Pesantren: Pilar Kesetaraan Gender dan Pembangunan Peradaban Bangsa
Menteri PPPA Arifah Fauzi menekankan peran strategis pesantren dalam membangun kesetaraan gender dan menciptakan lingkungan pendidikan yang inklusif serta ramah anak, menjadikan santri perempuan sebagai agen perubahan.
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Arifah Fauzi, baru-baru ini mengunjungi Pondok Pesantren (Ponpes) Darul Ghuroba Langitan di Tuban, Jawa Timur. Kunjungan tersebut dilakukan pada Rabu, 30 April, dan menekankan pentingnya peran pesantren dalam membangun peradaban bangsa yang inklusif, ilmiah, dan spiritual, serta integrasi nilai-nilai kesetaraan gender dalam pendidikan. Hal ini disampaikan langsung oleh Menteri Arifah dalam keterangan pers di Jakarta.
Dalam kunjungannya, Menteri Arifah menyampaikan bahwa pesantren memiliki peran strategis dalam membentuk karakter, akhlak, dan keilmuan para santri. Beliau melihat pesantren sebagai lembaga pendidikan yang berperan besar dalam mencetak generasi penerus bangsa yang unggul dan berakhlak mulia. Lebih lanjut, beliau juga menegaskan pentingnya menciptakan lingkungan pesantren yang aman, nyaman, dan bebas dari segala bentuk kekerasan bagi para santri.
Menteri Arifah meyakini bahwa pendidikan yang mengedepankan penghormatan terhadap hak-hak anak akan melahirkan generasi yang kuat secara mental, moral, dan spiritual. Hal ini sejalan dengan komitmen pemerintah dalam mewujudkan Indonesia yang ramah anak dan menjunjung tinggi kesetaraan gender. Kunjungan ini menjadi bukti nyata perhatian pemerintah terhadap peran penting pesantren dalam pembangunan bangsa.
Peran Strategis Pesantren dalam Kesetaraan Gender
Menteri PPPA mendorong keterlibatan aktif santri perempuan dalam pembangunan pesantren yang ramah anak dan bebas kekerasan. Beliau menekankan bahwa santri perempuan bukan hanya sebagai obyek pembangunan, tetapi juga sebagai subyek perubahan yang berkontribusi nyata dalam mewujudkan lingkungan pendidikan yang inklusif. Hal ini merupakan langkah penting dalam mendorong kesetaraan gender di lingkungan pesantren.
Lebih lanjut, Menteri Arifah berharap santri perempuan dapat menjadi agen pelopor dan pelapor dalam pemenuhan hak anak dan kesetaraan gender. Sebagai pelopor, mereka diharapkan mampu memimpin perubahan positif di lingkungan sekitar. Sementara sebagai pelapor, mereka dapat menyuarakan segala bentuk hambatan dan ketidakadilan yang mereka alami atau saksikan. Peran ganda ini menunjukkan kepercayaan besar Menteri Arifah terhadap kemampuan santri perempuan dalam membawa perubahan.
Dengan memberikan kesempatan dan ruang bagi santri perempuan untuk berperan aktif, pesantren diharapkan dapat menjadi contoh nyata dalam penerapan kesetaraan gender. Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah dalam menciptakan masyarakat yang adil dan setara bagi semua warga negara, tanpa memandang jenis kelamin.
Inisiatif ini diharapkan dapat menginspirasi pesantren lain di seluruh Indonesia untuk turut serta aktif dalam membangun kesetaraan gender dan menciptakan lingkungan pendidikan yang lebih inklusif.
Pesantren sebagai Lembaga Pendidikan yang Ramah Anak
Selain kesetaraan gender, Menteri Arifah juga menekankan pentingnya menciptakan lingkungan pesantren yang ramah anak dan bebas dari kekerasan. Pesantren harus menjadi tempat yang aman dan penuh kasih sayang bagi para santri untuk tumbuh kembang secara optimal. Hal ini merupakan bagian integral dari upaya membangun peradaban bangsa yang bermartabat.
Lingkungan yang aman dan kondusif akan mendukung proses belajar mengajar yang efektif dan menghasilkan santri yang berkualitas. Kebebasan dari kekerasan akan memberikan ruang bagi para santri untuk mengembangkan potensi mereka secara maksimal, baik secara intelektual, emosional, maupun spiritual.
Komitmen pemerintah dalam menciptakan lingkungan pesantren yang ramah anak sejalan dengan komitmen global dalam melindungi hak-hak anak. Indonesia terus berupaya untuk mewujudkan lingkungan yang aman dan nyaman bagi anak-anak, termasuk di lingkungan pendidikan seperti pesantren.
Dengan menciptakan lingkungan yang aman dan kondusif, pesantren dapat berperan lebih efektif dalam mencetak generasi penerus bangsa yang unggul dan berakhlak mulia, serta berkontribusi dalam pembangunan bangsa yang berkelanjutan.
Kesimpulan: Kunjungan Menteri PPPA ke Ponpes Darul Ghuroba Langitan menegaskan kembali peran penting pesantren dalam membangun peradaban bangsa yang inklusif dan bermartabat. Integrasi nilai-nilai kesetaraan gender dan komitmen menciptakan lingkungan yang ramah anak menjadi kunci utama dalam mencetak generasi penerus bangsa yang unggul dan berakhlak mulia.