwi menambahkan, "Laporan ini juga mengungkap bahwa 99,5 persen responden telah merasakan dampak perubahan iklim, terutama dalam bentuk cuaca ekstrem." Kondisi ini semakin menggarisbawahi urgensi keterlibatan Gen Z yang lebih substansial dalam upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.
Selain itu, penelitian ini juga menemukan bahwa sebagian besar responden menilai upaya pemerintah dalam menangani perubahan iklim masih belum memadai. Mereka merasa keterlibatan mereka masih bersifat tokenisme, tanpa pengaruh nyata dalam pengambilan keputusan. Padahal, Gen Z merupakan kelompok yang rentan terhadap dampak krisis iklim.
Peran Keadilan Iklim dan Aksi yang Ambisius
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir seluruh responden menekankan pentingnya keadilan dalam upaya mitigasi dan adaptasi krisis iklim. Mereka menilai bahwa pemerintah belum melaksanakan aksi iklim yang ambisius dan berkeadilan. "Hasil studi menunjukkan bahwa hampir seluruh responden menegaskan pentingnya aspek keadilan dalam upaya mitigasi dan adaptasi krisis iklim," jelas Dwi.
Dwi memberikan contoh nyata dampak perubahan iklim yang dirasakan oleh Gen Z. "Padahal, dampak akibat perubahan iklim semakin nyata dirasakan oleh orang muda. Sebagai contoh, orang muda pesisir kehilangan waktu belajar karena banjir yang sering melanda wilayah mereka atau orang muda dengan penyandang disabilitas sering kali tidak dilibatkan dalam kebijakan dan aksi iklim yang dilaksanakan oleh pemerintah," tambahnya.
Kesimpulannya, penelitian ini mengungkap adanya kesenjangan antara pemahaman Gen Z tentang perubahan iklim dengan keterlibatan mereka yang masih bersifat tokenisme dalam pengambilan kebijakan. Hal ini menekankan perlunya pemerintah untuk meningkatkan partisipasi Gen Z secara substansial dan memastikan bahwa suara dan perspektif mereka dipertimbangkan dalam upaya mengatasi krisis iklim. Keterlibatan yang lebih inklusif dan berkeadilan sangat diperlukan untuk menghadapi tantangan perubahan iklim yang semakin mendesak.