Pemprov Bali Berencana Beri Insentif untuk Nama Nyoman dan Ketut, Cegah Kepunahan Budaya
Pemerintah Provinsi Bali sedang merancang insentif non-tunai untuk mendorong warga Bali memiliki anak lebih dari dua, guna mencegah hilangnya nama-nama tradisional seperti Nyoman dan Ketut.
Denpasar, 4 Maret 2024 - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali tengah merumuskan program insentif bagi warga yang menamai anak-anaknya dengan nama Nyoman dan Ketut, nama depan tradisional untuk anak ketiga dan keempat dalam keluarga Hindu Bali. Langkah ini diambil sebagai respons terhadap semakin jarangnya nama-nama tersebut digunakan di era modern.
Gubernur Bali, Wayan Koster, mengumumkan rencana ini pada Selasa lalu di Denpasar. Beliau menjelaskan bahwa insentif yang diberikan bukanlah uang tunai, melainkan berupa program-program pendukung yang saat ini masih dalam tahap perumusan. Keputusan ini diambil sebagai upaya pelestarian budaya Bali yang kian tergerus zaman.
"Insentifnya beragam, meliputi pendidikan dan kesehatan," ujar Gubernur Koster, "bukan uang tunai, tetapi program-program yang sedang kami rumuskan. Tujuannya adalah untuk mendorong warga Bali memiliki empat anak, namun dengan catatan tidak menambah jumlah istri."
Insentif untuk Lestarikan Budaya Bali
Pemprov Bali menyadari bahwa program keluarga berencana (KB) dua anak telah berpengaruh signifikan terhadap jumlah kelahiran di Bali. Akibatnya, nama-nama seperti Putu dan Made yang lazim untuk anak pertama dan kedua menjadi jauh lebih umum daripada Nyoman dan Ketut. Gubernur Koster prihatin dengan tren ini, yang menurutnya mengancam kelestarian budaya Bali.
"Ini merupakan bagian dari upaya pelestarian budaya Bali," tegas Gubernur Koster. "Nama Nyoman dan Ketut hampir punah. Kita harus menjaga warisan budaya ini agar tidak hanya tinggal kenangan di museum."
Lebih lanjut, Gubernur Koster menekankan pentingnya menjaga pertumbuhan penduduk Bali. Dengan jumlah penduduk sekitar 4,4 juta jiwa atau hanya 1,6 persen dari total penduduk Indonesia, pertumbuhan penduduk Bali yang hanya 0,66 persen per tahun perlu mendapat perhatian serius. Angka ini jauh lebih rendah daripada pertumbuhan penduduk Indonesia yang mencapai 1,04 persen per tahun.
Program Insentif Non-Tunai
Meskipun detail program insentif masih dalam tahap perumusan, Gubernur Koster memastikan bahwa program tersebut akan dirancang untuk memberikan manfaat nyata bagi keluarga yang memiliki anak dengan nama Nyoman dan Ketut. Pemprov Bali berkomitmen untuk mendukung kelangsungan budaya Bali melalui berbagai program inovatif.
Pemberian insentif ini diharapkan dapat menjadi langkah strategis dalam mengatasi penurunan angka kelahiran di Bali dan sekaligus melestarikan tradisi penamaan anak dalam budaya Hindu Bali. Program ini juga diharapkan dapat mendorong peningkatan jumlah penduduk Bali secara bertahap dan berkelanjutan.
Dengan memperhatikan pentingnya keseimbangan antara program KB dan pelestarian budaya, Pemprov Bali berupaya mencari solusi yang tepat untuk menjaga kelangsungan budaya Bali tanpa mengabaikan pentingnya perencanaan keluarga yang sehat dan bertanggung jawab. Rincian lebih lanjut mengenai program insentif ini akan diumumkan setelah proses perumusan selesai.
Upaya Pelestarian Budaya Bali
Pemprov Bali menyadari bahwa pelestarian budaya Bali tidak hanya terbatas pada penamaan anak. Berbagai upaya lain juga terus dilakukan untuk menjaga dan melestarikan warisan budaya Bali, baik yang bersifat tangible maupun intangible. Upaya-upaya tersebut mencakup pelestarian seni, tradisi, bahasa, dan lingkungan alam Bali.
Dengan adanya program insentif ini, diharapkan dapat menjadi salah satu langkah nyata dalam upaya pelestarian budaya Bali yang lebih komprehensif dan berkelanjutan. Pemprov Bali berharap program ini dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat Bali dan generasi mendatang.
Pemerintah Provinsi Bali berkomitmen untuk terus berupaya menjaga dan melestarikan warisan budaya Bali untuk generasi mendatang. Semoga program insentif ini dapat memberikan kontribusi positif bagi pelestarian budaya Bali yang kaya dan unik.