Perubahan Gaya Hidup Pengaruhi Penurunan Angka Pernikahan di Indonesia
Kemendukbangga mencatat penurunan angka pernikahan di Indonesia pada 2023 sebesar 128 ribu, disebabkan oleh perubahan gaya hidup, prioritas karier, dan pergeseran nilai sosial di kalangan generasi muda.
Jakarta, 14 Februari 2024 - Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga)/BKKBN melaporkan penurunan angka pernikahan di Indonesia pada tahun 2023. Berdasarkan data Publikasi Statistik Indonesia 2024 dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah pernikahan turun sekitar 128 ribu, menjadi 1.577.255.
Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga (KSPK) Kemendukbangga/BKKBN, Nopian Andusti, menjelaskan beberapa faktor yang berkontribusi terhadap penurunan ini. Salah satu faktor utama adalah perubahan gaya hidup di kalangan masyarakat Indonesia. Generasi muda saat ini memiliki pandangan dan prioritas yang berbeda dibandingkan generasi sebelumnya.
Faktor-faktor Penurunan Angka Pernikahan
Selain perubahan gaya hidup, Andusti juga menyebutkan dua faktor penting lainnya. Prioritas karier semakin tinggi, terutama di kalangan generasi muda yang cenderung menunda pernikahan untuk mengejar pendidikan dan karier yang mapan. Hal ini menunjukkan adanya pergeseran prioritas dan fokus pada pencapaian individual.
Faktor ketiga adalah pergeseran nilai-nilai sosial. Nilai-nilai tradisional terkait pernikahan dan pembentukan keluarga mengalami pergeseran, dengan generasi muda yang lebih menekankan pada kemandirian dan pencapaian pribadi sebelum berkomitmen dalam sebuah hubungan pernikahan.
Bonus demografi Indonesia, dengan jumlah penduduk usia produktif yang lebih banyak, juga turut berperan. Hal ini berdampak pada meningkatnya kesadaran akan pentingnya kesiapan sebelum menikah. Pasangan muda cenderung lebih selektif dan mempertimbangkan berbagai aspek, termasuk finansial, emosional, dan kestabilan hubungan, sebelum memutuskan untuk menikah.
Persiapan Menikah: Lebih dari Sekadar Cinta
Andusti menekankan pentingnya persiapan sebelum menikah. Pernikahan bukanlah sekadar momen perayaan, melainkan fase penting dalam kehidupan yang membutuhkan kesiapan menyeluruh. Kesiapan tersebut meliputi aspek kesehatan fisik dan mental, kesiapan finansial, kesiapan spiritual, serta keterampilan dalam membangun rumah tangga yang harmonis.
Suami dan istri memiliki peran dan fungsi yang saling melengkapi dalam membangun keluarga yang bahagia dan sejahtera. Peran tersebut tidak hanya terbatas pada aspek ekonomi atau domestik, tetapi juga mencakup pengasuhan anak, dukungan emosional, dan pengambilan keputusan bersama. Ketahanan dan kebahagiaan rumah tangga bergantung pada kesiapan dan komitmen kedua pasangan.
Pencegahan Stunting: Dimulai Sebelum Pernikahan
Pasangan yang belum siap menikah berisiko melahirkan anak stunting. Oleh karena itu, pencegahan stunting sejak sebelum konsepsi atau pernikahan sangat penting. Kemendukbangga/BKKBN menganjurkan persiapan tiga bulan sebelum menikah untuk meminimalisir risiko tersebut.
Untuk mendukung hal ini, Kemendukbangga/BKKBN menyediakan aplikasi elektronik siap nikah dan hamil atau elsimil. Aplikasi ini memberikan pendampingan kepada calon pengantin yang berisiko melahirkan anak stunting. Aplikasi ini memberikan informasi dan edukasi yang komprehensif terkait kesehatan reproduksi dan persiapan kehamilan.
Program Percepatan Kemendukbangga/BKKBN
Kemendukbangga/BKKBN telah menetapkan lima program percepatan atau quick wins untuk tahun 2025. Program-program tersebut antara lain Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (Genting), Taman Asuh Anak (daycare unggulan), dan Gerakan Ayah Teladan (Gate).
Selain itu, terdapat aplikasi super berbasis kecerdasan buatan (AI) untuk konsultasi keluarga, serta program Lansia Berdaya yang menyediakan layanan berbasis komunitas bagi lansia yang membutuhkan perawatan.
Kesimpulannya, penurunan angka pernikahan di Indonesia tahun 2023 merupakan fenomena kompleks yang dipengaruhi berbagai faktor. Perubahan gaya hidup, prioritas karier, dan pergeseran nilai sosial menjadi faktor utama. Kesiapan sebelum menikah, termasuk aspek fisik, mental, dan finansial, sangat penting untuk membangun keluarga yang sehat dan bahagia.